Saturday, September 1, 2012

Come With Me

By @callmeputri , 16

Contestant of 1D Fanfic Contest


“Yn! Coba kamu jelaskan apa yang ibu terangkan barusan!”.
          “…………”
          “Kenapa diam? Kamu tidak bisa? Kalau tidak bisa, keluar dari kelas saya sampai kamu tau apa jawabannya!”.
          “Wuuu. Hahahaha”. Yn keluar bersama dengan ejekan teman-teman kelasnya.
          Sudah seminggu sejak Yn pindah ke sekolah itu, ia terus saja di hukum keluar kelas. Alasannya pun selalu sama, yaitu melamun dan tidak memperhatikan pelajaran. Semua guru sudah kewalahan menghadapinya. Ada yang membiarkannya, ada juga guru yang menghukumnya seperti ini. Sebenarnya Yn yang dulu bukanlah Yn yang suka melamun seperti ini. Tapi sejak kejadian itu, Yn tak lagi mempunyai gairah hidup. Ia terus saja diam dan melamun.
          Yn pun pergi ke atap sekolah. Satu-satunya tempat yang ia sukai dari sekolah itu, karena hanya di ataplah ia bisa memandang langit lebih dekat. Namun ketika sampai di atap itu, ia menemukan orang lain disana. Padahal biasanya tidak pernah ada yang lain selain dirinya. Tapi Yn tidak terlalu memusingkan hal itu. Sampai akhirnya orang itu menyadari kehadiran Yn.
          “Apa yang kamu lakukan di sini?”. Tanya laki-laki itu.
          Yn tidak menjawab.
          “Hei. Aku berbicara padamu”. Panggil laki-laki itu sambil menyentuh pundah Yn.
          “Hanya berusaha menatap langit dengan lebih dekat”. Jawabnya dingin dan tanpa menoleh.
          “Menatap langit? Kamu juga suka langit? Kalau begitu kita sama!”. Jawab laki-laki itu sambil tersenyum lebar, memamerkan deretan giginya yang rapi. “Rasanya ketika menatap langit dengan jarak sedekat ini, bisa membuat semua masalah yang kita punya seakan lenyap”. Sambung laki-laki itu.
          “Tapi ketika keluar dari sini, masalah yang awalnya terbang, kembali lagi”. Jawab Yn sambil menatap laki-laki itu.
          “Ya”. Di tatap seperti itu, Harry seakan salah tingkah. “Uhm.. Kenalkan aku Harry, Harry Styles. Kamu?”. Laki-laki itu mengulurkan tangannya.
          Yn sempat terdiam memandang tangan itu sampai akhirnya ia menyambutnya. “Yn”.
          “Ah okay Yn. Kamu kelas berapa?”.
          “Kelas 2”.
          “Wah berarti masih lebih tua aku. Aku kelas 3 dan aku murid baru disini, baru sehari”.
          “…….”
          “Ehm mungkin kamu butuh waktu untuk sendiri ya? Okay yasudahlah”. Sambung Harry melihat Yn tak kunjung bicara.
          “Kenapa terus menatapku?”. Tanya Yn risih.
          “Eh ehm maaf maaf”.
          Melihat Harry terus salah tingkah, membuat Yn tak dapat menahan tawa.
          “Kenapa tertawa?”.
          “Kamu lucu”. Jawab Yn masih tertawa. Sudah lama sekali rasanya ia tak tertawa seperti ini.
          “Lucu?”. Harry semakin salah tingkah.
          “Haha maaf. Ngomong-ngomong, aku juga murid baru di sini. Sama seperti kamu”. Yn mulai tertarik untuk mengobrol dengan Harry.  
          “Oh ya? Baru hari ini juga?”.
          “Aku sedikit lebih lama. Satu minggu”.
          “Oh. Kamu kenapa pindah ke sekolah ini?”.
          Mendengar itu, Yn kembali terdiam.
          “Kenapa? Aku salah bicara ya?”. Harry mulai panik melihat Yn tiba-tiba diam.
          “Enggak kok. Kalau kamu kenapa pindah kesini?”. Entah kenapa, Yn tak bisa bersikap dingin dengan laki-laki ini. Sikap yang selalu dilakukannya kepada semua orang sejak kejadian itu..
          “Uhm.. Aku kesini karena di sekolah ku yang lama, pelajarannya terlalu mengikat. Jadi aku tidak punya cukup waktu untuk band ku. Kalau disini, bisa di pastikan aku punya banyak waktu kosong, karena kamu tau sendiri kan? Sekolah ini enggak terlalu mengikat muridnya dengan pelajaran”. Harry tidak memaksa Yn untuk bercerita mengenai sikapnya yang tadi. Karena ia tau Yn tak ingin menceritakannya.
          “Band? Kamu punya band? Cool. Band apa?”.
          “One Direction”.
          “One Direction? Seperti pernah dengar”. Sejak kejadian itu, Yn memang tidak memperdulikan apa-apa lagi, sehingga ada Band baru di London pun, ia tidak tahu dan tidak ingin tahu.
          “Ya, memang masih baru sih. Belum sampai setahun. Oh iya, kamu nggak lapar? Kita beli makanan yuk”.
          “Boleh. Yuk”.
          Kemudian merekapun berdiri dan keluar dari atap sekolah.
          “Loh, kantinnya di sana”. Kata Yn karena Harry ternyata tidak menuju kantin.
          “Siapa bilang kita ke kantin? Makan di tempat lain”. Jawab harry sambil tersenyum lebar.
          “Hah? Tapi ini masih jam sekolah”.
          “Tenang saja. Lihat ya”. Harry mengedipkan sebelah matanya dan kemudian menuju ke seorang guru yang bertugas memberi izin untuk setiap murid yang ingin pulang lebih dulu.
          Setelah sekitar 5 menit, Harry kembali sambil terus tersenyum lebar.
          “Berhasil. Yuk!”. Harry menarik tangan Yn menuju pagar sekolah. Yn hanya diam ketika Harry menarik tangannya. Ternyata di depan sekolah sudah ada mobil yang menunggu mereka.
          “Pak ke tempat makan biasa ya”. Kata Harry kepada supirnya.
          “Kita mau kemana?”. Tanya Yn bingung.
          “Nanti kamu tahu sendiri”. Harry tersenyum lagi.
          Ternyata Harry mengajak Yn ke sebuah tempat makan sederhana yang sangat nyaman. Sudah lama sekali Yn tidak pernah makan di tempat senyaman ini.
          “Kamu suka?”.
          “Ya. Suka sekali”.
          Mendengar itu Harry kembali tersenyum.
          Mereka menghabiskan waktu berjam-jam di tempat makan itu. Dan selama berjam-jam itu, Yn tak pernah sekalipun berhenti tersenyum dan tertawa. Meski terkadang Yn merasa risih dengan gadis-gadis yang meminta foto dan tanda tangan Harry.
          “Band  kamu sudah sangat terkenal ya?”. Tanya Yn akhirnya.
          “Ah enggak kok. Buktinya kamu aja enggak tau. Berarti belum terlalu terkenal kan?”.
          “Aku rasa cuma aku gadis London yang nggak tau ada band baru. Dan aku yakin kamu pasti udah terkenal. Buktinya, dari tadi rata-rata semua orang yang masuk ke sini pasti minta foto dan tanda tangan kamu”.
          “Enggaklah. Banyak kok yang belum tau One Direction, bukan cuma kamu”.
          “Wah tapi aku bisa makan sama Harry Styles dari One Direction yang udah sangat terkenal di London itu rasanya……”.
          “Haha cukup. Kamu terlalu melebihkan”. Harry salah tingkah lagi.
          “Hahahaha”. Yn tak tahan untuk tidak tertawa setiap melihat Harry salah tingkah. “Takutnya nanti gadis-gadis yang suka kamu malah dendam lagi sama aku haha”.
          “Tapi aku gak akan biarin kamu di apa-apain sama mereka”. Jawab Harry tulus.
          Yn terdiam, seketika ia merasa pipinya memanas.
          Besoknya, Yn kembali ke atap sekolah dan ia menemukan Harry sudah lebih dulu di sana. Merekapun selalu menghabiskan waktu sekolah di atap itu. Terkadang, sepulang sekolah Harry mengajak Yn berjalan-jalan. Harry tidak dapat selalu mengajak Yn berjalan-jalan karena ia harus bersama band nya.
          “Harry”. Panggil Yn ketika mereka sedang makan ice cream di sebuah taman.
          “Ya?”.
          “Kamu tau? Sebenarnya dulu aku gak anti sosial kayak sekarang ini.”
          “Terus kenapa sekarang kamu berubah?”.
          “Sebenarnya dulu aku tinggal di Bradford, dan baru pindah 1 bulan lalu”.
          “Kamu kenapa pindah?”.
          “Karena paman dan bibi aku yang minta. Jadi gini, 8 bulan yang lalu, kedua orang tua aku meninggal dalam kecelakaan pesawat. Waktu itu, aku lagi di bioskop sama sahabat aku. Aku baru tau mereka meninggal, karena paman dan bibi aku yang telfon dan kasih tau aku. Karena kejadian itu, aku tinggal sama paman dan bibi aku sampai sekarang. Saat itu walaupun aku tertekan, aku masih punya sahabat aku. Dia yang selalu support dan menghibur aku setiap aku sedih. Tapi 2 minggu setelah kejadian itu, dia menghilang. Aku coba telfon dan sms dia tapi nomornya udah gak aktif. Aku coba datangin ke rumahnya tapi ternyata dia udah pindah. Sejak itu, aku seakan gak punya siapa-siapa lagi”. Tiba-tiba air mata Yn pun terjatuh. Harry menghapusnya dengan lembut.
          “Tenang, sekarang kamu punya aku. Aku bisa gantiin sahabat kamu itu”.
          “Jadi sejak saat itu. Aku jarang ke sekolah dan gak mau bicara sama siapapun. Aku jadi sering melamun dan menghayal. Berharap semua ini cuma mimpi. Terus, karena suatu hal paman dan bibi aku harus pindah ke London. Dan disinilah aku sekarang”.
          “Jadi karena itu kamu anti sosial kayak sekarang? Udah, kamu gak perlu mikirin masa lalu lagi. Semua itu udah berlalu. Sekarang kamu punya aku yang gak akan pernah tinggalin kamu”.
          Yn tersenyum dan pipinya terasa panas. “Makasih ya”.
          “Iya. Oh iya, besok kamu ada acara gak?”.
          “Enggak. Kenapa?”.
          “Besok kita ke pantai yuk! Tapi malam aja”.
          “Kenapa harus malam?”.
          “Uhm.. Gak papa, supaya gak banyak yang liat aja hehe”.
          “Hhh aneh. Yaudah besok ya”.
          “Yes!”.
          Besoknya ketika mereka sampai di pantai.
          “Yn. Aku.. Uhm.. Aku mau bilang sesuatu sama kamu”.
          “Apa?”.
          “Sejak pertama aku lihat kamu di atap, aku merasa ada sesuatu dalam diri aku yang bahkan aku pun gak tau kenapa. Sejak ketemu kamu, aku merasa gak butuh lagi mandangin langit setiap ada masalah. Kamu tau kenapa?”.
          “Kenapa?”.
          “Karena semua masalah aku seakan lenyap setiap kali dekat kamu”.
          Mendengar itu pipi Yn kembali memanas.
          “Aku butuh kamu untuk terus ada di dekat aku. Bukan cuma karena dekat kamu masalah aku bisa hilang. Tapi karena tanpa kamu, aku gak tau gimana harus menjalani hari-hariku lagi. Dan aku juga akan biarin kamu sendiri lagi, aku akan terus ada kapan pun kamu butuh aku. Aku gak akan ninggalin kamu. Gak akan pernah”. Harry menggenggam tangan Yn dan kemudian berbisik “I Love you”.
          Mendengar itu jantung Yn seakan melompat. Pipinya memanas dan senyum terukir di wajahnya.
          “I Love you too”. Jawab Yn kemudian. Harry tersenyum dan langsung menciumnya. Akhirnya Pantai dan dinginnya malamlah yang menjadi saksi cinta mereka.

No comments:

Post a Comment