Monday, August 27, 2012

My Direction

also by @desidhew , the winner .

4th Favourite Fanfic of 1D Fanfic Contest 


“Ouchh!”
            “Hey! You drop my food!”
            “Oh, I’m so sorry!”
            “Ganti gak?!”
            “Easy, Man. It’s okay, girl.”
            “Gak bisa gitu dong! Enak aja!”
            “Hey, udahlah!”
            “Maaf. Nanti aku ganti deh.”
            “No, you don’t have to. Eh, hmm, kok kayaknya aku gak pernah lihat kamu ya?”
            “Yeah, itu… aku anak baru. Kenalin, namaku (YN).”
            “I’m Harry. Harry Styles.”
            “Apa-apaan nih malah pada kenalan?! Makananku gimana?!”
            “Sekali lagi aku minta maaf. Gini deh, jam istirahat nanti aku traktir makan siang, gimana? You too, Harry. Anggap aja ini seb—”
            “I’m Niall! Niall Horan. Nice to meet you!”
            “Ah dasar!”
            “Haha it’s okay, Harry. Nah, aku buru-buru nih, sudah dulu ya! Sampai ketemu nanti siang!”
            “Bye, (YN)! Apa kau senyum-senyum, Harry?”
            “Dasar sok jual mahal! Jadi harus ditraktir dulu baru mau kenalan?”
            “Ah diam kau! Ayo masuk kelas!”
            Dan begitulah Harry, Niall, dan seorang gadis bernama (YN) memulai persahabatan mereka.
***
            “Tell me more about you, (YN)! Who are you? Where are you from? Why you moved here?” tanya Harry antusias sambil menyeruput jusnya.
“Why you so curious, Harry?” (YN) tertawa kecil. “Hmm, aku ini campuran. Ayahku asli Inggris, dan ibuku Indonesia-Amerika. Aku memang sering pindah-pindah. Ini sudah yang kelima kalinya.”
            “Ooo jadi itu rahasia wajah cantiknya? Campuran tiga benua.” Gumam Harry sambil menopang dagunya, mengamati (YN) tanpa berkedip seolah wajah (YN) adalah karya seni tingkat tinggi.
            “Sorry?”
            “Ah? Gak papa kok.” Jawab Harry salting, “Tadi kamu bilang apa? Ini kelima kalinya? Memangnya kamu pernah sudah tinggal di mana?”
            “Aku lahir di Inggris, tapi setahun kemudian aku pindah ke Brazil. Umur lima sampai sepuluh tahun aku tinggal di Indonesia di tempat keluarga ibuku. Lalu aku pindah lagi ke Australia, setelah itu Turki, lalu aku kembali ke Inggris lagi sekarang.”
            “Kenapa bisa sampai pindah-pindah gitu sih?” tanya Harry lagi seolah belum puas. (YN) menarik napas sebelum memulai cerita panjangnya lagi.
            “Bisnis. You know, Harry, kadang aku pengin bisnis ayahku bangkrut supaya kami gak pindah-pindah lagi. Sebenarnya aku suka sih pindah-pindah, aku jadi mengenal banyak budaya. Apalagi waktu aku menghabiskan masa kecil di Indonesia. Aku sering main permainan tradisional yang unik-unik yang gak ada di tempat lain. Aku juga punya banyak teman di sana. Tapi kalau pindah terus bosan juga kali! Berpisah dengan sahabat berkali-kali, rasanya mengerikan.”
            “Wow, that’s terrible.” Ekspresi Harry menyiratkan kekhawatiran. “Ya, semoga kali ini ayahmu benar-benar bangkrut ya?” Mereka berdua tertawa.
            “Maunya sih gitu. Aku rasa bakal menyebalkan kalau suatu saat aku sampai harus berpisah dengan kalian. I don’t know, but, I have a feeling that we’re gonna be a good friends.” Belum-belum Harry sudah dibuat tersanjung. (YN) benar-benar tahu bagaimana membuat orang lain merasa berharga. Meskipun orang itu baru dikenalnya beberapa jam yang lalu.
            “Yeah, me too.” Mereka berdua saling melempar senyum.
            “Harry, is he always eating like that?” kata (YN) lagi sambil melirik Niall yang menyantap menu makan siangnya dengan lahap.
            “Like what? Rhino?” Harry cekikikan.
            “S’ut ‘p ‘arry!” gumam Niall tidak jelas sambil memelototi Harry.
            “Cute rhino.” Kata (YN) sambil tersenyum.
            “Thanks, Honey!” ujar Niall sok imut. Harry mendengus kesal. “Hish! Tiga jam yang lalu kau marah-marah di depan mukanya, dan sekarang kau panggil dia ‘Honey’?”
            Niall mengangkat bahu dan meneruskan makannya. (YN) tertawa melihat kelakuan mereka berdua. “Ayahku harus benar-benar bangkrut kali ini….”
Kemudian tawa (YN) tiba-tiba memudar. Mulutnya terbuka. Matanya yang berbinar-binar menatap takjub mereka yang baru saja lewat.
Di sana, di balik punggung Harry dan Niall, ketiga makhluk paling sempurna yang pernah (YN) lihat. Cara mereka berjalan, anggun sekaligus gagah. Tatapan mereka, tajam dan angkuh, tapi juga mempesona. Dan penampilan mereka, persis seperti supermodel yang dibalut seragam sekolah.
“Harry, aku tidak salah masuk sekolah kan?” gumam (YN) sambil terus menatap mereka dari ujung rambut sampai ujung kaki.
            “Hah?”
            “Ini bukan Heaven High School kan?”
            “Kamu ngomong apa sih, (YN)?” Harry mulai kebingungan.
            “Aku rasa aku baru saja melihat… malaikat.” (YN) menghela napas.
Niall menoleh sekilas, lalu berbalik lagi dengan muka masam kemudian menggigit kuenya dengan ganas. “Sudah kuduga pasti mereka!”
            Harry yang juga penasaran ikut menoleh. Dan memang mereka. Who the hell are they?
            “3D Boys.” Gumam Harry dengan nada malas. Harry dan Niall saling berpandangan.
            “3D?” tanya (YN) penasaran.
            “Three Direction.” jawab Harry. “Dazzling, Dare, and Danger. That’s what they said.”
            “I thought it was Dictator, Dreadfull,…… and Donkey.” Niall menjentikkan jarinya. Harry tertawa terbahak-bahak sambil memukul meja.
            “Seriously, guys!” keluh (YN).
            “Okay, I’m sorry, (YN).” Harry berusaha berhenti tertawa.
“Umm, mereka itu geng 3D. Dan mereka punya band namanya Three Direction. Band gagal kalau menurut Niall. Yang paling kanan itu Louis Tomlinson, yang di sebelahnya Liam Payne. Dan yang itu…” Harry menunjuk seorang cowok tampan dengan rambut yang dijambul tinggi. (YN) memperhatikannya tanpa berkedip. Jantungnya berdegup kencang. “…dia itu bisa dibilang pemimpin mereka. Namanya Zayn Malik.”
            “Zayn?! What a proper name!” seru (YN) sambil menepuk tangannya sekali.
            “Apa maksudmu?”
            “Zayn means ‘beautiful’ in Arabic.” (YN) menjelaskan.
            “But it means ‘donkey’ here.” tambah Niall. Harry tertawa lagi. The laughter was so damn sexy!
            “Oh my God, can you stop that, Niall?!” (YN) memelototi Niall. “You’re not cute anymore!”
            Tapi Niall tetap cuek, dan Harry tetap tertawa. Terlalu keras sampai ketiga cowok keren itu menyadarinya. Melihat Harry tertawa dan (YN) yang terus memperhatikannya, Zayn langsung melirik ke arah mereka. Ekspresi wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan. Kedua alis tebal yang bertaut itu membuat (YN) lemas seketika. Ia melambaikan tangan ke arahnya. Tapi Zayn malah menatapnya dengan pandangan yang merendahkan sambil  menyeringai dari seberang sana.
            “Lebih baik jangan.” Harry memalingkan wajah (YN) dari sekumpulan supermodel berseragam itu.
            “Apanya yang jangan?”
            “Mengagumi mereka. Mereka sama sekali tidak pantas untuk itu.”
            “What’s wrong with you, guys?!”
            “Not us. Them!”
            “Ya tapi kenapa?”
            “Pokoknya jangan. Mereka itu tidak seperti kelihatannya. Dari luar mereka malaikat, tapi di dalam mereka itu… ah sudahlah! ” Harry menatap (YN) tajam, seolah memberi peringatan.
            “Ya, lebih baik dengan kita berdua saja! Iya kan, Hazza?” seru Niall.
            “Yeah buddy! Finish your lunch before the donkeys grab your foods!”
***
            Semakin lama (YN) semakin dekat dengan Harry dan Niall. Sikap (YN) yang ramah dan supel membuat Harry dan Niall nyaman berteman dengannya. Mereka berdua yang bersahabat sejak SD seperti mendapat adik baru. Mereka jadi sering kemana-mana bertiga sekarang.
            “I don’t want to move anymore, Dad.” kata (YN) suatu hari pada ayahnya. “Aku mau meneruskan sekolah di sini sampai lulus. Aku juga mau kuliah di sini.”
            “Kenapa baru sekarang kamu bilang gak mau pindah lagi?” jawab ayahnya (YN). “Pasti ada sesuatu.”
            “Sudah cukup banyak perpisahan. Aku gak mau kalau harus pisah lagi sama teman-temanku.”
            “Ayah gak janji ya? Ada kemungkinan kita akan pindah lagi ke Swedia satu atau dua tahun lagi. Atau malah mungkin lebih cepat.”
            “WHAT?!” pekik (YN) kaget. “Seriously, Dad?!”
            “Kenapa kaget? Bukannya ini sudah biasa buat kamu?”
            “Justru karena aku terlalu terbiasa, Yah!” (YN) yang kesal meninggalkan ayahnya.
***
Pintu kamar Harry menjeblak terbuka dan (YN) masuk tiba-tiba. Harry yang setengah naked langsung panik.
“Harry aku galau!” keluh (YN).
            “Oh my God, (YN)! Ketuk pintu dulu dong!” kata Harry sambil memakai kaosnya.
            “Kak Gemma bilang aku boleh langsung masuk kok.” (YN) menjatuhkan dirinya di tempat tidur Harry, duduk dengan tangan terlipat dan muka ditekuk.
“Harry aku galau!” suara (YN) meninggi. Mengingatkan Harry akan alasannya kemari.
            “What’s wrong?” Harry duduk di sampingnya.
            “Aku bakal pindah lagi.” jawabnya sedih. Tiba-tiba ekspresi Harry berubah seperti orang yang baru saja ditampar. “Kapan?”
            “Satu atau dua tahun lagi. Tapi bisa juga lebih cepat dari itu.”
            “Kemana?”
            “Swedia!! Padahal aku mulai betah di sini. Ini tempat kelahiranku. Dan meskipun di sini teman dekatku cuma kamu dan Niall, aku gak mau pisah dengan kalian berdua!”
            “Me too, (YN).” Harry mengusap bahunya.
            “Aaaa Harry aku harus gimana?” mata (YN) mulai memerah. Suaranya bergetar. Harry merangkulnya.
            “Sshh, don’t worry about it. Aku gak akan biarin itu terjadi. Aku yakin Niall juga. Meskipun dia kelihatan cuek, dia juga peduli kok sama kamu. Dia pasti juga pengin kamu tetap di sini.”
            “Aku bener-bener gak mau pergi, Harry.” (YN) terisak. Harry menyandarkan (YN) di bahunya.
            “Tenang, aku bakal cari cara supaya kamu tetap di sini. Jangan nangis ya?” <333
***
            Malam itu juga Harry pergi ke rumah Niall dan menceritakan semuanya.
            “Apa?! Swedia?!” pekik Niall. Harry mengangguk sedih.
            “I know you wont let her go, Niall.”
            “Yaah, gak ada yang traktir kita makan lagi dong?” kata Niall dengan muka sedih. Harry langsung melotot.
            “Kidding, Harry. Of course I’m sad if she leave us! Kalau dia sampai pergi kita gak punya teman cewek lagi dan bakal dikira homo lagi! Najis!”
            “You’re right, Nialler.” Harry menepuk bahunya. “Terus gimana dong?”
            Niall berdiri lalu jalan mondar mandir seperti setrika. Butuh hampir lima menit sebelum Niall akhirnya berhenti kemudian menjentikkan jarinya.
            “Ahaa!”
            “Apa?!” Harry bangkit dengan wajah penasaran.
            “Ah tapi aku gak yakin ini berhasil...” gumam Niall, kembali mondar mandir.
            “Heeh, apa?! Kasih tau aku!”
            “Caranya adalah…. Ah, tapi aku gak yakin!”
            “NIALL JAMES HORAN!” Harry menjerit di depan wajahnya. Niall langsung syok.
            “Okay, gak ada salahnya dicoba. Sini!” Niall membisiki Harry sesuatu. Kemudian seutas senyuman muncul di bibir Harry.
            “I love you so much, Niall Horan!”
***
            Keesokan harinya, Harry dan Niall segera mencari (YN) untuk memberitahu kabar gembira ini. (YN) sedang duduk sendirian di kafetaria sambil mendengarkan iPodnya. Begitu mereka datang, bahkan sebelum (YN) menyadarinya, Harry langsung menodong (YN) dengan pertanyaan, “(YN)! Kamu bisa nyanyi?”
            “Kenapa kalian tanya?” (YN) melepas earphonenya.
            “Udah jawab aja! Bisa nyanyi apa engga?”
            “Hmm… bisa.”
            “Bagus?” tanya Niall. (YN) menaikkan satu alisnya.
            “Aku ikut paduan suara di sekolah lamaku, Niall.”
            “GREAT!” Harry memukul meja sambil tersenyum lebar. (YN) menatapnya ngeri.
            “Ini!” Harry menyodorkan selembar kertas pada (YN).
            “Apaan nih?”
            “Ini supaya kamu gak jadi pindah ke Swedia. My idea!” Niall membetulkan kerahnya dengan wajah songong. (YN) terkejut melihat isi kertas itu. Formulir audisi X-Factor UK!
            “Kalian suruh aku ikut ini?! Buat apaan?”
            “Begini lho, (YN).” Niall duduk di samping (YN) dan merangkulnya. “Kalau kamu ikut ini dan kamu terpilih, kamu bakal jadi artis. Kalau kamu jadi artis berarti kamu bakal punya fans dan schedule show yang gak mungkin kamu tinggal begitu saja kan? Dengan begitu ayahmu gak punya pilihan lain selain tinggal. Bagaimana? Aku pintar kan?”
            (YN) yang awalnya kebingungan mencerna kata-kata Niall tiba-tiba tersenyum lebar.
            “Aaaa Niall I love you fuuull!” (YN) langsung memeluk Niall saking senangnya.
            “Apaan nih?” seseorang tiba-tiba menghampiri mereka bertiga dan mengambil kertas itu. Dua orang berdiri di sampingnya.
            (YN), Harry, dan Niall terkejut bukan main. Sedang apa Zayn dan teman-temannya?
            “I-itu formulir X-Factor.” Jawab (YN) gugup saking terpesonanya. Habisnya Zayn tampan seperti pangeran sih.
            “Kembalikan! Itu punya (YN).” kata Niall galak.
            “Kalau kamu mau ambil aja, gak papa kok. Ambil aja semua yang kamu mau!” kata (YN) ngawur karena salting. Harry menyenggol kakinya dari bawah meja. “Apaan sih, (YN)? Itu kan buat kamu.”
            “Iih biarin aja, Harry.” Jawab (YN) sambil memandang Zayn genit.
            “Nih! Siapa juga yang mau ikut acara begituan. Norak! Let’s go boys!” kata Zayn tengil sambil membuang kertas itu begitu saja.
            Sebelum mereka bertiga benar-benar pergi Harry menahan Niall yang siap meledak.
            “Dasar cowok-cowok songong! Punya band gagal aja bangga!” katanya emosi. “Mestinya tadi aku hajar dulu mereka satu-satu! Kau sih Harry, nahan-nahan aku segala!”
            “Mau hajar pake apa? Pake ayam?” sindir Harry. (YN) tertawa. Hampir guling-gulingan di lantai.
            “Stop it, (YN)!”
            “Sorry, Niall. Habis kamu mukamu lucu banget sih!” (YN) mencubit pipi Niall dengan gemas. Harry berdeham.
            “Jadi... kamu mau kan ikut X-Factor?” tanya Harry menyembunyikan rasa kesalnya.
            “I don’t know, Harry.” (YN) mengangkat bahu. “Sebenarnya aku mau tapi aku gak yakin ini bakal berhasil.”
            “Can you play an instrument?” sela Niall.
            “Just guitar.”
            “Perfect! I could play guitar too! Kita bisa latihan sama-sama! Aku akan bantu kamu. Pokoknya kamu harus lolos! Okay?” seru Niall sambil mengajak (YN) toss.
            Harry memandang kedua tangan yang bertaut itu dengan dada yang panas dan sesak seolah ada sesuatu yang mendidih di dalam sana.
            Cemburu?
***
            “Three X’s. You through!”
            Rasanya (YN) mau terbang. Dia berhasil lolos audisi. Turun dari panggung dia langsung memeluk kedua sahabatnya.
            “Congrats, (YN)!” kata Harry senang.
            “Thank you so much, guys! Aku hutang budi nih sama kalian berdua.” kata (YN) menahan air mata harunya.
            “Sama-sama, calon artis. Kita berdua lakukan ini karena kami sayang sama kamu dan gak mau kamu pergi. Sekali lagi selamat ya!”
            Boot Camp, Judge’s House, Live Show, Grand Final. (YN) sukses di X-Factor dan berhasil jadi pemenang ketiga. Hari ini, setelah berbulan-bulan meninggalkan sekolah untuk berkompetisi, akhirnya (YN) kembali lagi ke sekolah.
            Kalau dulu cuma Harry dan Niall yang menyapanya setiap pagi, hari ini ada ratusan murid yang menyerbunya. Mereka menunggunya untuk minta tanda tangan dan foto. (YN) menyambut mereka dengan gembira. Tapi rasanya ada yang kurang. Kemana dua cowok dengan mata biru dan rambut keriting favoritnya itu?
            “Missing someone?” senyum (YN) mengembang ketika mendengar suara itu sementara memberikan tanda tangan pada salah seorang fans yang juga teman sekolahnya. (YN) langsung menerobos kerumunan dan menemukan mereka berdiri di sana. Tanpa ragu dia berlari sekencang-kencangnya menghampiri mereka.
            “Harry! I miss you so much!” (YN) memeluk Harry erat sampai-sampai membuat Harry hampir kehabisan napas.
            “Miss you too, (YN). How’s life?”
            “Spectacular!”
            “You don’t want a Horan Hug?” gumam Niall yang berdiri di samping Harry. (YN) tersenyum.
            “Of course I am!” Niall langsung membuka tangannya lebar-lebar dan  membenamkan wajahnya ke dalam pelukan (YN).
            “Aaah aku kangen kalian berdua.” (YN) mulai menangis.
            “Hey, is that tears?” Harry menunjuk sesuatu yang berkilau di sudut mata (YN). “Come on, you supposed to be happy!”
            “It’s happy tears, Harry!” (YN) pun memeluk mereka berdua.
***
            “Welcome back, Pretty!” sebuah suara mengejutkan (YN) yang sedang berjalan sendirian melewati taman. Tidak ada siapa-siapa. Lalu tadi itu suara siapa?
            “Nice to see you again.” (YN) celingukan mencari asal suara itu.
Ternyata di sana! Suara itu datangnya dari atas pohon. Dan yang bicara itu Zayn! Zayn Malik sedang tiduran di atas batang pohon dengan santainya. (YN) terkejut. Apalagi saat tiba-tiba Zayn melompat turun dan mendarat tepat di depannya.
            “This is for you.” katanya sambil memberikan setangkai bunga mawar putih yang dia petik entah dari mana. Senyum manisnya hampir membuat (YN) mati berdiri.
            “A-aku? Bunga ini buat aku?” tanya (YN) gugup. Jantungnya melompat-lompat di dalam dadanya. Tiba-tiba dia lupa caranya bernapas.
            “Apa ada gadis lain di sini yang cukup cantik untuk menerima bunga ini selain kamu?” satu alis tebal Zayn terangkat. (YN) butuh oksigen sekarang.
            “Thank you.” (YN) gemetaran saat menerima bunga itu. Terlebih saat Zayn meraih tangannya, mengangkatnya, dan menciumnya lembut. (YN) menahan diri sekuat tenaga untuk tidak melompat-lompat sambil fangirling.
Sebenarnya yang artis itu dia atau Zayn?
            “Your biggest fan, (YN). Bye!” lalu Zayn pergi. Dan (YN) melayang.

***
            “Tampar aku!” (YN) yang baru datang mengejutkan Harry dan Niall.
            “Kenapa sih?” tanya Harry bingung.
            “Tampar aku sek—awww!” Niall menamparnya.
            “Hey, what are you doing?” bentak Harry.
            “(YN) bilang minta ditampar, bukan salahku dong.” Niall membela diri. “Sekarang baru aku tanya ada apa?”
            “This!” (YN) mengangkat bunga mawarnya sambil mengusap pipinya yang panas.
            “Wah, pasti dari fansmu ya?”
            “Ya, my biggest fan. Aaaaarghh!” (YN) histeris.
            “Dia kenapa sih, Harry?” tanya Niall sambil menggaruk kepalanya. Harry mengangkat bahu.
            “Dari Zayn.” Jawab (YN) malu-malu.
            “APA?!” Harry dan Niall melotot.
            “Buang gak?!” Niall berdiri dan menodong (YN) dengan telunjuknya. Harry terdiam. Ekspresinya tidak bisa ditebak.
            “Heeh enak aja!” (YN) berusaha melindungi bunganya.
            “(YN), come on! Dia itu Zayn! Geng 3D! Dictator, Dreadfull…”
            “Donkey! I know!” bentak (YN). “Kayaknya salah aku cerita sama kalian berdua!”
            “(YN), wait!” Harry berteriak memanggil (YN) yang beranjak pergi. “Ah, gara-gara kau sih, Niall! (YN), stop!”
            Lalu semenjak kejadian itu (YN) dan Niall resmi bertengkar dan tidak saling bicara.
            “Selama dia masih terus menghina Zayn dan teman-temannya, jangan harap aku mau bicara dengannya!”
            “Selama dia masih tergila-gila pada Donkey Kong itu, jangan harap aku mau bicara dengannya!”
***
            Malam ini Harry menginap di rumah Niall dan mereka begadang sampai larut malam.
“Kau tidak kangen (YN) ya?” tanya Harry.
            “Kalau dia berhenti berhubungan dengan pasukan donkey itu, baru aku kangen!” Jawabnya cuek sambil mengunyah pizza yang dipesannya bersama Harry.
            “Niall, come on! Ini sudah sebulan lebih! Dan sekarang dia jarang main lagi dengan kita.” kata Harry murung.
            “Dia kan keasyikan bergaul dengan genk 3D itu! Harry, (YN) itu artis sekarang. Jadi wajar kalau teman-temannya berubah dari kita menjadi anak-anak eksis seperti mereka.”
            “Kalau tau bakal begini, aku jadi menyesal dia ikut X-Factor. Kita harusnya cari cara lain.” gumam Harry sedih sambil memandang langit malam lewat jendela kamar Niall.
***
            Harry sedang berjalan-jalan di koridor yang sepi. Dia sedang melewati deretan lab. IPA ketika melihat mereka di sana. (YN). Zayn. Cowok itu tiba-tiba mendorong (YN) ke sudut dan menahannya di sana dengan tangannya. And then he kissed her passionately.
            Perasaan Harry hancur berkeping-keping. Seolah ada yang menarik keluar jantungnya dan melemparkannya ke tanah begitu saja. Karena tidak tahan Harry berlari menghampiri Zayn, menarik bagian belakang bajunya dan mendorongnya hingga jatuh ke lantai. Melepaskannya dari (YN) sejauh mungkin. Tidak ada yang boleh menyentuh gadis itu.
            “HOW DARE YOU!” kata Harry geram sambil meninju wajah Zayn.
            “Hey, what’s your problem?!”
            “HARRY!” pekik (YN) yang berusaha memisahkan mereka berdua.
            “Kamu pikir dia cewek apaan? HA?!” satu tinju lagi di rahang Zayn. “Dia itu bukan cewek yang bisa kamu perlakukan seenaknya!”
            “Harry, stop it!” Harry tidak mempedulikan kata-kata (YN). Zayn yang terus menerus dipukuli tiba-tiba bangkit dan balik menyerang Harry. Di pukulnya wajah Harry keras-keras.
            “Oh my God, please stop, BOTH OF YOU!”
            “Apa salahnya aku mencium pacarku sendiri?!” Seketika Harry seperti hilang kesadaran. Lalu dengan mudahnya Zayn membuat Harry terpuruk di lantai dengan bekas merah di sudut bibirnya.
            “Zayn, get off!” (YN) menarik Zayn, melepaskannya dari Harry. “STOP IT!”
            Harry terbatuk. Darah keluar dari mulutnya. “Jadi kalian?”
            “Ya! We’re in relationship right now! Do you have any problem with that?” bentak Zayn sambil mengusap darah di bibirnya dengan jempolnya. (YN) langsung merasa bersalah.
            “No, I’m not.” Perlahan Harry bangun. Mengerang karena kesakitan. Saat (YN) akan membantunya Zayn menahannya. “He can do it by himself, Baby.”
            “Ya, aku bisa sendiri. Urus saja pacarmu itu!” kata Harry sebelum meninggalkan mereka dengan tertatih-tatih.
            “Harry!” panggil (YN) dari kejauhan.
            “Ouchhh!” tiba-tiba Zayn mengerang, mencoba mengalihkan perhatian (YN) dari Harry.
            “Apanya yang sakit?” tanya (YN) khawatir sambil menyentuh wajah Zayn yang memar dan langsung melupakan Harry.
            “Bibirku. Sepertinya perlu dicium lagi.” kata Zayn dramatis sambil tertawa. (YN) langsung meninju dadanya.
***
But I see you with him slow dancing
Tearing me apart cause you don’t see
Whenever you kiss him
I’m breaking
Oh how I wish that was meeeeee
Oh how I wish that was me….

            “Shut up, Niall!” erang Harry sambil mengompres memarnya. “Tidak lucu, tau!”
            Niall tertawa. “Poor you, Harry! Whenever you kiss him I’m—”
            “I said shut up!” bentak Harry lagi. “Dari mana coba kau dapat lagu itu?!”
            “Setelah aku tahu darimana kau dapat memar-memar itu, aku langsung membuat lagu ini. Bagus kan?” Niall tertawa lagi.
            “Sama sekali tidak bagus!” kata Harry kesal. “Bukannya simpati malah nyindir! Teman macam apa kau ini?!”
            “Bagus tau! Dan sangat cocok denganmu.” Tambah Niall lagi. “Aku tau kok kau suka sama (YN).”
            “Eh? Memangnya kelihatan ya?”
            “Astaga, Harry! Siapa pun yang pernah melihat bagaimana caramu menatap (YN) pasti tau kalau kau suka dia!”
            “Oh ya?” sambil terus mengompres memarnya Harry tersenyum. Pikirannya melayang.
            “Can you see it too, (YN)?”
***
            Ting tong! Bel rumah (YN) berbunyi. (YN) yang sedang santai-santai di ruang tengah berjalan ke pintu dengan wajah bersungut-sungut.
            “Siapa sih malam-malam beg—Zayn?!” Cowok tampan itu berdiri di depan pintu. Gagah seperti biasanya. Baju kotak-kotak, varsity, sepatu kets, dan senyum yang manis.
            “Hello, beautiful!” satu alisnya terangkat. Ketampanan Zayn membuat (YN) membeku seketika.
            “Can I come in?” Zayn melambaikan tangan di depan wajah (YN).
            “Ah? Ya! Of course! Come in.”
            Begitu Zayn masuk ke dalam, matanya langsung mengamati bagian dalam rumah (YN) yang menurutnya sangat menarik. Rumah ini penuh dengan barang-barang etnik yang di dominasi kayu. Di ruang tamu ada lukisan suasana pasar di Bali, tempat di mana (YN) menghabiskan masa kecilnya. Di bawahnya ada meja dengan deretan foto-foto masa kecil (YN) dan keluarganya. Dari mulai di Inggris sampai terakhir di Turki.
            “Rumahmu sepi ya? Pada kemana orang-orang?” tanya Zayn sambil melepas varsity-nya dan menjatuhkan dirinya di sofa besar yang empuk.
            “Aku belum cerita ya? Keluargaku sudah pindah ke Swedia seminggu yang lalu. Lebih cepat dari rencana, seharusnya tahun depan.”
            “Terus kamu?”
            (YN) tersenyum, “Aku tinggal.”
(YN) menceritakan semuanya pada Zayn. Tentang keinginannya untuk tetap tinggal di Inggris sampai lulus kuliah dan alasannya ikut X-Factor. Kemudian Zayn mendekati (YN) lalu berbisik, “Jadi, sekarang kamu tinggal sendiri? Gak ada orang di rumah?” 
“Ya.”
            “Jadi kita bisa bebas melakukan apa saja?” Zayn memainkan alisnya. (YN) tersenyum lagi. “Ya. Kita bisa…. Ngapain aja.”
            (YN) menatap Zayn lekat-lekat. Berharap Zayn punya ide brilian tentang apa yang akan mereka lakukan malam ini berdua saja di rumahnya. Tadinya (YN) memikirkan sesuatu yang lebih, tapi ternyata yang keluar dari mulut Zayn adalah sesuatu yang tidak terduga.
“Ayo kita kemping!” Zayn mengangkat kedua tangannya yang terkepal dengan semangat.
***
            Api unggun. Tenda. Langit malam. Zayn. Bagi (YN) rasanya belum pernah ada malam seindah ini. Walaupun kelihatannya sederhana tapi semuanya terasa sangat sempurna. Ternyata selera Zayn unik juga.
Setelah mendirikan tenda Zayn menghampiri (YN) yang sedang menusuk-nusuk api unggun dengan kayu. “Suka?”
            “Kok kamu bisa punya ide begini sih?”
            “Kenapa? Norak ya?” Zayn duduk di sampingnya.
            “No, Zayn. It’s beautiful.” (YN) melempar senyum.
            “Beautiful? Maksudmu ini?” Zayn membelai wajah (YN) yang langsung merah padam karena malu.
            Tiba-tiba Zayn merebahkan tubuhnya di samping api unggun kecil buatannya itu. Kedua tangannya terlipat di bawah kepalanya. Matanya memandang lurus ke atas. “Lihat deh! Indah ya?” bisiknya. (YN) mendongak.
“Cuma ada satu bintang di atas sana, Zayn. Apanya yang indah?”
            “Berbaringlah di sampingku, pasti akan berbeda.” Zayn tersenyum.
Ragu-ragu (YN) merebahkan tubuhnya di samping Zayn. Di atas rumput halaman rumahnya yang baru saja di sulap jadi area kemping. Ia memandang lurus ke atas. Lalu tiba-tiba (YN) merasa takjub. Entah kenapa langit itu terlihat jauh lebih indah sekarang. Bintangnya masih ada satu, tapi dengan Zayn di sampingnya, dan tangannya yang merangkulnya, bahkan seandainya ada jutaan bintang pun seolah tidak ada apa-apanya dibanding ini.
“Kamu tahu kenapa cuma ada satu bintangnya di langit malam ini?” tanya Zayn sambil mengusap rambut (YN).
“Karena ini di London. Kita gak bisa lihat bintang di kota besar seperti ini. Terlalu banyak lampu.” Jawab (YN) serius.
“Salah! Tapi karena bintang-bintang yang lain sekarang lagi ada di sampingku.” Zayn tersenyum manis. Tiba-tiba tawa (YN) meledak.
“Bhahaha! Jangan sok romantis deh! Itu gombalan basi tau!” Zayn ikut tertawa.
Mereka memandang langit lagi. (YN) yang sebenarnya tersanjung dengan gombalan Zayn tersenyum. Pikirannya melayang. Tidak pernah terbayangkan dalam hidupnya bisa merasakan hal ini. Menjadi pemenang ketiga X-Factor bahkan terasa lebih nyata dibandingkan dengan ini. Berbaring di samping Zayn sambil memandang bintang, rasanya seperti sedang bermimpi.
Di tengah lamunannya itu tiba-tiba (YN) mendengar Zayn bernyanyi.

There is no other place that  I would rather be
Than right here with you tonight
As we lay on the ground
I put my arms around you
And we can stay here tonight
Cause there’s so much that I wanna say
I wanna say…

            “I love you, Zayn.” Bisik (YN) di telinga Zayn. Zayn menoleh, ditatapnya gadis di hadapannya lekat-lekat. Kedua mata cokelat itu saling beradu.
            “Do you love me?” tanya (YN) lagi. Tapi tidak ada jawaban. Tidak ada apa-apa selain satu ciuman lembut di pipi.
            “Sudah malam. Masuklah ke tenda dan tidur!” kata Zayn lembut. (YN) yang ngantuk berat pun menurut.
            “Kamu gak mau masuk juga?” kata (YN) sebelum menutup tendanya.
            “Terus kita tidur sama-sama di dalam gitu? Naaah.” Zayn menggeleng.  “Aku tidur di luar. Aku akan jagain kamu dari sini aja. Sana, masuk.” Zayn tersenyum. Lalu tiba-tiba (YN) serasa ingin meneteskan air mata.
“Bagaimana bisa aku tidak mencintai cowok sepertimu?”
            “Sleep tight, baby. Jangan lupa mimpi aku ya?” Zayn mengedipkan sebelah matanya.
            “Good night, Zayn!” sambil tersenyum (YN) menutup resleting tendanya.
***
            Setelah tahu (YN) sekarang tinggal sendiri, sekarang Zayn, Louis, dan Liam sering menghabiskan waktu bersama di sana. Tapi kali ini bukan cuma kemping. Dari sekedar nonton DVD sampai pesta besar pun sering mereka lakukan. Kadang Liam dan Louis mengajak pacar-pacar mereka, Danielle dan Eleanor ikut ke rumah (YN) dan membuat acara triple date. They six become bestfriends now.
***
            Harry sedang menuju perpustakaan ketika ia tidak sengaja menemukan mereka di sana. Bertiga seperti biasa. Salah satu dari mereka memegang majalah dengan wajah Zayn dan (YN) sebagai covernya. Harry bersembunyi di balik dinding sebelum belokan di lorong itu dan menguping seluruh pembicaraan mereka.
            Kalau saja saat ini Harry sedang menggenggam sesuatu, benda itu pasti sudah remuk di tangannya sekarang.
***
            “Gimana hubunganmu sama Zayn?” tanya Harry hati-hati.
            “Baik. Baik banget malah!” jawab (YN) antusias.
Harry terdiam. Bingung setengah mati bagaimana cara memberitahu (YN) yang sebenarnya kalau selama ini Zayn dan teman-temannya cuma memanfaatkan popularitasnya untuk mendongkrak band mereka. Mereka masih band yang gagal. Gagal karena tidak bisa menaikkan popularitasnnya sendiri, tapi malah dengan cara licik yang menyakiti hati orang lain.
            “Tentang berita-berita di majalah itu, kamu sama sekali gak keganggu ya?”
            “Kenapa harus keganggu? Yang mereka tulis berita baik semua kok. Dan karena itu juga, sekarang Three Direction jadi semakin populer. Jadi mereka bukan band gagal lagi sekarang!” nada bicara (YN) meninggi pada kalimat terakhir.
            “Justru karena itu, (YN)… justru karena itu kamu harus jauhi Zayn sekarang juga!” kata Harry dalam hati.
            “Harry?” (YN) membuyarkan lamunannya.
            “Ya?”
            “Lukamu belum sembuh ya?” (YN) menyentuh lembut bekas memar Harry di sudut bibirnya. Bekas pukulan Zayn waktu itu.
            “Ah? Gak papa kok.” Harry menyingkirkan tangan (YN). “Udah gak terlalu sakit, cuma memang masih berbekas. Sebentar lagi juga hilang.”
            “Aku minta maaf ya? Seharusnya waktu itu aku—”
            “No, (YN). You don’t have to doing anything.” Harry menggenggam tangannya. “It’s okay if I gets hurt, at least it’s not you.”
            “Why you say this, Harry?”
            Harry menarik napas dalam-dalam. “Aku minta maaf karena harus bilang ini, tapi… sebaiknya kamu hindari Zayn dan juga teman-temannya mulai sekarang.”
Terlihat jelas keterkejutan sekaligus kebingungan di wajah (YN). “Harry what do you mean?”
“Dia bukan cowok baik-baik, (YN)! Zayn, Liam, Louis, Three Direction, selama ini mereka cuma memanfaatkan popularitas kamu untuk naikin popularitas band gagal mereka!”
“Berhenti bilang mereka band gagal!” suara (YN) mulai meninggi. “Mereka berbakat kok! Mereka cuma belum punya kesempatan. Kalau sekarang mereka populer itu karena usaha mereka sendiri, bukan karena aku!”
“(YN), come on! Sejak kapan mereka mulai deketin kamu? Sejak kamu menang X-Factor kan? Sebelum itu, boro boro! Melirik kamu sedikit pun aja mereka gak pernah!” Mata hijau Harry menatap (YN) tajam.
“Stop it, Harry! Sampai kapan kamu dan Niall mau jelek-jelekin mereka terus?!” (YN) bangkit dari kursinya. “Aku tahu kamu marah karena Zayn udah mukulin kamu, tapi bukan begini caranya balas dendam, Harry! Lagi pula, coba deh ingat-ingat lagi, siapa yang mulai duluan?!”
“Bukan gitu—”
“Aku gak tau apa masalah kalian, dan aku gak peduli! Tapi yang jelas tolong jangan pernah hina mereka di depanku. Zayn itu pacarku, dan Liam sama Louis itu temanku.  Jadi kamu jangan coba-coba jelek-jelekin mereka di depanku karena aku gak akan percaya! Aku percaya mereka seperti aku percaya kamu dan Niall. Aku akan melakukan hal yang sama kalau ada orang yang jelek-jelekin kamu atau pun Niall. So, please Harry… stop it.”
“(YN), listen to me! Zayn itu cowok gak bener!” Harry menarik tangan (YN) tapi (YN) menghempaskannya begitu saja.
“Terus cowok yang bener itu yang seperti apa? Seperti kamu?!” bentak (YN) di depan wajahnya. Suaranya bergetar. “That’s enough, Harry!”
(YN) pergi. Menyisakan Harry yang menjerit-jerit memanggil namanya. Tapi (YN) tidak pernah menoleh. Tidak pernah bicara dengan Harry lagi. Dua orang favoritnya, dua orang yang pertama kali dikenalnya di sekolah ini, dua alasan yang membuatnya ingin tetap tinggal, rasanya sudah tidak ada lagi.
Selama berminggu-minggu mereka tidak saling bicara. (YN) dan Niall masih seperti musuh. Tapi (YN) dan Harry seperti dua orang yang tidak pernah saling mengenal. Bahkan saat berpapasan pun mereka saling menghindar. Lebih tepatnya (YN) yang menghindari Harry.
Selama itu juga hubungan (YN) dan Zayn baik-baik saja. Begitu juga dengan Three Direction. Mereka bahkan mendapat tawaran untuk berkolaborasi di sebuah acara besar bulan depan. Perlahan popularitas Three Direction hampir menyamai (YN). Seems like everything’s okay, rite?
Yes, it is. Everyrthing is okay. Sampai suatu hari Harry tidak sengaja bertemu (YN) di lorong. (YN) yang sedang berlari tiba-tiba menubruk Harry dari arah berlawanan.
“Heh, matamu di mana sih?” pekik Harry kesal. Setelah sadar bahwa yang menabraknya adalah (YN), ekspresi Harry langsung berubah.
“(YN)?” panggilnya pelan.
(YN) tidak menjawab. Wajahnya menunduk. Mereka berdua berdiri bergeming sebelum Harry menyadari ada yang salah dengannya. Harry tercengang. Wajah (YN) basah oleh air mata. Matanya merah dan bibirnya bergetar.
“(YN), what’s goin’—” Harry lifted her chin softly.
“Harry…” Tiba-tiba (YN) menghambur dalam pelukan Harry.
“Hey, what happened?” Harry balas memeluknya erat. Mencoba menenangkannya sekaligus melepas rasa kangennya pada (YN) selama ini. (YN) tidak menjawab dan terus terisak. Dipeluknya Harry semakin erat seolah sedang menahan sakit yang teramat sangat. Harry bisa merasakan bajunya mulai basah karena tetesan air mata.
“It’s okay, (YN), it’s okay. I’m here. Menangislah kalau itu bisa bikin perasaanmu tenang. My shoulders are always here for you.” Harry membelainya lembut.
“Forgive me, Harry.” Suara (YN) parau. “Sorry I’m not listened to you. You’re right! He’s a bastard! Aku—”
“Hey,” Harry melepaskan pelukan (YN). Diraihnya wajah (YN) dengan kedua tangannya. Mata hijau itu menatap (YN) lagi. “Abis ini kamu ada kelas apa lagi?”
“Math.” Jawabnya.
“Ah, Math is boring!” gumam Harry. “Tahan dulu ceritamu, gimana kalau kita makan es krim? Kita cabut!”
***
Di tengah kekesalannya, sambil menyambar semangkuk es krim dengan ganas, (YN) menceritakan kebusukan Zayn dan Three Direction pada Harry. Tadi siang (YN) tidak sengaja melihat Zayn sedang bersama Perrie, si kapten cheerleaders. Mereka kelihatan sangat mesra. Selain itu Zayn juga bilang ke Perrie, kalau dia hanya memanfaatkan (YN) untuk bandnya. (YN) pun langsung menghampiri Zayn dan menghajarnya.
“That’s for Niall!” satu tamparan keras di pipi.
“For Harry!” satu tinju perut.
“And that’s for our friendship that you break!” dan satu tendangan maut di bawahnya, yang langsung membuat Zayn KO sambil bergumam, “Ooouch, my boy!”
“I was so stupid, Harry! Coba waktu itu aku—”
“Hey,” Harry menggenggam tangan (YN) untuk menghentikan ocehannya. “Forget about it, okay? Kamu sudah tahu kebenarannya dan kamu juga sudah memberinya pelajaran kan?”
“Tapi Harry, aku masih belum puas! Rasanya benar-benar sakit diperlakukan seperti itu! dia itu benar-benar—”
“Sshhh, gak baik ngomongin orang. Ikut aku yuk!” Harry menarik tangan (YN).
***
Roller coaster. Kincir raksasa. Komidi putar. Balon warna-warni. Gula-gula kapas. Harry. Sekali lagi (YN) merasa malamnya sempurna. Sehabis makan es krim Harry mengajak (YN) ke Fun Fair. Teriak sekeras-kerasnya saat meluncur dengan roller coaster, naik cangkir putar sampai muntah dan melupakan Zayn.
(YN) bisa tertawa lagi berkat Harry dan boneka kucing yang diberikannya, hadiah dari permainan lempar gelang. Harry juga merasa lebih baik bisa dekat dengan (YN) lagi. (YN) memang tidak memberikannya boneka atau apa pun, tapi melihat senyum (YN) rasanya sudah lebih dari cukup. Meskipun setiap saat fans (YN) datang menyerbu minta foto bersama, dan Harry diminta untuk memotret mereka, tapi dia sama sekali tidak terganggu. Apa pun, asal bersamanya, berarti bahagia bagi Harry.
“Are you happy tonight?” tanya Harry dalam perjalanan pulang sambil memakan gula-gula kapasnya. “Maaf ya, aku cuma bisa ajak kamu ke Fun Fair.”
“It was the best night I ever had in my life, Harry. Thank you.” (YN) tersenyum lalu menggandeng tangan Harry.
“Oh ya? Great then.” Harry balas tersenyum.
“Yaa, specially for this.” (YN) mengangkat boneka kucingnya “It’s really cute. And it looks like you.”
“Apanya yang mirip?” protes Harry.
“Tuh, mata kalian berdua. Sama-sama hijau dan besar!” (YN) cekikikan. Harry ikut tertawa. Kemudian mereka berjalan lagi. Menikmati angin malam yang membelai lembut mereka berdua.
Setibanya di depan rumah (YN), ketika Harry akan pulang, (YN) menarik tangannya. Menahannya agar jangan pergi. Tangannya yang satu lagi terangkat, jarinya menghapus noda pink gula-gula kapas di sudut bibir Harry.  “Thank you for tonight, Harry.”
Harry meletakkan tangannya di atas tangan (YN) lalu menyingkirkannya perlahan. Ditatapnya mata (YN) dalam-dalam. Sambil mendekat, Harry mengusap pipinya.
Mereka sudah sangat dekat. Kedua mata mereka sudah menutup. Ketika benda lembut dengan rasa gula-gula kapas itu menyentuh bibir (YN), tiba-tiba suara seseorang mengejutkannya.
“(YN), masuk!” seorang cowok yang sangat mirip (YN) dengan rambut spike dan tangan berotot berdiri di depan pagar. Secepat kilat Harry dan (YN) menjauh, tidak sengaja saling mendorong.
“Kakak?!” pekik (YN) terkejut.
“Kakak?” ulang Harry sama kagetnya.
“Harry, kamu pulang ya?” panik karena kepergok kakaknya, (YN) menyuruh Harry pergi. Kakak (YN) menatap Harry sampai-sampai Harry salting.
“Aku pulang dulu ya? Sampai ketemu besok!” Harry berjalan mundur sambil melambai. Tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya karena kejadian malam ini.
“See you at school, Harry!” (YN) membalas senyumnya.
***
            “Harry?” suara parau (YN) keluar dari handphone Harry.
            “Hallo, (YN)? Kamu di mana? Sebentar lagi masuk!” jawab Harry panik.
            “Aku di bandara.”
            “Di mana?!” tanya Harry setengah berteriak.
            “Ayahku sakit, Harry. Bisnis kami jadi kacau, begitu juga dengan keluarga kami. Yang kemarin di depan rumahku itu kakakku. Dia datang dari Swedia untuk… menjemputku.”
            “Well, hati-hati kalau begitu.” Jawab Harry pelan. “Salam sama ayahmu ya, semoga cepat sembuh dan kamu bisa cepat pulang.”
            “Aku gak akan pulang, Harry.” Entah karena sinyal yang buruk atau apa, tapi Harry mendengar suara (YN) tercekat. “Aku harus tinggal di Swedia sekarang dan menetap di sana. Harry, aku menyesal pernah berharap bisnis ayahku bangkrut. Sekarang ini kejadian! Tapi aku gak tau kalau semua akan jadi seburuk ini. Aku harus membantu keluargaku untuk memulai bisnis baru di sana. Aku juga udah gak peduli lagi dengan karierku. Aku cuma mau ayahku sembuh dan keadaan membaik. Maafkan aku karena belum mengucapkan salam perpisahan. Tapi kalau pun sempat aku rasa aku gak akan mampu melakukannya saat melihat wajahmu.”
            Begitu banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan Harry saat ini. Tapi bahkan sebelum ia menyelesaikan satu kata pun, (YN) memotongnya.
            “Sampaikan permintaan maafku ke Niall ya? Atas semua yang udah terjadi sama kita selama ini. Karena ketololanku aku jadi memusuhi sahabatku sendiri. Tapi aku gak pernah benar-benar marah sama dia kok. Niall dan juga kamu akan tetap jadi dua orang favoritku sampai kapan pun. I love you so much, guys! Thank you for everything you gave to me. Aku gak akan pernah lupain kalian. Selamat tinggal.” Suara tangis yang pilu. Lalu telepon terputus.
            Seketika Harry hancur. Seolah semua organ tubuhnya ditarik paksa dari tulangnya, sampai cuma  tersisa air mata, yang bahkan setiap tetesnya tak kan mampu mengungkapkan kesedihan yang dirasakan Harry.
            (YN) pergi. Teman, sahabat, orang yang paling Harry sayang, yang menjadi alasan di balik setiap senyumnya, sekarang sudah tidak ada lagi. Setidaknya di sini, di sisi Harry. Segala usahanya dan Niall untuk mempertahankannya sia-sia. Jadi artis, X-Factor, semua itu tidak ada gunanya lagi. Dia tidak akan kembali.
            Kehilangan (YN) bagi Harry sama halnya seperti kehilangan alasan hidup, dan alasan untuk menjalaninya. Berhari-hari, berminggu-minggu, tidak ada yang Harry lakukan selain diam. Ignore the world. Duduk dengan wajah murung menanti gadis blasteran tiga benua itu menghampirnya dan membuat segalanya menjadi lebih baik seperti sebelumnya, adalah rutinitas barunya sekarang. Seolah tidak ada yang lebih penting di dunia ini selain (YN). Seolah dia menghadapi semua ini sendirian. Seolah dia tidak punya Niall yang kehilangan sahabatnya, bukan cuma satu tapi dua.
            Seperti hari-hari suram lainnya, Niall duduk sendirian di kafetaria. Satu lagi yang hilang setelah kepergian (YN), yaitu Niall yang begitu mencintai makanan. Tanpa (YN) dan Harry, Niall juga kehilangan dirinya.
            “Hey, where’s your mate, Leprechaun?” seseorang menyapanya tapi Niall tidak peduli.
            “Come on! Life is beautiful, Man! Sampai kapan kalian berdua hidup seperti patung beg—”
            “Can’t you just stay away from me, HA?!” Niall tiba-tiba bangkit dan menarik kerah baju Zayn. Yes, it’s Zayn.
            “Easy, Man! Aku tidak ingin cari gara-gara denganmu kok!”
            “Lepaskan dia, Niall. Ini sekolah, kau tidak mau dapat masalah kan?” Louis mencoba menenangkan Niall. Dihempaskannya Zayn begitu saja lalu dia kembali duduk.
            “What do you want from me?! Punya rencana busuk apa lagi kalian?” desak Niall.
            “Wow, calm down, Man!”
            “Jangan sok akrab deh! Kalian tau kan kita ini musuh?!”
            “Musuh?” Liam tersenyum padanya. Begitu pula Zayn dan Louis. “Sejak kapan kita resmi jadi musuh, Niall?”
            “Sejak kalian memanfaatkan (YN) untuk band gagal kalian? Dan sejak sebelumnya?”
            “Really?” Zayn memandang langit-langit. “We don’t think so.”
            “Look, I’m sorry for everything, okay? Aku tahu seharusnya bukan padamu aku meminta maaf.” Wajah Zayn tiba-tiba murung. “Karena itu aku butuh bantuanmu.”
            “Kita… saling membantu.” Tambah Liam.
            “What are you talking about?!”
            Zayn memandang Liam dan Louis bergantian. Senyum mengembang di bibir mereka. Lalu Liam menepuk bahu Zayn sambil tersenyum ke arah Niall. “Kau dan Harry… suka musik kan?”
***
            “Mau apa kau di sini?” tanya Harry lesu.
            “Aku cuma mau memberimu ini.” Niall meletakkan gitarnya di atas meja Harry. “Tuangkanlah semuanya ke dalam musik. Gitar ini akan membantumu untuk melupakannya.”
            “Bukannya ini gitarmu?” tanya Harry tanpa memandang Niall seolah mereka tidak saling kenal. Niall terlalu mengingatkan Harry pada (YN), dan itu menyakitkan.
            “Ya, tidak papa. Kalau cuma gitar aku masih bisa beli yang baru. Tapi kalau sahabat, aku tidak tahu harus membelinya di mana.”
Harry tersentak. Hatinya mencelos. Ia pun mendongak dan memandang Niall, sahabatnya sejak kecil, yang kini terabaikan olehnya.
            “She said sorry to you.” kata Harry kemudian. Sebelum keluar Niall berhenti tepat di ambang pintu.
            “Maaf aku baru bilang sekarang, tapi… dia minta maaf. She never hate you, you know? Kau masih jadi cute rhino-nya. She loves you. You know, as a best friend, maybe brother.”
            Sebelum Niall menutup pintu, Harry bisa melihat titik yang berkilau di mata Niall dan senyum kecil di bibirnya.
***
3 YEARS LATER

If he’s the reason that you’re leaving me tonight
Spare me what you think and
Tell me a lie
Tell me a lie
Tell me a lie
Tell me a lie….

“Okay thank you everyone! Good job!” Suara tepuk tangan membahana di ruangan itu.
“Aku keluar duluan ya? Nanti kalian menyusul!”
Harry berjalan sendirian di lorong berkarpet tebal itu. Ia tersenyum. Tidak pernah terbayangkan olehnya kalau semuanya akan jadi seperti ini. Ini terlalu indah untuk dibayangkan.
Keadaan sudah jauh lebih baik sekarang. Dan semua itu berkat mereka. Berkat mereka Harry merasa hidupnya kembali. Berkat mereka Harry menemukan apa yang sesungguhnya dia inginkan dalam hidup. Musik.
Tiba-tiba Harry seperti disihir. Tubuhnya membatu. Tidak bergerak sama sekali. Dia bahkan tidak bernapas. Matanya terbelalak. Dan hatinya… entah bagaimana cara menggambarkannya.
Gadis itu berdiri kurang dari sepuluh meter di depannya. Selain pakaian mahal yang membalut tubuhnya, tidak ada yang berbeda darinya. Wajahnya, matanya, semuanya masih tampak sama.
Harry berjalan mendekat. Perlahan seolah ada batu besar terikat di kakinya. Begitu ia berdiri tepat di hadapannya, ia bertanya pelan, “Is this you?... (YN)?”
“Harry? Wha—” belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba dia sudah berada di dalam pelukan Harry. Dengan kehangatan yang masih sama seperti dulu.
“I miss you so much, (YN)!” suara Harry bergetar. “Aku gak percaya akhirnya kita bisa ketemu lagi. Ini bukan mimpi kan?”
(YN) tidak bicara sepatah kata pun. Hanya menikmati harum dan hangatnya pelukan Harry yang dia rindukan selama hampir dua tahun. Air mata mengalir di pipinya dan membasahi baju Harry.
“Harry…” kata (YN) susah payah sambil menahan rasa sakit di tenggorokannya.
“I love you, (YN)!” kata Harry tiba-tiba. Seketika (YN) melepaskan pelukannya. Terkejut.
“Aku sudah menunggu tiga tahun lamanya untuk mengucapkan kata-kata itu. Dan sekarang aku lega.” Harry tersenyum.
“Kamu... bilang apa barusan?” tanya (YN) gemetar.
Jag alskar dig (‘I love you’ in Swedish).” Ulangnya sambil membelai wajah (YN) lembut.
Tiba-tiba (YN) merasa de ja vu. Seolah mereka kembali ke malam itu. Setelah pulang dari Fun Fair di depan rumahnya. (YN) menutup matanya. Ia penasaran, apakah benda lembut di bawah hidung Harry rasanya masih seperti gula-gula kapas?
“Yow, Harry! Gotcha! What are you doin’—”
Benar-benar persis seperti malam itu. Suara seseorang mengacaukan semuanya. Cowok imut berambut pirang tiba-tiba muncul di belokan. Mulutnya terbuka.
“Niall?!” pekik (YN) sama terkejutnya. “Harry, kamu kesini sama Niall?!”
Belum pulih jantung (YN) karena kehadiran Niall, muncul tiga orang lain dari tempat yang sama.
“Kalian?!”
“(YN)?!” pekik Zayn, Liam, dan Louis bersamaan.
“Kenapa—”
“Oh my God, (YN)!” Niall langsung berlari ke dalam pelukan (YN), membenamkan wajahnya di leher (YN). She missed the Horan Hug so badly.
“I’m sorry, (YN). I’m sorry for everything! Setiap hari aku berdoa supaya kita bisa ketemu lagi. I really really miss you.” isak Niall. Sambil tersenyum (YN) membelai rambut pirangnya, one of her favorite thing.
“(YN)…?” tiba-tiba seseorang menarik Niall mundur agar dia bisa gantian memeluk (YN). Niall mengumpat dalam bahasa gaul Irlandia.
“I miss you so much, babe!” Zayn memeluk (YN) erat. (YN) terkejut sampai-sampai lupa untuk balas memeluknya.
“Come on, Zayn! Kau mau dihajar (YN) lagi?” Liam dan Louis tertawa.
“Aku minta maaf ya? Waktu itu aku—”
“Forget about it, Zayn.” (YN) tersenyum. “It never happened. Aku juga minta maaf sudah menghajarmu waktu itu.” Zayn memeluknya sekali lagi.
“Nice to see you again, (YN)!” Liam memeluknya singkat.
“Yeah, kapan kita bisa nonton DVD di rumahmu lagi?” (YN) tersenyum sambil balas memeluk Louis. “You know, Eleanor miss you so much.”
“Danielle miss you too.” Sahut Liam. “But I can’t believe we can see you again here!”
“Neither do I!” jawab (YN). “Kenapa kalian bisa ada di sini sih?! Berlima lagi!”
“Memangnya kenapa kalau kita bisa sampai ke Swedia?” Harry melirik teman-temannya sambil tersenyum jahil. Kompak membuat (YN) semakin bingung.
“No, I mean here! Kenapa kalian bisa ke sini? Ke studio rekaman ini dan berlima?! Someone need to tell me right now!” desak (YN) penasaran.
“You right!” Louis menjentikkan jarinya. “Someone need to tell you. Come on, boys! Kita sapa fans kita di luar.” Louis menggiring Niall, Liam dan Zayn sambil melirik Harry yang langsung tersenyum padanya. Mata hijau Harry seolah berkata “Terima kasih, Louis!”
“Wait! No! Aku belum—” Zayn memberontak sambil terus memandang (YN).
“Come on, Zayn! You’ve already break her heart!” bisik Liam. Louis dan Niall terkikik.
“Tapi aku kan sudah bilang ke kalian kalau aku—”
“Eits! Jangan coba-coba ya, Zayn? Kalau kau berusaha merebut (YN) dari Harry, aku tendang kau sampai ke Bradford!” ancam Niall. Di tengah suara tawa Liam dan Louis, Zayn mengeluh kecewa.
***
FLASHBACK 3 YEARS EARLIER

“Sorry. But I think I love (YN), Perrie.”
“What?! Zayn, we just kissed!”
“Yeah, you ask for it! Tapi jujur aku tidak bisa berhenti memikirkan dia. Maaf, aku memang menyukaimu tapi—”
“Enough, Zayn! Seharusnya tadi aku biarkan (YN) menghajarmu sampai mati!”

Skip

“Kau dan Harry… bisa main musik kan?”
“Memangnya apa urusanmu?”
“Ada yang ingin aku sampaikan ke (YN). Karena itu harus bertemu dengan dia.”
“Forget about it! Kau tahu kan dia ada di Swedia sekarang?”
“Karena itu aku butuh bantuan kalian!”
“Perlu kau tahu kalau bandku bukan band gagal lagi! Saat ini popularitas kami sedang naik. Aku kenal orang yang punya perusahaan rekaman yang berbasis di Swedia. Mereka bisa mengatur supaya band ini bisa rekaman di sana. Tapi mereka merasa ada yang kurang di band ini.”
“Ya. Otak!”
“Whatever, Niall, dengarkan aku dulu! Mereka hanya mau mengontrak band yang benar-benar hebat! Kalau kalian ingin bertemu dengannya di Swedia, bergabunglah dengan bandku. Kita ciptakan musik yang bagus supaya kita bisa punya kesempatan untuk rekaman di sana!”
“Kenapa kau mengajak kami berdua?”
“Karena aku tau kalian berdua bisa main musik. Dan aku tahu kalian hebat. Selain itu juga…… yang dia ingin temui itu kalian, bukan kami apalagi aku. Aku cuma ingin bilang maaf padanya, and I think I…. I love her.”
“What are you talking about, Zayn?”
“I don’t know, Liam. Tapi seperti itulah perasaanku. Entah kenapa aku tidak bisa berhenti memikirkan dia. Gara-gara sandiwara itu, aku malah jadi suka betulan! But don’t worry, Niall, aku tidak akan mengambil dia lagi kok. Tujuanku adalah supaya aku bisa bertemu dia dan meminta maaf. Cuma itu. Dan… untuk mengakhiri perang dingin yang tidak jelas asalnya ini dengan kalian berdua.”
“Harry bisa bernyanyi. Suaranya bagus. Tapi aku rasa dia perlu waktu. Aku akan coba pelan-pelan membujuknya supaya dia mau main musik lagi.”
“Beri tahu Harry alasannya, Niall. Dia pasti tidak akan menolak.”
***
PRESENT DAY

            “Akhirnya kami bergabung di band yang sama. Dan yang mengejutkan ternyata musik kami cocok. Itu juga yang membuat kami berlima jadi kompak. Melalui musik hidup kami jadi lebih… I don’t know, more colorful? Yang jelas kami jadi sahabat sekarang. Kami juga sepakat untuk mengubah nama band ini dari Three Direction menjadi One Direction. Dan untungnya orang-orang suka dengan konsep baru band ini! Orang kenalannya Zayn itu mengontrak kita dan akhirnya, di sini lah kami sekarang. Rekaman untuk album kedua kami.” Harry mengakhiri ceritanya.
            “Aku senang akhirnya kalian akur berkat band ini.” (YN) tersenyum. “Dan One Direction, aku rasa itu nama yang bagus. It’s sounds better than Three Direction.”
            “Kamu tau  alasannya kenapa kami memilih nama itu?” Harry tiba-tiba berhenti di depan sebuah toko dengan jendela yang besar. Diraihnya tangannya (YN).
            “The reason is you, (YN).” Harry menggenggam tangan (YN). “Itulah alasannya kenapa band ini bisa ada. Alasan aku, Niall, Zayn, Liam, dan Louis bisa jadi seperti ini. Alasan kami bisa merasakan pengalaman yang luar biasa sebagai satu band. Dan aku yakin kamu menyimak ceritaku, kalau tujuan band ini dibuat adalah supaya kita bisa punya kesempatan untuk ketemu kamu lagi di sini.”
(YN) hanya bisa terdiam dengan matanya yang berkilauan. Kata-kata Harry terlalu indah baginya. Mana mungkin dia seberarti itu bagi mereka. Mana mungkin semua ini bisa terjadi karena dirinya.
Mungkinkah?
Harry menghapus air matanya perlahan. Tidak peduli mereka sedang berada di jalan yang ramai, orang-orang berlalu lalang di sekitar mereka. Dengan fans One Direction dan (YN) yang bisa muncul kapan saja dan menyerbu mereka, Harry tetap mendekat. Begitu dekat sampai mereka bisa merasakan hembusan napas satu sama lain. Untuk pertama kalinya setelah tiga tahun, tanpa ada suara apa pun yang akan merusak segalanya, (YN) bisa merasakan sensasi manis gula-gula kapas itu sekali lagi.
“And towards on you… is my direction.” Bisik Harry kemudian.

***

No comments:

Post a Comment