Saturday, September 1, 2012

My Love's Just For You

by @kiky_riz , 14

Contestant of 1D Fanfic Contest 



Matahari baru saja menampakkan dirinya kembali setelah bersembunyi di belahan bumi lainnya, dan saat ini bersinar menggantikan posisi bulan dan bintang yang semalam menghiasi langit dengan cahayanya yang terang di daerah tersebut. Terlihat seorang gadis cantik mencoba membuka mata, membiasakan matanya untuk kembali terkena pancaran cahaya matahari pagi itu. Sedikit demi sedikit matanya terbuka, walaupun terasa sangat berat karena semalaman dia terus menerus meneteskan air mata, meluapkan segala perasaan gundah di dalam dadanya. Setelah berhasil membiasakan indera penglihatannya mendapatkan sinar matahari kala itu, ia mulai meregangkan otot-ototnya yang kaku dengan merentangkan kedua tangannya sambil sesekali menguap. Diedarkan pandangannya meneliti setiap sudut kamar yang ditempatinya itu. Kemudian tanpa ia sadari ia kembali meneteskan air mata. Lalu ia menengok ke kanan, ke arah sebuah meja yang berada di sebelah tempat tidurnya, ia ulurkan tangannya untuk mengambil sebuah foto yang terbingkai cantik dalam sebuah pigura berwarna coklat. Ia mengusap lembut permukaan kaca pigura itu, lalu menciumnya sesaat.
“Good Morning Niall…” gadis itu bergumam setelah mencium pigura tersebut.
“Aku sangat merindukanmu, Niall…” ia kembali bergumam sambil terus memandangi foto yang ada di genggamannya.
Gadis itu bangkit dari tempat tidurnya, berjalan menuju jendela kamarnya yang masih tertutup tirai berwarna putih, lalu ia menyibak tirai tersebut dan membiarkan cahaya mentari dengan bebas masuk ke dalam ruangan bercat biru laut itu. Ia melempar pandangannya pada pemandangan cantik yang terhampar luas di hadapannya saat ini. Sebuah pantai dengan riak-riak gelombang yang sangat menenangkan. Gadis itu tersenyum simpul dan mendekap pigura yang sedari tadi masih digenggamnya.
“Niall, Aku menyukai tempat ini… tapi akan lebih menyenangkan jika kau ada di sampingku saat ini.” Gadis itu kembali bergumam, lebih pada dirinya sendiri dan air mata kembali menghiasi pipi putih pucat miliknya.
Gadis itu masih betah menikmati pasir putih pantai, deburan ombak dan suara burung-burung yang berkicau dengan merdunya. Pemandangan yang sangat indah dan inilah yang sejak dulu diimpikannya. Bisa menikmati pantai di pagi hari langsung dari jendela kamarnya. Mengingat impian itu membuatnya teringat kembali pada kenangannya bersama seorang lelaki yang amat dicintainya.

***Flashback 3 years ago***
Siang hari yang tidak begitu terik seakan mendukung kegiatan sepasang kekasih yang sedang menikmati kebersamaan mereka di sebuah taman yang berada di tengah kota yang sangat romantis, yang sekaligus ibu kota Prancis, Paris. Sepasang kekasih itu duduk di salah satu bangku taman yang berwarna putih sambil melepaskan pandangan mereka pada anak-anak kecil yang sedang asyik bermain di taman itu. Senyum mereka terus saja mengembang mengamati tingkah lucu anak-anak tadi.
“Niaaalll Mereka lucu sekali ya … menggemaskan!” si gadis membuka percakapan setelah sekian lama mereka dalam keheningan sambil mencubit pipi lelaki yang duduk di sampingnya.
“Awww…YN.. Kenapa kau mencubit pipiku? Apa aku juga menggemaskan?” sang lelaki menggoda sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
“Emmm… iya kau menggemaskan sama seperti mereka, karena kau suka sekali merajuk dan kelakuanmu itu seperti anak umur 5 tahun, tapi sebenarnya kau lebih tepat jika disebut menyebalkan!” ucap sang gadis dengan tatapan yang masih mengarah pada sekumpulan anak kecil tadi.
“APA??? Menyebalkan katamu? Lalu kenapa kau mau berpacaran dengan makhluk menyebalkan yang kekanakan sepertiku? Kenapa kau tidak bersama Harry, Liam atau Louis saja? Huh?” Pria itu terpancing emosinya lalu segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Hahahaha… Niall..Niall.. Lihat! Baru saja aku utarakan kalau kau ini seperti anak kecil , kau langsung mempraktikannya. Walaupun kau seperti itu, aku tidak peduli, karena aku mencintai seorang Niall James Horan apa adanya. Aku tidak mencintai pria manapun selain dirimu.” Sang gadis menenangkan pria yang bernama Niall itu, lalu menyandarkan kepalanya di bahu pria tersebut.
Setelah mendengar pernyataan dari kekasihnya, Niall tersenyum lega. Ia belai rambut sang gadis lalu mengecup puncak kepalanya dan merangkulnya dengan hangat.
“Niall, aku ingin sekali cepat menikah denganmu lalu memiliki malaikat-malaikat kecil seperti mereka dan membesarkan mereka di sebuah rumah yang sudah lama aku idam-idamkan.” Si gadis kembali membuka perbincangan.
“Sabar dulu,YN. Kita harus bekerja, mengumpulkan uang yang banyak untuk masa depan dan untuk malaikat-malaikat kecil kita nanti. Kau tidak ingin mereka hidup susah kan? Emmm… kau punya rumah idaman? Seperti apa rumah idamanmu itu,YN?”
“Ya baiklah, aku akan mengumpulkan uang yang saaaaaangatt banyak, jadi malaikat kecilku akan hidup lebih baik nantinya. Emmm… rumah idamanku ya? Sebuah rumah yang sederhana tapi rumah itu berada di dekat pantai. Aku ingin saat aku bangun, setelah melihat wajah tidur suamiku, aku juga ingin langsung menikmati pemandangan pantai dari jendela kamarku. Sepertinya sangat menyenangkan.” Gadis bernama YN itu mendeskripsikan rumah idamannya sambil memejamkan mata membayangkan.
“Sepertinya bukan sesuatu yang buruk. Suatu saat nanti kita pasti akan mewujudkan impianmu itu. Ah bukan impianmu, tapi impian kita. Karena mulai sekarang mimpimu juga menjadi mimpiku.” Niall kembali tersenyum dan mengacak rambut YN lembut.

***Flashback end***

“Kau mewujudkannya, Niall. Kau berhasil mewujudkan impianku, impian kita.”
YN kembali menangis setelah mengingat kenangannya bersama Niall, kekasihnya. Rumah yang saat ini ditempatinya adalah pemberian dari kekasih yang sangat dicintainya itu.

***Flashback a few days ago***
“YN, Niall menitipkan ini untukmu.” Kata seorang wanita paruh baya, ibu Niall.
“Apa ini? Kunci? Kunci apa ini, Mom?” YN mengernyitkan dahinya, bingung karena ibu Niall memberikannya sebuah kunci.
“Itu kunci rumah kalian yang ada di Indonesia. Niall membelinya dengan uang gajinya selama ia bekerja, kata Niall rumah itu akan dipersembahkannya untukmu saat kalian menikah nanti tapi ternyata…” Wanita paruh baya itu sudah tak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya karena air mata telah lebih dahulu menyampaikan isi hatinya saat itu.
YN hanya terdiam dan memandangi kunci tersebut. Dalam benaknya, ia sungguh merasa bersalah dan menyesal atas sikapnya selama ini pada Niall. Selalu marah-marah padanya karena terus menerus bekerja dan ternyata yang dilakukan Niall semata-mata hanya untuk dirinya.

***Flashback end***

“Aku memang bodoh, aku jahat padamu, Niall… Kau pasti sangat membenciku dan kau memilih untuk meninggalkanku.” YN masih terus bergumam dan menangis. Dia juga masih setia memandangi pemandangan pantai sejak tadi.
Di dalam hatinya sedang berkecamuk segala perasaan, antara sedih, menyesal dan marah, marah pada dirinya sendiri karena sifat egoisnya. YN kembali terisak lalu mengingat kembali kejadian tragis itu. Kejadian yang menimpa dirinya dan juga kekasihnya. Kejadian yang membuatnya kehilangan penyangga hidupnya. Dan itu semua sekali lagi karena keegoisannya.
 

***Flashback***
Sebuah mobil Audi berwarna putih sedang melaju dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan kota Paris yang sudah dihiasi bulan dan bintang yang sangat cantik. Di dalam mobil itu ada sepasang kekasih yang baru saja menghabiskan waktu bersama selama satu hari dengan berkencan. Mereka duduk berdampingan di dalam mobil layaknya bulan dan bintang yang sedang bersinar di atas langit sana.
“YN, apa kau senang hari ini?” tanya sang lelaki pada gadis di sampingnya. Dia terlihat sangat semangat dan senyumnya terus terkembang.
“Tidak!” si gadis menjawabnya dengan singkat dan terkesan dingin, dan ia langsung membuang muka ke arah jendela di sebelah kanannya.
“Apa? Kau tidak senang pergi seharian denganku? Apa tempat-tempat tadi tidak menyenangkan?” tanya si pria dengan beruntun karena ia merasa aneh dengan jawaban gadis di sebelahnya itu. Ia lalu menggenggam tangan kiri gadis itu dengan tangannya yang bebas.
“Aku senang pergi denganmu dan aku menyukai tempat-tempat tadi.”
“Lalu kenapa tadi kau bilang ‘tidak’? Dan kenapa mukamu ditekuk seperti itu?” Lelaki itu melepaskan genggamannya pada tangan gadis itu dan beralih ke dagu sang gadis dan memutarnya supaya ia bisa menatap wajah gadisnya.
“Karena aku kesal. Kau akan pergi meninggalkanku.”
“Aaaa… YNku yang cantik, aku hanya pergi selama dua bulan, bukankah itu sudah biasa untukmu? Aku sering meninggalkanmu sebelum ini, dan ini semua juga karena pekerjaanku, aku tidak bersenang-senang di sana. Ini demi kita,YN. Aku janji dua bulan lagi setelah aku menyelesaikan pekerjaanku di sana, aku akan segera menikahimu sesuai rencana kita.” Niall mencoba untuk menenangkan hati Sherina tapi pandangannya tetap mengarah pada jalanan Paris yang sedikit padat itu.
“Aku sudah bosan, Niall. Aku tidak bisa berjauhan terus denganmu seperti itu, untuk alasan apa pun, termasuk pekerjaan. Aku benar-benar lelah.”
“Jadi kau lelah? Kita belum menikah saja kau sudah seperti ini. Bukankah seharusnya kau mendukungku? Semua ini juga nantinya untuk kita berdua. Ini kulakukan demi masa depan kita, demi malaikat kecil kita nantinya. Kenapa kau berubah menjadi lebih kekanakan dibanding aku?”
“Iya, aku lelah. Aku capek harus selalu menahan rinduku padamu. Kau selalu mementingkan pekerjaanmu dibanding aku. Setiap hari yang kau pikirkan hanya kerja, kerja, dan kerja. Aku sudah muak, Niall!” Pertahanan YN selama ini hancur. Ia sudah tidak sanggup lagi memendam semua hal yang dirasakannya selama ini, kekesalannya, kesedihannya yang ia pendam sendiri. Cairan bening itu kini mulai menggenang dan sudah siap untuk membasahi kedua pipinya.
Niall sangat terkejut mendengar keluh kesah sang kekasih. Jadi selama ini itu yang dirasakan kekasihnya, YN tersiksa karena perbuatan Niall, karena kesibukannya. Ada perasaan menyesal dalam dirinya karena sering mengacuhkan YN demi pekerjaannya tapi ini semua ia lakukan juga demi wanita yang ada di sampingnya itu. Demi gadis itu, dirinya, dan masa depan mereka.
“Lalu sekarang apa maumu, YN?” setelah sekian lama berdebat dengan pikirannya sendiri, akhirnya Niall buka suara.
“Aku mau kau memilih, antara aku atau pekerjaan itu?” ucap YN tegas.
“Mana bisa seperti itu,YN? Aku sedang dipromosikan untuk menjadi General Manager di perusahaan, itu kesempatan emas bagiku, mana mungkin aku melepaskannya.”
“Kalau begitu aku sudah mendapat jawabannya. Berarti kau lebih memilih pekerjaanmu dibanding aku, CALON ISTRImu!” YN mencoba untuk tegas dengan memberikan penekanan pada setiap kata yang dilontarkannya.
“Bukan seperti itu, YN…” hanya itu kata pembelaan yang dapat Niall ucapkan. Ia merasa berada di posisi yang serba salah. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri karena frustasi.
“Sudahlah. Kita akhiri saja semuanya. Kau bisa bebas mengurusi pekerjaanmu tanpa terbebani olehku. Dan satu lagi. Lupakan rencana pernikahan itu.”
“YN, kenapa kau jadi seperti ini? Untuk apa aku bekerja keras selama ini kalau akhirnya kau meninggalkanku dan memupus harapan kita di masa depan.” Niall mulai menitikkan air mata.
“Itu pilihanmu sendiri Niall. Sudah, turunkan aku di sini. Aku bisa pulang sendiri, kau tak perlu lagi repot-repot membuang waktumu untukku.”
“Aku tidak akan menurunkanmu. Aku akan mengantarmu sampai di rumah dengan selamat.”
“Turunkan aku!”
“Tidak!”
“Turunkan aku, Niall.”
“Sekali tidak, tetap tidak!”
Perdebatan itu terus berlanjut, sampai akhirnya karena YN sudah tidak mampu lagi menahan gejolak emosinya, ia mencoba memberhentikan mobil itu dengan merebut kendali dari Niall. Mereka berebutan untuk memegang kendali dari laju mobil Audi itu sampai tanpa mereka sadari ada lampu lalu lintas yang sedang menyala yang menandakan mereka harus berhenti, tapi karena mereka masih tenggelam dalam persaingan sengit itu, mereka tak menyadari keadaan di sekitarnya. Bersamaan dengan hal itu, sebuah truk sedang melaju cukup kencang dari arah kiri mereka. Kedua orang itu sadar akan adanya bahaya yang mengancam, tapi naas semua sudah terlambat. Truk itu menghantam badan mobil berwarna putih itu hingga membuat mobil itu terseret beberapa meter hingga akhirnya terguling. Badan mobil itu hampir ringsek, kaca depan pecah, keadaannya benar-benar sangat mengenaskan.
YN merasakan kepalanya berdenyut hebat, kepalanya terbentur dashboard mobil hingga mengeluarkan banyak darah tapi ia masih sadarkan diri walaupun keadaannya sudah sangat parah. Di lain sisi, Niall tengah merintih kesakitan sambil memejamkan matanya, badannya terjepit oleh badan mobil sehingga membuat sekujur tubuhnya terasa sakit luar biasa, tapi ia berusaha menahannya. Ia membuka matanya, melihat sang kekasih yang juga terluka parah. Hatinya sakit melihat itu semua, lebih sakit dibanding rasa sakit yang sedang dirasakan tubuhnya saat ini. Ia mencoba meraih gadis itu tapi tak bisa, ruang geraknya seakan terbatas.
Orang-orang yang berada di sekitar lokasi kejadian segera berlari untuk menolong Niall dan YN yang masih terjebak di dalam mobil. Salah satu dari mereka melongok untuk melihat keadaan di dalam mobil yang keadaannya sudah sangat mengenaskan tersebut. Mereka lalu membuka pintu sebelah kanan untuk menyelamatkan YN. YN yang saat itu sudah setengah sadar hanya pasrah saat dirinya dibawa keluar oleh orang-orang tersebut, tapi ia sempat menengok ke arah Niall dan ia melihat kekasihnya itu sedang tersenyum kepadanya, senyum yang sangat indah dan mungkin itu senyum terindah dari seorang Niall yang pernah diberikan padanya, selain itu ia mendengar Niall mengatakan sebuah kalimat yang sangat manis untuknya.
“Aku mencintaimu YN..”
Setelah mendengar kata-kata itu, tiba-tiba pandangan mata YN, lalu semakin buram dan akhirnya gelap.
***Flashback end***

Menyesal?
Sudah terlambat!
Ingin memutar waktu kembali?
Mustahil!
Ingin memperbaiki?
Itu tidak mungkin!
Hadapi?
Itu seharusnya
“Aku juga mencintaimu, Niall. Aku akan mencintaimu selamanya..”
YN kembali memeluk erat pigura itu, pigura yang berisi foto Niall, orang yang amat sangat ia cintai. Ia benar-benar merasa bersalah pada Niall, keegoisannya membuat pria itu meninggalkannya untuk selamanya.
Ia lalu berjalan meninggalkan jendela besar kamarnya, kemudian diseretnya kaki jenjangnya yang indah itu menuju sebuah meja rias. Ia menatap pantulan dirinya di dalam cermin, lantas mengusap kelopak matanya dengan lembut.
“Aku akan menjaga mata ini. Aku akan menjaganya untukmu, Niall.”

***Flashback***
Karena kecelakaan dua hari yang lalu, YN dibawa ke rumah sakit dan sampai saat ini ia belum juga sadarkan diri. Ayahnya dengan setia menunggu putri kesayangannya sampai ia mau membuka matanya kembali.
“YN, cepat sadarlah, Nak. Papa merindukanmu.” Ucap ayah YN sambil menggenggam erat tangan anaknya. Ayah YN menangis karena khawatir terjadi sesuatu hal yang buruk pada anaknya.
“Enggghh…” YN mulai membuka matanya, ia mulai sadar.
“YN, kau sudah sadar, Nak?”
“Pa..Pa… Ni…Niall …” ucap YN terbata-bata.
“Jangan memikirkan hal lain terlebih dahulu, kau baru saja sadar.”
“Papa, Kenapa di sini gelap? Apa sedang mati listrik?”
“Gelap? Ini masih pagi sayang, mana mungkin ruangan ini gelap. Apa kau tidak merasakan sinar matahari yang masuk lewat jendela itu? Lagi pula tidak mati listrik.”
“Tapi aku tidak bisa melihat apa-apa, Pa. Di sini gelap sekali, aku takut, Papa. Aku takut.” YN mulai menitikkan air mata karena ketakutan.
“Papa akan memanggil dokter terlebih dahulu supaya kau bisa segera diperiksa.” Ayah YN segera keluar kamar dengan tergesa-gesa.
Tak lama kemudian seorang dokter masuk ke dalam kamar rawat YN. Dokter tersebut segera memeriksa keadaan YN dengan dibantu seorang suster. Dokter tersebut mendesah nafas panjang lalu meminta ayah YN untuk keluar karena ada sesuatu hal yang serius yang ingin dikatakannya. YN mengalami kebutaan, itulah kata-kata sang dokter pada ayah YN, Thomas. Ayah YN sangat terpukul dengan kenyataan itu, ia tak percaya anaknya akan mengalami hal semacam ini dalam hidupnya. Anaknya tak bisa lagi menikmati dunia dengan kedua matanya.
Setelah dokter itu pamit pergi, Ayah YN masuk kembali ke ruang rawat anaknya. Ia tidak tahu bagaimana menyampaikan ini semua pada anaknya. Ia tahu anaknya pasti sangat terpukul saat mendengar berita ini. Tapi semuanya harus tetap diungkapkannya, karena sepahit apa pun kenyataan, harus tetap dihadapi.
“Papa? Apa yang disampaikan dokter pada Papa?”
“Dokter mengatakan kalau kau…”
“Aku kenapa, Papa? Apa yang terjadi padaku?”
“Kau mengalami kebutaan, Nak.” Ayah YN akhirnya mengatakan yang sebenarnya pada YN. Ia menahan air matanya, ia berusaha kuat supaya YN juga kuat menghadapinya.
“A… apa? Ak… aku buta?”
YN benar-benar terkejut saat mengetahui kabar buruk yang disampaikan ayahnya itu. Dunianya sudah gelap, ia tak akan bisa melihat pantai lagi, tak bisa memandangi indahnya pelangi dan tak bisa lagi melihat wajah-wajah orang yang sangat ia sayangi. Ia menangis meraung-raung di pundak ayahnya, ia tumpahkan segala kesedihannya pada lelaki yang telah membesarkannya itu.

***Flashback end***


“Duniaku sudah tidak gelap lagi, Niall. Tapi kini hatiku yang merasakan kegelapan itu.”
YN membuka laci meja kerja yang seharusnya meja itu adalah milik Niall. Ia mengacak isinya dan menemukan sebuah album foto. Album itu berisi foto-foto kebersamaan mereka selama ini, selama mereka masih duduk di bangku SMA sampai saat terakhir kebersamaan mereka. Sherina sangat terharu melihat isi dari album foto tersebut, setiap momen penting yang pernah terjadi diantara mereka berdua tercetak rapi dalam bentuk foto, tak ada satu pun yang terlewatkan. Foto selca mereka sesaat setelah mereka resmi berpacaran, foto mereka saat sedang bergandengan tangan yang diambil diam-diam oleh Harry, sahabat Niall, foto Niall dengan coretan kue di wajahnya saat ulang tahunnya yang ke 23. Semuanya tersusun rapi dalam album itu.
“Aku merindukan genggaman tanganmu, aku merindukan belaian lembutmu di puncak kepalaku, aku merindukan pelukanmu, aku juga merindukan kecupan manismu di bibirku. Aku sangat sangat merindukanmu, Niall James Horan.”
“Kalau aku tahu genggaman saat itu adalah yang terakhir, aku tak akan pernah melepaskannya. Kalau aku tahu permintaanmu untuk memelukku itu adalah permintaan terakhirmu, aku akan terus memelukmu sampai kita sama-sama kehabisan oksigen karena sesak. Kalau aku tahu ciumanmu saat itu adalah untuk yang terakhir, aku tak akan penah mau mengakhirinya. Kau jahat, Niall. Kau sungguh jahat padaku.”

***Flashback at Paris World, Before the accident***
YN dan Niall sedang menikmati kencan mereka di sebuah taman bermain. Umur mereka memang tak lagi muda tapi sifat Niall yang memang terkadang masih kekanakan itu yang akhirnya membawa mereka ke tempat ini. Mereka menikmati semua wahana yang ada di taman bermain itu. Selama berada di taman bermain, mereka tak pernah melepaskan gandengan tangan mereka, seakan-akan tangan itu direkati lem yang sangat kuat.
“Niall, kenapa kau terus menggenggam tanganku seperti ini sih?” YN yang merasa heran dengan sikap Niall akhirnya bertanya.
“Emmm… kau tidak suka ya? Aku ingin menggenggam tangan ini sepuasku sebelum aku pergi, YN.”
“Kau ini, selalu saja pintar mencari alasan.”
“Hehehe… Kita duduk di bangku itu, yuk. Ayooo!” Niall menarik tangan YN dan membawanya ke salah satu bangku yang tersedia di taman bermain tersebut.
Setelah mereka duduk di bangku itu, mereka hanya diam entah apa yang mereka pikirkan.
“YN…” Niall membuka pembicaraan dengan memanggil nama kekasihnya.
“Hmmm…” YN menjawab dan langsung menolehkan pandangannya pada laki-laki yang duduk di sebelahnya itu.
“Peluk aku…” Kata Niall sambil merentangkan kedua tangannya, menunggu untuk disambut oleh YN.
“Ahh.. Kau ini aneh sekali sih. Tadi kau terus saja menggandengku kemana saja kita pergi, sekarang minta peluk.”
“YN… aku kan besok akan pergi dan aku bukan cuma pergi dalam waktu sehari, aku akan pergi berbulan-bulan, apa kau tak ingin memberikanku kenang-kenangan sebelum aku pergi?” Niall merajuk karena permintaannya tidak dikabulkan.
“Alasan! Maka dari itu, kau tidak usah pergi.”
“Ayolah YN..”
“Baiklah, baiklah.”
Akhirnya YN mengalah, ia mau memeluk Niall. Mereka berpelukan dengan sangat erat dalam waktu yang cukup lama. Membuat para pengunjung yang lain menyaksikan dengan pandangan iri, karena mereka terlihat sangat mesra dan romantis. Setelah sekitar 15 menit mereka berpelukan, akhirnya mereka memutuskan untuk melepaskan pelukan mereka.
“YN, satu kenang-kenangan lagi.” Kata Niall sambil menunjuk pipinya yang chubby itu.
“Maksudmu?” Sherina mengernyit heran
“Ciuuumm…”
“Waaa enak aja! Aku tidak mau! Kau mau mengerjaiku ha? Tadi minta peluk, sekarang cium, lalu apa lagi nanti?”
“Ayolah! Ini permintaan yang terakhir. Aku janji! Untuk kenang-kenangan, ayolaaahhh…”
“Kalau aku bilang tidak mau ya tidak mau!”
YN lantas berdiri dan hendak meninggalkan Niall, tapi dengan sigap Niall ikut berdiri dan menarik pergelangan tangan Niall sedikit kasar, lalu membalik tubuh YN agar menghadap padanya. Setelah tubuh Sherina kembali berhadapan dengannya, Akhirnya Sherina mencium pipi Niall.

***Flashback end***


“Kenapa permintaan itu benar-benar menjadi yang terakhir, Niall? Kau boleh meminta seribu permintaan padaku, Niall. Kau boleh meminta apa pun padaku sesukamu. Kau boleh memelukku, kau boleh menciumku, apa pun Niall. Apapun!”
Saat ini YN tengah duduk kembali di atas ranjangnya sambil memeluk kedua lututnya, menenggelamkan wajahnya pada lutut itu. Lagi-lagi ia menangis, sampai tubuh dan bibirnya bergetar. Kenyataan yang saat ini dihadapinya benar-benar sangat menyakitkan. Ia harus kehilangan calon suaminya, ini semua lebih menyakitkan dibanding ketika ia kehilangan penglihatannya. Percuma ia bisa melihat, kalau bintang yang selama ini menyinari hatinya, yang selama ini ingin terus dilihatnya pergi meninggalkannya. Percuma ia bisa melihat, kalau ketika ia bangun, ia tak akan bisa lagi melihat wajah tampan itu, mata teduh dan senyum menawan milik lelaki itu. Andai ia bisa memilih, ia lebih memilih buta tapi ada bintang hati yang akan selalu menuntun dan menerangi jalannya, menuntunnya ketika ia kehilangan arah, membangkitkannya ketika ia terjatuh, menjadi penyangga baginya saat ia rapuh. Ia tersiksa hidup seperti ini, YN seakan kehilangan oksigen dalam tubuhnya, kehilangan sebagian jiwanya, kehilangan mataharinya, kehilangan bulan sekaligus bintang di hatinya. Seterang apa pun cahaya bulan di malam hari, tetap tak akan bisa menerangi hatinya yang kini telah mati, karena cahaya hatinya hanyalah lelaki itu. Sebanyak apa pun bintang yang bertebaran di langit untuk menemaninya di saat malam menyapa, tetap tak berpengaruh, ia tetap merasakan kesendirian, karena baginya teman hidupnya hanya satu, Niall James Horan.
Memorinya kembali terputar. Membawanya mengingat kembali hari-hari terakhirnya bersama pria yang disayanginya. Ia mengingat saat ia mengunjungi kekasihnya yang tengah berjuang melawan kematian. Ia mengingat saat-saat bahagianya karena mendapatkan donor kornea yang membuatnya bisa kembali melihat indahnya dunia, sampai ingatan di mana kebahagiaan semunya itu berganti dengan kesedihan dan kehancurannya sepanjang masa.

***Flashback***
Sudah seminggu YN berada di rumah sakit, keadaannya memang sudah berangsur membaik, tapi dokter belum memperbolehkannya pulang. Sedikit demi sedikit YN bisa menerima kenyataan bahwa dirinya memang sudah tidak dapat melihat bintang-bintang lagi, tidak dapat melihat pelangi lagi. Sekarang yang ada di pikirannya hanyalah keadaan Niall, kekasihnya, karena sampai sekarang ia belum menemuinya.
“Papa, bagaimana keadaan Niall?” YN bertanya pada ayahnya yang masih setia mendampinginya setiap hari.
“Hhhhh… Niall masih belum sadar, YN.” Jawab ayah YN lirih.
“Aku ingin melihat keadaannya, Pa. Aku khawatir padanya.”
“Tapi…”
“Aku mohon, Pa. Aku sangat merindukannya, aku ingin melihat keadaannya.”
“Baiklah.”
Setelah membujuk ayahnya, akhirnya YN berhasil dan diantarkan oleh ayahnya ke tempat Niall dirawat. Niall memang belum sadarkan diri karena kondisinya yang sudah sangat parah. Ia mengalami koma sejak kejadian itu.
YN diantar ayahnya dengan menggunakan kursi roda karena kondisi YN yang masih lemah. Kursi roda itu didorong hingga masuk ke dalam sebuah ruangan berlabel ‘ICU’. Keadaan Niall yang memang harus mendapatkan perawatan intensif mengharuskannya berada dalam ruangan itu. YN memasuki ruangan itu dengan perasaan tidak karuan, sejujurnya ia belum siap melihat keadaan Niall saat ini, walaupun ia tidak bisa melihat tapi ia bisa merasakan bahwa lelaki itu dalam keadaan yang tidak baik.
YN mendekati tubuh Niall yang dipenuhi dengan selang serta kabel-kabel yang menghubungkannya dengan peralatan medis rumah sakit. Sebuah masker oksigen juga terpasang menutupi sebagian wajah tampannya, tak ketinggalan elektrokardiograf yang setia memantau detak jantung Niall.
“Niall…” YN menyapa Niall. Tangannya ia tuntun untuk menyentuh wajah Niall, lalu membelai lembut pipi lelaki yang masih belum sadarkan diri tersebut.
Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Niall, karena dirinya yang masih dalam keadaan koma. Ruangan itu sunyi, keluarga Niall sedang beristirahat di rumah karena kelelahan menanti Niall yang tak kunjung membuka mata. Hanya suara kardiograf yang mendominasi ruangan serba putih tersebut.
YN masih setia menemani Niall di tempat itu. Tangannya menggenggam tangan kanan Niall yang bebas dari selang infus. Belum ada sedikit pun tanda-tanda tangan yang sedang digenggam YN itu akan bergerak, jari-jarinya masih terasa kaku di genggaman YN.
“Niall, bangunlah. Apa kau tak merindukanku?”
“…..”
“Niall, bukankah seharusnya kau sedang berada di Jepang sekarang? Bagaimana pekerjaanmu di sana Niall? Siapa yang akan mengurusnya? Kumohon, bangunlah Niall.”
Tetap saja tak ada jawaban dari Niall, walau sekedar gerakan jari pun tidak. Keadaannya masih tetap sama, statis, sama sekali tak ada kemajuan.
“Maafkan aku Niall, maafkan aku.. Kalau saja aku tidak melakukan tindakan bodoh itu, kau tak akan menderita seperti ini. Aku memang egois.”
“Niall, ayo bangunlah. Kau boleh pergi kemana pun kau mau asalkan kau kembali padaku. Kau boleh meninggalkanku selama apa pun asalkan akhirnya kau akan pulang kembali dan menikahiku.”
“Niall, kumohon sadarlah. Jangan diam seperti ini. Kau menyiksaku, Niall.”
“Aku mencintaimu Niall James Horan.”
“Niall, sampai kapan kau akan mendiamkanku seperti ini? Sampai kapan kau akan terus menutup matamu? Sadarlah, Niall. Kumohon. Jangan membuatku khawatir dan semakin merasa bersalah padamu.” YN yang sedari tadi menahan air matanya supaya tidak jatuh akhirnya menyerah, air mata itu tumpah. Ia tidak tega melihat keadaan kekasihnya seperti ini dan semua ini karena kesalahannya.
YN terisak, kepalanya menumpu pada punggung tangan Niall yang tadi digenggamnya. Ayahnya hanya bisa mengusap punggungnya untuk menguatkan putrinya itu. Semakin lama isakan itu semakin kuat. Sampai membuat bibir YN bergetar hebat. Ia merasa sangat bersalah saat ini, ia menyesali perbuatannya waktu itu.
“YN…”
Terdengar suara serak dan lirih, itu bukan suara YN, karena YN masih terlarut dengan tangisannya. Bukan juga milik ayahnya, karena ayahnya sejak tadi hanya bisa diam sambil menguatkan anaknya. Suara itu milik lelaki yang sejak seminggu lalu terbaring koma di ruang ICU dalam keadaan kritis. Suara itu milik lelaki bernama Niall James Horan.
YN yang menyadari hal tersebut langsung mendongak dan menatap wajah orang yang tangannya sedari tadi masih digenggamnya, walaupun pandangannya tidak fokus karena keadaannya saat ini.
“Niall? Niall sudah sadar??” YN bertanya dengan semangat sambil mengangkat tangan Niall yang masih digenggamnya setinggi wajahnya.
Niall hanya menjawabnya dengan anggukan karena keadaannya masih sangat lemah saat ini. Ia tidak tahu bahwa Niall tidak akan mungkin bisa mengetahui jawabannya lewat anggukan singkat yang dilakukannya tadi.
“Niall?”
“Iya. Niall sudah sadar, YN.” Ayah YN menjelaskan keadaan Niall kepada YN, sedangkan Niall merasa ada yang aneh pada diri YN. Niall mengelus pipi YN lalu menghapus sisa-sisa air mata yang masih membekas di pipi gadis itu.

***$@%^***

YN tidak mau kembali ke kamarnya karena ia masih ingin bersama kekasihnya. Ayahnya sudah berkali-kali membujuknya tetapi selalu gagal. Ibu Niall dan kakaknya, Zayn sudah kembali menemani Niall di rumah sakit. Mereka sangat bahagia karena akhirnya Niall sadar dan akan segera kembali berkumpul bersama mereka. Niall terus saja menanyakan keanehan pada diri YN, hingga akhirnya YN dan ayahnya menceritakan semua kenyataan yang telah terjadi setelah kecelakaan tragis itu.
Niall sangat terkejut setelah mengetahui bahwa YN mengalami kebutaan dan hanya akan sembuh jika ada pendonor mata untuknya. Niall merasa sangat bersalah, ia merasa menjadi lelaki lemah karena tidak bisa melindungi gadisnya dengan baik dan malah mencelakainya. Kalau ia bisa mendonorkan matanya untuk gadis itu, ia akan melakukannya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan YN saat ini, dunianya menjadi gelap dalam sekejap, padahal Niall tahu gadis itu sangat senang melihat segala hal yang ada di dunia ini. Kalau YN buta, YN tak akan bisa melihat indahnya matahari yang baru saja terbit, tidak bisa melihat rona merah matahari saat akan tenggelam, tidak akan bisa menatap bulan dan bintang lagi seperti kebiasaannya selama ini, karena melihat bulan dan bintang adalah makanan sehari-hari gadis tersebut. Niall ikut merasa terpukul atas keadaan YN.
Hari beranjak malam, YN masih saja bersikeras menemani Niall. Ia terus mengajak Niall untuk berbicara dan memintanya untuk mendengarkan cerita YN. Sebenarnya Niall merasa sangat lelah dan perutnya serasa melilit tapi ia tahan karena tidak ingin membuat YN kecewa. Sampai akhirnya Niall sudah benar-benar tidak kuat, tiba-tiba keadaan Niall kembali drop, cairan kental berwarna merah keluar dari mulutnya, ia muntah darah. Ayah YN yang melihat hal tersebut langsung membawa YN untuk keluar sebelum YN menyadari ada hal yang tidak beres yang sedang terjadi. Awalnya YN meronta meminta ayahnya untuk membawanya kembali ke ruangan Niall tapi ayahnya menolak dan memaksanya untuk kembali ke kamar.

***Next day***

Cahaya matahari belum bosan untuk kembali menyinari bumi, burung-burung kecil berkicau dengan riang, suasana hari itu memang sedikit cerah secerah perasaan YN saat ini, ia senang karena Niall sudah sadarkan diri dan yang paling membuatnya kegirangan adalah ia akan segera melakukan operasi mata, karena saat ia bangun tadi ada seorang suster yang mengabarinya bahwa ada seseorang yang berbaik hati mendonorkan kornea matanya.
YN akan langsung melaksanakan operasi tersebut siang nanti. Perasaannya berdebar tidak karuan, YN sangat senang bukan main saat ia akan melangsungkan proses operasi itu. Sebelum operasi, ia meminta ayahnya untuk mengantarnya ke ruang rawat Niall, tapi ayahnya menolak dengan berbagai alasan. YN akhirnya menuruti perkataan ayahnya, toh setelah operasi ia masih bisa menemui Niall dan dapat melihat kembali senyum favoritnya yang dimiliki oleh lelaki itu.
Operasi yang dilakukan oleh YN berjalan dengan lancar. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk membuka perban yang menutup matanya. Selama matanya diperban ia terus meminta ayahnya untuk membawanya ke kamar Niall, hanya laki-laki itu yang sekarang terus berada dalam pikirannya. Tapi lagi-lagi ayahnya menolak dan menolak, ayahnya berjanji akan mengantarnya menemui Niall setelah perban di matanya dibuka.
Setelah menunggu beberapa hari sampai perban di matanya dibuka, akhirnya waktu itu tiba. Dengan perlahan dokter membuka perban tersebut dan akhirnya YN kembali mendapatkan dunianya, ia dapat melihat kembali dunia yang amat disayanginya, tapi ada satu yang tidak akan pernah lagi dapat dilihatnya, kekasihnya. Ya Niall sudah meninggalkan YN sehari sebelum operasi mata YN dilakukan. Niall telah melewati proses operasi untuk memulihkan keadaannya, namun sayang keadaan sedang tak berpihak padanya. Tuhan sudah menginginkannya kembali ke dalam pangkuan-Nya.
***Flashback end***

Setelah lelah menangis dan mengenang semua kenangan pahitnya di rumah impiannya, YN memutuskan untuk membawa kakinya ke tempat ini, tempat di mana Niall berada, sebuah rumah masa depan dan peristirahatan terakhir bagi kekasihnya itu. Ia bersimpuh di salah satu gundukan yang masih terlihat baru, belum banyak rumput yang menutupinya. Sebuket lily putih berada dalam genggamannya. YN menatap nanar gundukan di depannya, ia terdiam kaku tak bersuara. Tak pernah sedikit pun terlintas dalam benaknya ia akan kehilangan permata hatinya secepat ini, bahkan sebelum mereka mengucap janji suci itu bersama, sebelum semua impian mereka terwujud, sebelum impian memiliki malaikat kecil yang lucu itu tercapai. YN merasa dunia begitu kejam padanya, dunia seakan tega memisahkannya dari seorang Niall yang selama ini menjadi penyangga hidupnya, jiwanya, dan pelangi yang mewarnai hari-hari indahnya. 

YN tetap diam di tempat itu, hanya deraian air mata yang keluar dari kedua mata indahnya. Tempat itu hening dan hanya terdengar isakan yang terdengar dari bibir mungil YN. Sampai akhirnya terdengar langkah berat yang lama-kelamaan semakin mendekat ke arah tempat YN berada saat ini. Langkah itu semakin dekat dan akhirnya berhenti tepat di samping YN, seketika YN menolehkan pandangannya pada sosok itu.
“Zayn?” Tanya YN.
“Hmmm… ternyata kau di sini, YN. Aku mencarimu di rumah pantaimu tapi ternyata kau ada di sini. Sudah jangan terus menangis seperti ini, Niall akan tersiksa di sana kalau ia tahu kau terus menangisinya. Relakanlah dia, YN. Dia akan bahagia kalau melihatmu bahagia. Ia ingin melihatmu terus tersenyum, karena itulah impian terbesarnya selama hidupnya. Mungkin orang lain memiliki impian setinggi langit seperti menginginkan ini dan itu tapi tidak bagi adik kecilku itu, ia hanya ingin selalu melihat dan membuat YN-nya tersenyum, itu yang pernah diungkapkannya padaku sebelum ia pergi. Jadi aku harap kau bisa mengabulkan impiannya itu.” Orang yang itu ternyata adalah Zayn, kakak laki-laki Niall itu menasihati YN dan menguatkannya, walaupun sebenarnya dirinya sendiri sangat terpukul dengan kematian adik kesayangannya.

“Tapi semua ini menyakitkan, Kak. Niall meninggalkanku begitu saja, aku bahkan belum memberikan kebahagiaan padanya, aku hanya bisa menyusahkan dirinya selama ini. Aku jahat pada Niall, dan aku ingin menebus semua kesalahanku itu, tapi kenapa ia pergi untuk selamanya dan meninggalkanku dalam perasaan bersalah seperti ini?” tangisan YN semakin menjadi. Melihat hal itu Zayn langsung membawa YN ke dalam dekapannya, membiarkan YN meluapkan segala perasaannya.
“Kau sudah memberikan kebahagiaan bagi Niall selama ini, ia tidak pernah sedetik pun mengeluh kalau kau menyusahkannya. Keluhan yang keluar dari mulut Niall selama ini hanyalah seputar pekerjaannya. Berbeda dengan senyuman dan semua cerita bahagia yang pernah kulihat dan kudengar darinya, semua itu hanya seputar satu nama, dan nama itu adalah dirimu, YN. Setiap menyebut namamu, matanya selalu berbinar, senyumnya tak pernah berhenti mengembang, semangatnya pun menggebu-gebu saat menceritakan semua hal tentangmu. Aku sampai terkadang bosan mendengarnya yang terus saja menyebut namamu dan namamu. Sepertinya kau memang sudah membuatnya gila. Haha…” Zayn mencoba tertawa, tapi tawa itu terdengar dipaksakan.
“…..”
YN tak menjawab pernyataan Zayn tersebut. Ia masih saja menumpahkan air matanya di dalam pelukan Zayn, sampai baju Zayn itu basah karena air matanya.
“Ah… aku sampai lupa tujuanku menemuimu. Ini… surat yang dititipkan Niall untukmu. Dan emmm… maaf YN, aku tidak bisa menemanimu di sini, aku masih ada urusan. Tidak apa-apa kan?” Zayn menyerahkan sepucuk surat pada YN, sebuah surat dari adiknya, Niall.
“Iya, aku tidak apa-apa kok, Kak. Kakak pergi saja.” YN menjawab pertanyaan Zayn sambil menyunggingkan senyum yang dipaksakan.
“Baiklah. Aku pergi dulu ya. Jangan menangis lagi!” Zayn beranjak berdiri dari tempat itu tapi sebelumnya ia mengacak lembut rambut Sherina.
Sepeninggal Zayn, YN membuka lipatan surat berwarna biru itu dan membacanya

Hi, my Princess, YN
Kau pasti saat ini merindukanku kan? Ah kau tak usah menjawabnya karena aku sudah tahu jawabannya, pasti iya. Haha… ^^
YN, mungkin saat kau membaca suratku ini, aku sudah pergi ke tempat yang sangat jauh. Maafkan aku karena aku pergi meninggalkanmu.
YN, aku ingin berterima kasih padamu karena selama ini kau mau menjadi bunga matahari untukku, kau mau menjadi bulan dan bintang yang menyinari kegelapan hatiku.
Terima kasih karena kau selalu membuatku tersenyum dan bahagia.
Terima kasih karena kau terus mendukungku dan berada di sampingku sampai saat-saat terakhirku.
Terima kasih karena kau sudah mau menerima segala kekuranganku, kau mau bersabar menghadapi sifat kekanak-kanakanku, mau menerima kebiasaanku yang suka bermanja-manja dan merajuk padamu.
Terima kasih karena kau sudah menemaniku melewati hari-hari yang berat selama ini, semua begitu indah saat ku lalui semua itu denganmu.
Dan terima kasih karena kau mau memberikan cintamu yang sangat berharga pada lelaki yang sampai saat terakhirnya bersamamu belum bisa membuatmu bangga dan bahagia.
Aku juga minta maaf karena selama ini aku selalu menyusahkanmu
Maaf karena selalu membuatmu marah
Maaf karena terus saja membuatmu menangis
Maaf karena selama ini aku selalu menduakanmu dengan semua kesibukanku, dengan semua pekerjaanku hingga membuatku mengacuhkan kekasihku yang cantik ini. Aku benar-benar minta maaf, aku tak pernah bermaksud demikian. Aku merasa sangat bersalah padamu.
Maafkan aku atas sifatku yang egois, sifatku yang kekanakan dan manja.
Dan maafkan aku karena aku belum bisa mewujudkan semua impian-impianmu. Aku memang lelaki yang tak pantas dibanggakan.
YN, sekali lagi maafkan aku karena aku harus pergi meninggalkanmu, tapi tenang saja aku masih ada bersamamu. Aku akan selalu mengawasimu dari tempatku.
Jujur aku ingin tetap hidup, tapi kecelakaan waktu itu membuatku mengalah pada keadaan,dokter mengatakan bahwa hatiku rusak, aku harus menjalani operasi dan aku tidak tahu apakah aku akan selamat karena aku benar-benar tak yakin.
Oleh karena itu, kutitipkan mataku padamu. Dengan begitu aku masih bisa menatap dunia walaupun itu melalui tubuhmu, tubuh seseorang yang sangat aku cintai.
Dan kau juga bisa kembali melihat indahnya dunia yang selama ini selalu kau kagumi dengan mata indah itu.
Jagalah mata milikku, seperti aku menjaga cinta kita sampai mungkin Tuhan memanggilku untuk kembali pada-Nya.
Walaupun aku mati, bukan berarti cintaku padamu juga mati. Percayalah cintaku padamu akan abadi selamanya.
Tapi aku mohon padamu, jangan terus menangisiku saat aku benar-benar pergi nanti.
Bahagialah YN. Berbahagialah untukku. Kepergianku bukan akhir dari duniamu. Kau harus tetap tersenyum. Kau harus tetap ceria.
Aku harap kau bisa mencari kebahagiaanmu dengan mencari penggantiku. Aku yakin Tuhan akan mengirimkan seseorang yang lebih baik untukmu.
Mungkin menyedihkan saat orang yang kau cintai meninggalkanmu.
Tapi lebih menyedihkan saat kau kehilangan sebuah perasaan yang bernama cinta di hatimu.
I love you YN.
Maaf kalau suratku terlalu panjang, hehe… ^^
Ah aku sudah lelah, aku ingin tidur. Bye bye my Princess ^^

Your Prince
Niall James Horan

Setelah membaca surat dari Niall, YN malah semakin terisak. Ia benar-benar merindukan lelaki itu. Tapi ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ia ingin merelakannya seperti yang Zayn katakan, tapi semua itu tidaklah mudah baginya.
“Aku juga mencintaimu,Niall. Aku berjanji akan tetap tersenyum untukmu. Aku berjanji akan berbahagia untukmu, Niall. Selamat jalan, Niall. Tunggulah aku di sana, aku akan menyusulmu saat waktuku tiba.”

No comments:

Post a Comment