Saturday, July 20, 2013

Last First Kiss



Juara Harapan 1 #1DFanficContest13

by Alvianita Febriani , 18

HLS

  Kepalaku pusing. Shit, ini pasti gara-gara hujan-hujanan kemarin. Aku demam, badanku rasanya lemas sekali, dari tadi aku bersin, Sepertinya. aku kena flu. Untung saja hari ini aku tidak ada jam kuliah, jadi aku bisa tidur seharian dan menggulung tubuhku dalam selimut.
“Hei! Gadis pemalas. C’mon wake up! And let’s help me to make breakfast!”
Aku membuka selimut sebatas leher untuk melihat orang menyebalkan yang menggangguku dengan suaranya yang seperti nenek-nenek dikejar setan itu.
“Keylaa, kau cari makan di luar saja, atau menumpang di tempat kekasihmu. Aku sedang malas memasak hari ini,” ucapku serak. Ya, saudari kembarku itu memang tidak bisa memasak. Jangan pedulikan kalimatnya yang memintaku untuk membantunya membuat sarapan. Aku yang membuat sarapan sedangkan dia yang membantuku menghabiskan makanan yang aku buat.
 “Hei! Apa kau lupa kalau dia sedang ada di Bradford? Ayolah… terlalu sayang kalau membuang uang untuk makan di luar,” ucapnya sambil menarik-narik selimut yang membungkus tubuhku. Shit, aku lupa kalau dia sangat pelit. Bahkan hanya untuk membeli makanan untuk dirinya sendiri.
“Aku sedang sakit. Kau tidak kasihan kepadaku? Saudara macam apa kau ini?”
“Kau sakit? Haha, jangan membual kau Kaylaa Hawthorne. Itu hanya kamuflasemu saja agar tidak memasak kan? Kau sudah bosan memasak untukku? Kau tidak mau masak untukku lagi? Lalu aku harus makan apa?” Oh DAMN, kenapa dia sangat menyebalkan sekali, hah? Lihat saja tampangnya yang sok memelas itu membuatku ingin muntah. Kenapa dia sangat berlebihan sekali? Pasti itu karena dia sering bergaul dengan Badboi si Zayn Malik. Aku memilih diam mengabaikannya.
“Kaylaaa. Oh. C’mon please? Cacing-cacing di perutku sudah berteriak minta makan? Bagaimana kalau mereka malah memakan jantungku kalau tidak cepat-cepat di beri makan? KAYLAAA─”
“OH DAMN SHIT! BISAKAH KAU TIDAK BERLEBIHAN SEPERTI ITU, KEYLAA?” teriakku. Aku membuka selimutku kasar dan berjalan menuju dapur untuk membuatkannya sarapan. Aku sering berpikir untuk memberi racun tikus ke makanannya supaya dia berhenti menggangguku. Oh, yang benar saja, aku kan kembarannya tapi aku merasa lebih menjadi seperti Mama untuknya. Yah, kami hanya tinggal berdua di sebuah apartemen yang disewakan orang tua kami. Mom and Dad ada di Paris, tentu saja karena urusan pekerjaan. Aku pernah berpikir untuk ikut mereka dan kuliah disana. Tapi kembaranku yang menyebalkan itu merengek padaku agar menemaninya di London, dia tidak mau pindah karena pujaan hatinya ada disini.
“Kaylaa, kau benar-benar sakit? Kau terlihat pucat sekali dan…….jelek,” ucapnya dengan wajah polos yang membuatku malah ingin mencakar wajahnya habis-habisan. Biar si Zayn Malik yang sangat digilainya itu meninggalkannya. Oh, kenapa aku jahat sekali padanya?
“YA!” sahutku ketus.
“Kenapa kau seperti itu? Apa sakit bisa membuatmu lebih galak dari anjing kamar sebelah?” aku ingin sekali memukul kepalanya sekarang juga. Dia sangat konyol, itulah enaknya hidup bersamanya. Selalu ramai dengan celetukannya yang sering kali membuat orang sakit hati. Kalau aku sudah kebal, tapi tak jarang juga aku marah padanya karena dia kelewatan, seperti sekarang ini.
Aku berdiri di depan meja dapur dan mulai menyiapkan bahan apa saja yang akan aku gunakan untuk membuat sarapan kembaranku yang seperti kerbau bunting itu.
Wajahku semakin pucat dan tenggorokanku terasa gatal. “UHUKK”
“Aish, kukira kau hanya pura-pura. Tapi ternyata kau memang benar-benar sakit, kau demam,” gerutunya sambil menampar pipiku pelan. Aku hanya menatapnya tajam.
“Ayo tidur sweet girl, cepat sembuh dan temui cupcake lalu lamar dia dengan cara yang romantis. Okay,” dia hanya nyengir dan berlalu ketika menyelesaikan kalimatnya.
Cupcake. Ah, aku jadi ingat Pria manis berwajah tampan itu. Aku sering sekali memanggilnya cupcake karena keahliannya membuat cupcake dari pada aku. Sedang apa dia sekarang? Sudah beberapa hari ini dia tidak menghubungiku. Apa dia lupa padaku? Dasar artis, lagi pula apa untungnya kalau dia ingat padaku?
Yayaya, aku bukan kekasih, atau pun mantan kekasihnya. Errr… entah dia bisa disebut temanku atau bukan. Begini saja, dia teman segrup Zayn di One Direction, dan Zayn adalah kekasih kembaranku yang semoga saja bisa berlanjut ke pelaminan.
Kau ingin tahu bagaimana aku bisa kenal dengan cupcake itu? Okay, dulu sekitar setahun yang lalu ketika Keylaa baru saja menjalin hubungan dengan Zayn, setiap hari dia seperti orang kesetanan yang selalu menonton video One Direction dan memuja betapa tampannya Zayn. Padahal sebelumnya dia juga sama sepertiku, tidak pernah tertarik dengan hal-hal seperti itu. Bahkan Keylaa baru tahu kalau Zayn itu personil one direction setelah mereka berpacaran.
Lalu suatu ketika, dia mengajakku menonton konser mereka. Dia terus saja bertanya siapa yang menarik perhatianku atau siapa yang menurutku paling tampan, lalu aku menunjuk Harry karena dia berdiri dekat dengan posisi kami. Dan kau tahu apa yang terjadi? Besoknya ada orang yang mengirimiku pesan singkat dan mengaku sebagai Harry. Aku yakin itu pasti ulah Keylaa dan kekasihnya yang mirip setan itu.
Aku dan Harry sering bertemu, entah ketika dia ikut Zayn menemui Keylaa di apartemenku atau ketika aku menemani kembaranku itu menemui Zayn di basecamp yang tentunya ada Harry juga. Dan ya… karena Harry orang yang menyenangkan dan sangat manis, aku jatuh cinta padanya. Seperti di film-film bukan?
“Kaylaa, kenapa kau malah melotot dan tidak tidur? Aish, kau merindukan cupcakemu? Apa perlu aku menyuruhnya kesini?” aku melirik gadis itu sinis.
“Lakukan saja kalau kau ingin aku ikut Mom and Dad,” ancamku.
“Okay whatever. Aku sudah pesan bubur untukmu, ini masih panas. Ayo cepat makan!” ucapnya sambil meletakkan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih di meja samping tempat tidur.
“Suapi aku, saudari kembarku yang cantik,” pintaku dengan nada yang sedikit manja. Dia pasti akan mengamuk setelah ini.
“WHAT THE HELL? itu benar-benar menjijikkan. Seperti pasangan lesbi saja,” sungutnya kesal. Sedangkan aku hanya tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membuatnya merengut.
“Kau pikir aku sudi?” balasku.
“Ya sudah, ini buburnya. Dimakan sampai habis, aku tidak mau uangku terbuang sia-sia hanya karena tingkah manjamu kambuh,” ujarnya datar. Benar-benar calon ibu rumah tangga yang baik. Sangat pelit, semoga saja suaminya kelak tidak mati karena kekurangan gizi.
Aku mengambil mangkuk bubur yang disodorkannya dan mulai memakan bubur yang ternyata disampingnya juga ada dua cupcake cokelat kesukaanku itu. Aish… membuatku ingat cupcake itu lagi.
“Ngomong-ngomong, kenapa kau sakit? Kau tidak sedang sekarat karena merindukan cupcakemu kan?” tanyanya dengan menatapku curiga.
“Kau tahu tidak? Aku ingin sekali melempar bubur ini ke wajahmu, Keylaa,” ucapku lalu tersenyum manis. Sedangkan dia hanya tersenyum polos menanggapi perkataanku. “Kemarin aku kehujanan, kau tahu sendiri kan kalau aku tidak suka hujan.”
“Wow, kau miskin sekarang? Bahkan payung saja kau tidak punya? Miris sekali,” ledeknya dengan ekspresi prihatin yang menyebalkan.
“Mana aku tahu kalau kemarin akan turun hujan!” sahutku ketus dan menjejalkan bubur dalam takaran banyak ke dalam mulutku.
“Kau ingin mati muda?” tanyanya dengan mata berbinar. Aku hanya diam tak menyahutinya.
Aku meletakkan mangkuk bubur yang isinya sudah kosong ke tempatnya semula dan mengambil air lalu meneguknya hingga habis.
“Anak pintar. Sekarang cepat tidur! Awas kalau aku kembali kau masih bangun, akan kupanggil cupcakemu kemari dan mengumbar aibmu kepadanya,” ancamnya. Aku diam dan menarik selimutku sampai menutupi kepalaku. Aish, kenapa dingin sekali?
***
Aku mengerjapkan mataku berkali-kali karena silau dengan cahaya lampu kamarku. Aku melirik jendela kamarku yang sedikit terbuka. Gelap. Apa sekarang sudah malam? Astaga… berarti aku tidur sangat lama sekali. Kenapa kepalaku malah terasa berdenyut-denyut seperti ini? Dan tubuhku rasanya sangat lemas sekali. Apa aku belum sembuh?
“Kau sudah bangun? Apa masih pusing? Dari tadi demammu tidak turun, tapi malah semakin parah. Besok kita ke dokter, okay?” ucapnya lalu meletakkan baskom yang tadi dibawanya ke meja. Dia mengambil handuk kecil yang bertengger di dahiku, mencelupkannya ke dalam baskom lalu memerasnya dan meletakkannya lagi ke dahiku.
“Kau menungguiku dari tadi?” tanyaku serak. Bahkan tenggorokanku sakit sekarang, dan hidungku mampet.
“Tentu saja. Bagaimana kalau ada sesuatu terjadi padamu kalau aku tidak menungguimu? Aish… Mom and Dad pasti akan membuangku dari daftar warisan keluarga Hawthorne yang sangat banyak itu,” sungutnya sambil mempautkan bibirnya. Aku tersenyum, ternyata dia masih perhatian padaku. Saudariku memang sangat baik, hanya saja terlalu gengsi menunjukkannya.
“Kau haus?” tanyanya. Aku mengangguk karena tenggorokanku benar-benar sakit.
Keylaa membantuku minum. Aku sedikit lega ketika air itu melewati tenggorokanku yang kering. Tapi tetap saja tidak mengurangi rasa sakitnya. Aish, aku benar-benar menyedihkan.
“Kaylaa, dari tadi cupcakemu terus-terusan meneleponmu. Karena bunyi dering ponselmu sangat berisik makanya aku copot saja baterainya,” ucap Keylaa sambil menunjuk iphoneku yang telah terpisah dengan baterainya di nakas tepat di samping baskom berisi es itu berdampingan dengan iphone miliknya yang dibeli karena patungan dengan Zayn.
“Biar saja,” ucapku dengan suara yang tetap serak. Hah, benar-benar menyebalkan.
Keylaa melirik ponselnya yang bergetar lalu mendengus. “Lihat, bahkan dari tadi cupcake itu juga mencoba menghubungiku. Apa maunya, hah?”
“Angkat saja,” ucapku masih dengan suaraku yang mengerikan. Keylaa menuruti perkataanku untuk menerima telepon dari Harry itu.
“Apa?” tanya Keylaa dengan nada malas ketika sudah tersambung.
“Hei! Kemana saudari kembarmu? Kenapa dia tidak menerima teleponku dan malah mematikannya? Kenapa sekarang dia tidak bisa di hubungi? Apa sekarang dia ada di dekatmu? Kalau iya, cepat berikan padanya sekarang! Hei! Keylaa, jawab aku! Aku benar-benar khawatir padanya. Astaga, kenapa kau tidak menjawabku? Kau punya dendam apa padaku sampai kau setega itu padaku?” jawab suara di seberang. Ya, Keylaa mengaktifkan loudspeakernya. Aku ingin tertawa mendengar cerocosan cupcake itu dan juga wajah Keylaa yang seolah-olah ingin membanting ponselnya yang lumayan mahal itu.
“Sudah? Astaga Harry Styles, apa kau selalu seperti ini jika menelpon Kaylaa? Pantas saja dia muak padamu. Apa kau tahu? Dia sengaja tidak mengangkat telepon darimu dan berniat ganti nomor karena terganggu olehmu,” aku terkekeh mendengar jawaban Keylaa yang tentu saja hanya bualan saja.
“Hahaha, jangan bercanda Keylaa. Mana mungkin Kaylaa seperti itu. Kemana dia sekarang?” tanya Harry.
“Dia belum pulang.”
“Astaga, ini sudah malam dan kau membiarkannya berkeliaran di luar? Bagaimana kalau dia diculik lalu diapa-apakan oleh preman-preman di luar sana? Saudara macam apa kau─. Astaga louis, aku tidak selingkuh dengan Keylaa. Aku hanya menanyakan tentang Kaylaa. Ini semua juga gara-gara kau dan rencana bodohmu itu,” sahut cupcake itu. Dan sepertinya dia sedang digoda oleh Louis.
“Kaylaa memangnya belum memberitahumu? Dia sudah punya kekasih, dan dia pergi dengan kekasihnya. Mungkin dia menginap di rumah kekasihnya sekarang,” ucap Keylaa santai. Aku melotot ke arahnya sedangkan dia hanya menjulurkan lidahnya ke arahku dan tersenyum penuh kemenangan. Aish, aku benar-benar ingin mencekiknya sekarang juga. Aish, pasti cupcake itu berpikir bahwa aku gadis gampangan yang mau saja diajak menginap. Aish, makin lama bualannya makin tidak lucu.
“HOLLYSHIT! KENAPA BISA SEPERTI ITU, HAH? KAU JANGAN BERCANDA, ITU SANGAT TIDAK LUCU!” teriak cupcake itu dari sana. Ah, mati di tanganku kau Keylaa.
“Itu karena kau terlalu lambat. Kalau begini menyesal kan?” ucap Keylaa penuh ejekan, lalu mematikan teleponnya.
“HAHAHA. Cupcake itu pasti sedang kebakaran jenggot sekarang,” tawa Keylaa lepas begitu saja, dia bahkan memukul-mukul kakiku tanpa sadar. Sakit.
“Kau puas? Awas saja kau. Aku akan merebut Zayn darimu kalau sampai cupcake idiot itu percaya dengan bualanmu,” teriakku dan aku menyesalinya karena tenggorokanku tambah sakit.
“HAHAHAHAHAHAHA.”
Aku hanya menatap Keylaa sebal karena tawanya tak kunjung berhenti. Tertawa diatas penderitaan orang lain, Aku bangkit dan mengambil ponselku yang tergeletak mengenaskan. Aish, kapalaku pusing sekali. Aku memasang baterai ponselku dan menyalakannya. Dan benar saja, terdapat puluhan panggilan tak terjawab dan dan juga puluhan pesan tak terbaca. Semuanya dari orang yang sama, Pria berwajah tampan bernama Harry Styles itu. Baiklah, aku akan meneleponnya duluan dan mengklarifikasi bahwa semua yang dikatakan Keylaa itu bohong.
Cupcake calling…
Baru saja aku akan meneleponnya, tapi dia sudah menghubungiku duluan. Okay, aku bisa menghemat tagihan pulsa. Aku berbaring lagi karena kepalaku masih berdenyut-denyut. Lalu aku menekan tombol call dan menempelkan ponselku di telinga kananku.
Aku mendengarnya bernafas lega di seberang. Lalu diam beberapa saat, hanya suara tawa Keylaa yang masih saja terdengar. “Kau… dimana?” tanyanya pelan, tidak menggebu-gebu seperti pada Keylaa tadi.
“Di kamar,” jawabku serak. Aish, aku benar-benar tidak senang dengan suara seperti ini.
“Kau tidak apa-apa?” tanyanya dengan nada khawatir. Pasti dia tahu aku sedang sakit, makanya dia bertanya seperti itu.
“Ya,” jawabku singkat.
***
Harry Styles POV
“Itu karena kau terlalu lambat. Kalau begini menyesal kan?” ejek Keylaa lalu mematikan sambungan teleponnya. Aish, aku benar-benar ingin melempar apapun sekarang.
“SHIT! KEYLAA! KEYLAA! BETAPA MENYEBALKANNYA DIRIMU” hah, benar menyebalkan.
“Why? Keylaa memutuskanmu? Sudah kubilang jangan selingkuh dengannya,” aku melirik tajam orang yang duduk disampingku ini, Louis.
“Kaylaa punya pacar,” sahutku singkat. Aku tidak ingin berdebat urusan tidak penting dengannya.
“Oh, bukankah bagus? Kenapa wajahmu malah frustasi begitu?” tanyanya menyebalkan. Apa dia buta? Aku menyukai ah tidak, aku mencintainya. Padahal aku yang meminta saran padanya bagaimana caranya mengetahui agar dia juga mencintaiku atau tidak.
“Aish, aku mencintainya Louis, dan gara-gara saran bodohmu itu semua jadi seperti ini,” aku mengacak-acak rambutku frustasi. Bagaimana ini? Bagaimana kalau yang dikatakan Keylaa tadi benar?
“Ah, iya. Aku baru ingat,” ujarnya dengan cengiran aneh di wajahnya.
Aku hanya melirik Louis kesal. Hah, gara-gara aku konsultasi padanya tentang bagaimana caranya mengetahui perasaan Kaylaa padaku, aku malah jadi seperti ini. Louis menyuruhku untuk tidak menghubungi Kaylaa, karena menurutnya kalau Kaylaa mencintaiku maka dia akan merindukanku lalu menghubungiku duluan. Dan betapa bodohnya aku karena melupakan fakta bahwa Kaylaa tidak akan menghubungi duluan atau dia akan menghubungimu kalau kau memintanya menghubungimu duluan. Bahkan pada orangtuanya pun dia seperti itu. Bagus sekali Harry Styles.
“Kenapa kau tidak menghubunginya dan menanyakannya langsung pada Kaylaa?” usul Liam yang langsung membuatku menoleh cepat kearahnya.
Entah kenapa aku yakin kalau Kaylaa juga mencintaiku. Firasatku berkata begitu dan juga karena insting lelaki mungkin? Aish, aku tidak tahu. Tapi yang jelas aku yakin itu. Aku menghubunginya karena khawatir dia sudah melihat video music one direction terbaru dimana aku harus melakukan adegan berciuman dengan Cara Delevigne seorang model di video music last first kiss. Bagaimana kalau dia sakit hati lalu bunuh diri? Astaga, membayangkannya saja membuat perutku bergejolak.
Aku mencoba mengikuti saran Liam untuk menghubunginya dan bertanya langsung padanya tentang kebenaran ucapan Keylaa, saudari kembarnya. Aku menekan speed dial nomor tiga di ponselku, karena dia suka angka tiga.
Aku hampir saja melonjak kegirangan karena tersambung. Tapi aku masih was-was, takut jika dia tidak mengangkat telponku mereject panggilanku seperti tadi. Tapi ternyata dugaanku salah, dia mengangkat telponku. Aku bernafas lega, lalu aku mengernyit heran ketika mendengar tawa yang menyebalkan milik Keylaa, tentu saja karena tidak mungkin Kaylaa akan tertawa mengerikan seperti itu. Mendadak pemahaman muncul dalam otakku. Pasti Keylaa telah membohongiku. Tadi dia bilang kalau Kaylaa keluar bersama pacarnya kan? Tapi kenapa aku malah mendengar suara tawanya? Tidak mungkin kan kalau dia ikut kencan bahkan menginap?
“Kau… dimana?” tanyaku pelan, aku sudah tidak sepanik tadi ketika menghubungi Keylaa.
“Di kamar,” jawabnya serak lalu disertai seperti ada suara isakan yang sangat memilukan. Astaga… apa dia sudah melihat foto itu dan menangis seharian sampai-sampai tidak mau menerima teleponku?
“Kau baik-baik saja?” tanyaku konyol. Tentu saja dia tidak baik-baik saja. Aku pasti juga akan sangat sakit hati kalau melihatnya berciuman dengan pria lain walau pun karena tuntutan pekerjaan.
“Ya,” jawabnya dengan suara yang tetap serak disertai isakan yang memilukan.
“Maaf,” ucapku pelan. Gara-gara aku dia seperti ini.
“Untuk apa? Aku yang harusnya minta maaf,” isakannya makin kencang lalu aku dengar dia mengumpat pelan. Dia berdehem mengambil nafas dalam-dalam. Sebegitunyakah efek foto itu untuknya? Aku menggigit bibir bawahku.
“Ini sudah malam. Kau tidak tidur?”
“Aku… tidak bisa tidur,” jawabnya dengan suara yang tetap serak. Aish, pasti dia sangat tersiksa sampai tidak bisa tidur seperti ini.
“Tidurlah, istirahatlah dengan baik. Get well soon” ucapku. Aku tidak tahan mendengar suaranya yang seperti itu. Jahat sekali aku membiarkan Kaylaa seperti itu.
“Ya,” jawabnya. Lalu memutus sambungan telepon. Aku sedikit lega, setidaknya ucapan Keylaa tadi tidak benar.
“Bagaimana?” aku terkejut ketika mendengar seseorang bertanya kepadaku. Aku menoleh kesamping dan ternyata Liam.
“Astaga, kau membuatku kaget, Liam.”
“Kau saja yang aneh, dari tadi aku disini tapi kau malah tidak menyadarinya,” Liam melirikku sinis.
Aku tidak menjawabnya. Apa Kaylaa benar-benar sakit hati karena foto itu? Kalau iya berarti dia juga mencintaiku. Ah, senang sekali rasanya. Baiklah, besok aku akan menemuinya dan meyakinkannya kalau aku hanya acting dan yang kucintai hanya dia seorang. Oh, kau benar-benar tampan Harry Styles.
***
Ting Tong
Aku menekan bel apartemen yang di tempati oleh dua saudara kembar yang sama-sama cantik itu. Tapi Kaylaa lebih cantik tentunya, HAHA. Ah, entah kenapa aku senang sekali hari ini. Apalagi jika mengingat kalau Kaylaa sampai menagis seperti itu karena melihat fotoku yang berciuman dengan Cara, pasti dia sangat mencintaiku sekali.
“Mau apa? Kenapa kau tersenyum seperti itu. Wajahmu tambah jelek sekali, kau tahu?” aku kaget mendengar seseorang bicara di depanku. Aku menoleh dan mendapati Keylaa bersandar di daun pintu dengan tangan terlipat di depan dada.
“Mana saudari kembarmu?” tanyaku dengan senyum yang kuberikan semanis mungkin pada calon iparku ini.
“Kaylaa? Dia tidak ada. Dia pergi bersama pacarnya sejak pagi tadi,” jawabnya cuek. Aish, untung saja Kaylaa tidak seperti ini.
“Jangan membohongiku lagi. Pagi kapan maksudmu, hah? Bukankah ini masih jam delapan?”
“Lalu? Aku tidak berbohong dan aku tidak pernah berbohong. Aku hanya membual saja. Jadi, sekarang lebih baik kau pulang. Anak manis dilarang bermain di rumah orang pagi-pagi,” ucapnya dengan tampang sok manis dan juga sok polos. Aish, lagi pula apa itu? Dia pikir aku anak kecil?
“Keylaa! Kau kemanakan laptopku?” aku mendengar teriakan dari dalam. Dan itu suara Kaylaa. Aku menatap penuh kemenangan ke arah Keylaa. Dia hanya membalas tatapanku dengan tatapan datar. Lalu melengos masuk ke dalam tanpa menutup pintu. Aku ikut masuk lalu menutup pintu apartemen mereka.
“Di ruang belajar. Aku masih pinjam. Kau pakai computer saja Kaylaa,” teriak Keylaa menjawab teriakan Kaylaa.
“Yang benar saja! Cepat kembalikan atau aku turun dari ranjang sekarang juga,” ancam Kaylaa. Tapi aku belum melihatnya karena dia ada di dalam kamarnya.
“Jangan manja, kalau kau mau turun dan membuatkanku sarapan silahkan saja. Tapi awas kalau kau tiba-tiba pingsan, aku akan membiarkanmu tergeletak mengenaskan di lantai,” jawab Keylaa santai. Astaga, bisakah dia bersikap lebih manis?
“Ya sudah. Aku marah padamu,” jawab Kaylaa dengan nada kesal.
“Apa aku boleh masuk dan menemuinya?” tanyaku minta izin pada Keylaa.
“Silahkan saja asal kau jangan memperkosanya,” jawabnya acuh. Ya Tuhan, kenapa dia sangat menyebalkan?
Aku membuka pintu kamar Kaylaa, lalu masuk dan menutup pintunya. Ini pertama kalinya aku masuk ke sini. Kamarnya rapi, tembok di cat biru muda, dan lantainya di lapisi karpet tebal dan empuk berwarna putih. Ranjangnya besar berwarna hijau dengan motif polkadot berwarna biru, selimutnya berwarna biru dengan motif ikan nemo. Di salah satu sisi ada lemari besar berwarna putih dan di sebelahnya terdapat meja rias yang berwarna putih juga. Dan di sisi lain lagi ada pintu berwarna putih yang sedikit terbuka, kamar mandi.
Aku melihat Kaylaa di salah satu sisi ranjang dengan seluruh tubuh terbalut selimut. Aku mendekatinya lalu ikut berbaring di sebelahnya dan memeluknya yang terbungkus selimut itu. Dia sedikit menegang.
“Kaylaa, kau kenapa? Kalau kau ingin minta maaf jangan seperti ini. Bukankah kau sendiri yang bilang bahwa ini akan membuat kita terlihat seperti pasangan lesbi? Lepaskan aku!” aku tersenyum mendengar penuturannya. Jadi dia mengira aku itu Keylaa? Aku diam saja. Dan sepertinya posisinya sekarang menghadapku, karena aku dapat mendengar deru nafasnya yang tidak beraturan dan juga suaranya yang cukup jelas dari sini. Aku mengelus punggungnya dan dia sedikit bergidik.
Dia membuka selimutnya kasar sampai ke dada dan terbelalak mendapati aku yang ada di hadapannya. Rambutnya awut-awutan, kantung matanya tebal dan sedikit menghitam. Astaga, kalau boleh jujur, sebenarnya dia benar-benar menyeramkan. Tapi masih cantik, dan aku tidak bohong.
“Morning,” sapaku. Dia masih diam melihatku dengan tatapan tak percaya. Aku terkekeh lalu kusentuh pipinya yang berwarna pink itu. Kulitnya hangat, bahkan cenderung panas. Astaga, lihatlah Harry Styles, akibat melihat adegan ciumanmu dengan lawan mainmu, Kaylaa sampai sakit seperti ini.
“Kau sakit?” tanyaku yang sebenarnya sudah jelas jawabannya.
Kaylaa mengangguk. “Kenapa kau kesini?”
Lagi-lagi aku tersenyum. “Untuk melihatmu. Gara-gara aku kau jadi seperti ini, kan?”
Dia mengerutkan alisnya bingung. “Apanya yang gara-gara kau? Aku begini karena aku hujan-hujanan kemarin,” ucapnya.
“Hujan-hujanan? Maksudnya? Tadi malam kau menangis dan sekarang kau sakit karena kau hujan-hujanan?” tanyaku masih tak mengerti.
“Apa? Kapan aku menangis? Aku sakit sejak kemarin, bukan sejak sekarang. Sekarang aku sudah agak sembuh kurasa.”
“Memangnya tadi malam ketika aku menelponmu kau sedang tidak menangis?” tanyaku memastikan. Hey, bukankah tadi malam dia terisak sampai seperti itu?
“Hah? Astaga cupcake… aku tidak menangis. Aku akan menangis kalau laptpoku hilang atau rusak tiba-tiba, atau koleksi buku di perpustakaanku terbakar,” ucapnya disertai senyum geli yang terukir di bibirnya yang sedikit pucat.
“Lalu? Yang semalam itu?”
“Eh, i… itu ehm… aku… aku sed… sedang flu. Kau tahu? Errr… cairan bodoh itu terus keluar dari hidungku, jadi ak… aku… me… nariknya kembali,” jawabnya tergagap dan menunduk malu. Wajahnya yang sebelumnya sedikit merah jadi bertambah merah. Astaga, jadi… jadi…
“Jadi… kau… tidak cemburu padaku?” tanyaku. Aish, hancur sudah bayanganku bahwa semalam dia menangisiku. Ternyata itu… ingus?
“Cemburu padamu? Untuk apa? Aku bukan siapa-siapamu, jadi aku tidak punya hak untuk cemburu,” ucapnya pelan. Ya Tuhan, Ya Tuhan, Ya Tuhan… mati kau Harry Styles.
“Benarkah? Ah iya, aku kan bukan siapa-siapamu, kenapa kau harus cemburu ya? Hahaha,” aku tertawa garing untuk menutupi kekecewaanku. Jadi… aku memang bukan siapa-siapa untuknya, begitu? Kenapa dadaku sesak sekali ya? Aish, bagaimana kalau Kaylaa  benar-benar tidak menyukaiku? Ah, mendadak keyakinanku tentang dia yang juga mencintaiku lenyap tak berbekas.
Aku mengeratkan pelukanku, menghirup udara di rambutnya. Walaupun rambutnya awut-awutan tak karuan, tapi baunya enak. Bau apel, sangat segar.
“Kau pakai shampoo apa?” tanyaku memecah keheningan yang lumayan agak lama diantara kami. Aku akan memakai shampoonya juga agar jika aku merindukannya bau rambutnya masih ada.
“Kenapa? Kau ingin memakainya juga supaya jika kau merindukanku kau dapat mencium bau rambutku di rambutmu?” tanyanya geli dan terkekeh di dadaku.
“Dari mana kau tahu?”
“Karena… karena kau mirip hantu.”
“Yak! Jawaban macam apa itu, hah?” protesku tak terima. Karena aku mirip hantu?
“Kau mencintaiku?” tanyanya tiba-tiba. Aku diam sejenak, kenapa dia tanya seperti itu? Mau menertawakanku, hah?
“Ya,” ah, akhirnya hanya satu kata singkat itu yang aku ucapkan.
“Aku juga,” ucapnya pelan, tapi aku masih dapat mendengarnya. Astaga, apa aku tidak salah dengar? Apa barusan dia baru saja berkata bahwa dia juga mencintaiku. Ya Tuhan, Ya Tuhan… apa aku sedang mimpi? Kenapa jantungku berdebar keras sekali ya? Dan kenapa juga wajahku panas?
“Ya sudah, kita pacaran saja,” sahutku berusaha sebiasa mungkin. Oh… Ya Tuhan… aku amat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat senang sekali. Aish, baiklah, aku akan memeluk Paul kalau aku sudah pulang nanti. hahahaha.
“Ya sudah. Tapi, debaran jantungmu keras sekali, cupcake. Kau begitu senang ya?”
“Kau pikir kau tidak?”
“Aish, kau ini. Sekarang cepat lepaskan aku dan keluar dari kamarku!” ucapnya datar.
“Yayaya. Kau marah? Maafkan aku kalau begitu,”
“Aku tidak bilang begitu. Aku mau mandi,”
***
Ah… haruskah aku menjelaskan kalu aku sangat senang sekali. Aish, aku seperti remaja yang baru jatuh cinta saja. Dari tadi aku terus tersenyum seperti seorang pangeran tampan yang sedang jatuh cinta.
Kau tahu apa yang sedang kulakukan sekarang? Aku sedang duduk di ruang TV bersama Kaylaa dan dia duduk di sebelahku dengan kepala bersandar didadaku, dan tanganku memeluk punggungnya. Dia tampak lebih segar dan cantik ketika sudah mandi. Dan juga rambutnya basah karena baru keramas dan bau apelnya semakin tercium. Aish, aku benar-benar mencintainya.
Kami sedang menonton video music last firs kiss yang sedang diputar di acara TV swasta. Dan di video ini ada kissing scenenya. Dia tidak akan marah, pasti dia sudah melihatnya kan?
“Aish, sudah beberapa hari ini aku tidak online. Dan aku tidak tahu tentang music videomu ini. Aku penasaran ada adegan seperti apa,” ucapnya tiba-tiba yang membuatku menegang. Jleb! Jadi… dia belum melihatnya? Astaga, bagaimana ini? Ya Tuhan… tolong aku. Aish, ini kan hanya acting. Tapi bagaimana kalu dia tidak bisa menerimanya? Apa yang akan terjadi? Putus bahkan sebelum hubungan kami berjalan satu jam? OH GOD!
Menit demi menit berlalu. Aku semakin berdebar ketika hampir sampai di bagian itu. Astaga… hampir. Ya Tuhan, tolong aku. Hampir… hampir… hampir… Yah… terjadi sudah. Aku memjamkan mataku takut jika ada serangan mendadak dari Kaylaa.
1 menit…
2 menit…
3 menit…
Kenapa lama sekali? Akhirnya aku membuka mata dan mendapati Kaylaa tetap diam di posisinya. Memelototi layar laptop Keylaa yang kami pakai. Dia tidak marah? Ah, dia memang benar-benar pengertian. Terima kasih Tuhan, Kau telah menyelamatkanku.
Aku terkejut ketika Kaylaa tiba-tiba merubah posisinya menjadi menghadapku. Dia tersenyum manis, sangat manis malah. Aku jadi sedikit waswas. Dia mengalungkan lengannya di leherku. Astaga, jangan bilang kalau dia ingin mematahkan leherku sekarang juga! Kalau aku mati sekarang bagaimana nasib Directioners dan juga One Direc─
CHUPS
Aku sangat terkejut ketika dia menempelkan bibirnya ke bibirku. Ah, kejutan yang sangat manis. Aku suka, sangat suka malah. Bagaimana kalau dia sering-sering seperti ini saja? Dia mulai menggerakkan bibirnya. Aku juga ikut menggerakkan bibirku. Kenapa rasanya enak sekali? Baiklah, aku akan sering-sering melakukannya kalau begitu.
Kami berciman cukup lama. Dia melepas bibirnya dan menyeringai ke arahku.
“KELUAR DARI RUMAHKU SEKARANG! KAU SANGAT MENYEBALKAN! DASAR CUPCAKE BODOH!” Kaylaa berteriak keras sekali lalu menjambak rambutku keras.
“Kaylaa, lepaskan cepat! Ini sa… aaarrrggghhhh,”
“MATI KAU CUPCAKE JELEK!”
“Kaylaa, ini sangat sakit sekali. Aaarrrggghhh…”

No comments:

Post a Comment