Saturday, July 27, 2013

She's Not Afraid

Finalis #1DFanficContest13

oleh Fanni Pradita , 16

NLS


Bel masuk menyambutku saat memasuki gerbang sekolah. Ku berlari sekuat tenaga mencapai kelas. Sialnya Bu Diana lebih dulu mencapai kelas dan mencegatku. Aku yang hanya bisa pasrah ini, menuruti apa yang disuruh Bu Diana yaitu menghitung semut yang melewati kelas ini. Dasar guru biologi.. Hal-hal seperti terlambat pun masih dihubungkan dengan biologi. Tapi untunglah aku tidak sendiri. Ada si rambut keriting yang menemaniku. Harry. Tentu saja aku yang datang lebih awal.
“Kau sedang apa?” tanya si rambut keriting. Harry.
“Menghitung semut” jawabku malas sambil terus menghitung semut. Jumlahnya sekarang ada 32.
“Kau ini tidak punya kerjaan atau memang sudah gila?” jawabnya meremehkanku. Memangnya siapa yang mau menghitung semut kecil ini.. Dia yang gila.
“STYLES, ayo cepat kau hitung semut bersama Haylee atau kau mau kutambahkan menghitung semut satu sekolah?!” teriak Bu Diana dari dalam kelas. Mampus kau, Styles.
“Ba-ba-baiklah” ujarnya kalap dan segera mengambil tempat di sebelahku dan menghitung hewan mikro ini.
“32-33-34---.” Belum selesai aku menghitung, Aku terusik kembali oleh gelak tawa yang familiar di telingaku. Tiba-tiba pintu kelas terbuka. Keluarlah laki-laki dengan rambut pirangnya. Ternyata tebakanku benar. Tawa tersebut milik Niall Horan.
“Ada apa kau di sini?” tanya Harry dengan suara seraknya yang menurutku ‘seksi’.
“Aku disuruh ikut bergabung dengan kalian. Pasti kalian sudah tahu alasannya” jawabnya menggaruk kepalanya dan ikut jongkok dengan kami. Tapi tentu saja aku jongkok dengan gaya wanita.
Lengkaplah sudah. Aku, Niall, dan Harry. 3 orang ini disuruh menghitung ratusan semut yang melewati kelas hanya karena terlambat belasan menit. Tapi yang satunya karena menertawakan penderitaan orang lain.
“Geser sedikit Harry” kataku mendorong-dorong tubuh Harry yang besar itu.
“Geser sedikit Niall” giliran Harry yang mendorong-dorong tubuh Niall yang lebih kecil dari badan Harry. Akibatnya Niall terjatuh dan tersantuk lantai. Kami berdua hanya tertawa terbahak-bahak tak terkendali melihat tingkah Niall yang mengelus-elus kepalanya. Tak mau kalah, Niall pun mendorong-dorong tubuh Harry. Alhasil, badan Harry yang lebih besar dari badanku ini harus menerima kenyataan. Badanku tergencet badan Harry.
“Aww” aduhku. I swear. It’s really hurting me. “Are you okay, Haylee?” dengan sigap Harry bangun dan membantuku berdiri. Gentle sekali dirinya. Beda dengan Niall yang menertawakanku dengan keras bahkan hampir terguling..
Harry menepuk-nepuk lenganku yang terkena lantai membersihkan debu-debu yang menempel di seragamku. Aku hanya bisa menatap mata Harry yang hijau itu. Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Matanya terlalu sempurna untuk kutatap lama-lama. Sedangkan Niall, dia hanya memegang perutnya yang sakit karena tertawa terlalu berlebihan. Terimalah itu, Niall.
10 menit berlalu, kami masih dalam aktivitas yang sama. Sampai kapan kami harus menghitung semut-semut ini?! Aku sudah mulai gerah. Apalagi ada saja gangguan ketika kami menghitung. Mulai dari suara kentut Niall, keluhan Harry, bunyi handphoneku, atau pembersih sekolah yang sedari tadi mondar-mandir menyapui koridor. Memang sih itu tidak mengganggu tapi debunya terus masuk ke hidungku dan menyebabkanku bersin-bersin tidak berhenti. Aku memang punya riwayat alergi debu.
“Bisakah kau hentikan itu Haylee. Kau bisa membuat virusnya menyebar” kata Niall.
“Aku hatchi alergi hatchi debu hatchi Niall hatchi” jawabku yang tidak bisa mengontrol bersinku.
“Niall benar Hay, kau bisa membuat virusnya menyebar. Lebih baik tutup mulutmu. Soal kau alergi itu bukan urusan kami” kata Harry terus menutup hidungnya. Huh~~ Niall dan Harry sama saja!
Kami terdiam selama beberapa saat. Tiba-tiba Harry menyeletuk. “Hey.. Apa hanya aku yang menyadarinya jika semut-semut ini saling bertabrakan satu sama lain jika saling bertemu?” Aku dan Niall yang sedari tadi mengacuhkan hewan-hewan kecil ini jadi mengamati lebih dekat. Bahkan Niall hampir ingin mengambil mikroskop yang ada di ruang laboratorium.
“Kurasa bukan hanya kau saja” kataku yang langsung disetujui Niall.
“Hey.. coba lihat semut ini! Mereka membawa makanan! Makanan! Ya ampun aku jadi lapar” dasar Niall di saat seperti ini pun dia lapar. Memang benar yang dikatakan Niall. Semut-semut kecil ini menggotong makanannya sendiri. Apa tidak berat? Menakjubkan.
“Apa kalian sudah selesai?” tanya Bu Diana yang tiba-tiba datang tanpa kami sadari.
“Uhmm..uhmm.. jumlahnya sekitar uhmm puluhan” kata Niall
Aku menyenggol siku Niall. Bagaimana mungkin dari beberapa puluh menit yang lalu kami hanya dapat puluhan. “Ratusan! Ya ratusan Niall memang kurang pandai menghitung” kataku mengoreksi.  “Apa?! I’m a genius math.. Ask me a question!” protes Niall
“Berapa hasil dari 375 books+115 books?” tantang Harry
“A library! Ask me a harder question, Haz!” sombong Niall dengan bangganya seperti baru memecahkan sebuah kasus pencurian. Pencurian pena maksudku.
“Jawaban macam apa itu?!” protesku kesal dengan tingkahnya.
“Diam semua!!!” teriak Bu Diana yang aku yakin suaranya bisa terdengar sampai beberapa kilometer. “Sekarang aku mau kalian sebutkan apa yang kalian bisa dapatkan dari segerombolan semut!”
“Food!!” teriak Niall mengangkat tangannya. Aku dan Harry hanya bisa menatap sinis. Sebenarnya aku juga tidak tahu akan jawab apa.
“Kalian sebenarnya mau dihukum bagaimana lagi?! Ibu sudah capek” bukankah justru kami yang lebih capek?  “Kembali ke kelas kalian!” suruh Bu Diana. Dengan cekatan kami masuk ke kelas yang sudah mulai kosong karena jam istirahat sudah tiba.
***
Aktivitasku kembali ke rutinitas biasa. Mandi, makan, sekolah, online, belajar, tidur dan kembali lagi ke awal. Bosan? Defintely. Sebenarnya aku sendiri tidak tahu apa yang aku dapatkan setelah pulang sekolah. Personally, aku adalah orang yang pemalas, agak tomboy, kurang rapi dan sifat-sifat buruk yang belum atau aku tidak ingin ketahui. Tapi dibalik itu semua aku sebenarnya mempunyai sedikit kelebihan. Kelebihanku adalah... uhmm kelebihanku.. uhmm kelebihan.. ku uhmm apa ya?
Suara klakson memenuhi indra pendengaranku. Lagi-lagi terlambat! Entah sudah keberapa kalinya aku mengalami hal yang seperti ini. Berlari-lari di koridor saat bel masuk berbunyi termasuk kebiasaanku. Dan lagi-lagi juga aku dihadang oleh Bu Diana. Kenapa harus selalu dia yang mengambil jam pertama?!
“Haylee.. Senang sekali melihatmu sepagi ini..” sindir Bu Diana. Jika boleh jujur aku benci dia. “Sepertinya jika kau berdiri di luar kelas aku akan lebih senang lagi..” tambahnya. Dengan pasrah aku menuruti keinginannya. Baguslah. Aku tidak perlu repot-repot menyimak pelajarannya.
“Kau lagi?!” tanyaku saat kutemui duo bodoh ini berdiri diam di luar kelas. “Justru kami yang bertanya!” seru Harry. “Tidak usah diladeni Haz, dia bahkan belum bilang ‘hai’ pada kita” ujar Niall menatapku sinis.
“Ok.. HAI!!” teriakku kesal.
“Bagus..” kata Niall mengangguk. “Justru kami yang bertanya!” tambahnya.
“Itu kalimatku Niall”
“Oh.. Maaf, Haz” jawab Niall menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah.
“Jadi, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?” tanyaku memandangi mereka secara bergantian. Mereka pun saling memandang satu sama lain.
“Ke kantin!” seru Niall “I think its a good idea” kata Harry mengangguk. “Lets go!!” teriak Niall bersemangat dan menggandeng kami berdua. Anak ini.
HARRY’S POV
Kami digandeng oleh Niall menuju kantin. Niall memang seperti ini jika sudah berhubungan dengan makanan. Dan tidak ada yang bisa menghentikannya.
Sesampainya di kantin, seperti biasa Niall memesan banyak makanan. Aku dan Haylee hanya memesan minuman. Sementara Niall makan dengan brutal, aku dan Haylee hanya mengobrol.
“Jadi, kau memang mendapatkan rambut keriting ini sejak kau lahir atau kau sengaja membuatnya keriting?” tanya Haylee memandangi curls ku.
“Oh ini?” aku mengelus rambut keritingku. “Sebenarnya rambut keritingku ini kudapatkan ketika berumur 12 tahun jadi sebelumnya rambutku lurus” jelasku mantap.
Haylee mengerutkan keningnya. “Apa?! Kenapa bisa begitu?”
“Well, aku juga tidak tahu” jawabku mengangkat bahu. Ya, sesungguhnya aku memang tidak tahu. Takdir mungkin?
“Kau ini ada-ada saja, hahahaa” tawanya mendorong-dorong tubuhku, bercanda. Aku hanya bisa tersenyum mendengar gelak tawanya yang agak lucu itu. Sebenarnya dia termasuk perempuan yang cantik juga. Maksudku dengan rambutnya yang bergelombang, matanya yang berwarna hazelnut itu, dan bibirnya yang mungil. Ya ampun bangun Haz!! Jangan terlalu lama memandanginya kau harus ingat kau itu milik seseorang!! Aku pun memandang ke arah lain. Jujur saja, yang tidak aku suka dari dirinya yaitu dia agak tomboy, malas, kurang rapi, dan dari bentuk tubuhnya dia sama sekali bukan tipeku. Yah, jika kau tahu maksudku.
“Look guys!!” teriak Niall histeris. Ada apa lagi? Apakah Bu Diana menuju kemari. Sial.. Dia bisa membunuh kami dan melaporkannya kepada orang tuaku. Aku tidak mau Anne, ibuku marah-marah tidak jelas dan menyita handphone ku lagi!
“Lihat ada asap di sana!” teriak Niall lagi. Untunglah ternyata dugaanku salah. Tapi apa katanya? Asap? Kebakaran? Oh.. Tidak aku harus segera menyelamatkan nyawaku..
HAYLEE’S POV
Kebakaran? Ya ampun.. Apa yang harus kulakukan? Aku dengan segera menyelamatkan handphoneku bagaimanapun juga handphoneku adalah nyawaku. Kulihat Harry berlari mengelilingi lingkaran kecil sedangkan Niall berteriak tidak jelas. Aku memfokuskan mataku dan menangkap asap yang Niall maksud. Asapnya memang agak aneh. Asapnya kecil, abu-abu.. Tunggu ini sepertinya asap... asap..
BYURR! Tiba-tiba tanpa aku sadari Niall menyiram asap terseput dengan air yang tadi aku pesan. Sebenarnya itu tidak masalah.. Tapi kenapa harus minumku?!
“Hey.. Siapa yang menyiramku?” teriak seseorang dari balik meja yang diduga sumber asap berasal. Kami bertiga terkesiap saat mengetahui seseorang itu memegang puntung rokok. You’re in trouble Niall.
“dia” Niall menunjuk Harry. “Bukan aku.. Tapi uhmm dia” Harry menunjuk diriku.Spontan aku menunjuk Niall kembali.
“Dasar bocah!!” teriaknya dengan penuh amarah. Dia mengepalkan tangannya bersiap untuk memukul. Kami hanya bisa menutup mata. Berharap ada keajaiban datang.
  “Sudahlah Zayn.. kau ingat janjimu kemarin?” Aku membuka mataku dan terkejut karena kepalan tangan itu berhenti hampir mengenai wajah Niall. Kurasa ditahan oleh.. Hey kurasa aku mengenalnya.. Dia adalah salah satu siswa populer di sekolah.. Louis Tomlinson. OMG!! Louis Tomlinson berdiri di depanku!! Oke aku rasa aku berlebihan sekarang.
“Tapi bocah-bocah ini menyiramku, Lou. Aku tidak terima!” teriak Zayn memperlihatkan wajahnya yan basah. Dia pun menghentakkan meja di dekatnya dengan tangannya. Ketakutan, Niall pindah berdiri ke sebelahku. Begitu pun Harry. Dia pindah ke sebelah Niall. Tanpa menoleh, dengan cepat Zayn mengepalkan tangannya dan melemparkan pukulan tepat ke arah pipiku. Sumpah ini sakit sekali. Memang satu pukulan tapi bagiku ini seperti ratusan.
“Are you okay?” tanya Zayn dengan ekspresi muka yang cemas. Tidak peduli, aku mengarahkan pukulan ke arah Zayn. Seperti yang dilakukan Zayn kepadaku. Darah mengalir dari mulutku dan dia hanya bilang ‘Are you okay’?!
Zayn terus menutup mulutnya. Tapi tidak terlihat darah mengalir. Padahal kuharap dia mendapatkan yang lebih parah dariku. Aku berniat menambahkan pukulan lagi. Tapi tanganku ditahan oleh Niall dan Harry. “Sudahlah Hay, kau akan membesarkan masalah” bujuk Harry. “Ayolah Hay, lebih baik kau makan dulu agar staminamu bertambah dan kau pun bisa melanjutkannya lagi” Harry langsung melebarkan matanya ke arah Niall. “Well, itu hanya saran dariku” gumamnya berbisik.
***
“Mulai sekarang kau tidak boleh mengikuti kursus bela diri lagi!!” seru ayahku saat kuceritakan mengenai kejadian kemarin. Kalian tahu? Bu Diana memergoki kami dan langsung melaporkannya kepada orang tua. Bukan hanya itu. Kami juga disuruh menulis 2 halaman essay mengenai semut. Kenapa harus semut? Maksudku.. ada banyak sekali spesies di dunia yang telah diciptakan Sang Pencipta. Tapi kenapa harus semut? Mungkin mulai saat ini aku akan memanggilnya Bu Semut.
Bosan, aku berencana menelepon Ella, sahabatku. Ya, dia satu-satunya orang yang kupercayakan menjadi sahabatku. Sebenarnya aku ingin sekali mempunyai banyak teman. Tapi mereka justru takut padaku. Aku sempat heran dengan sikap mereka karena seperti yang kalian tahu.. I don’t bite.
“El, bisakah kau temani aku ke toko buku siang ini? Kau tahu, Bu Diana menghukumku dengan 2 halaman essay mengenai semut?!..... yaiya aku tahu dia memang gila....bukan sedikit tapi memang gila....Kau mau?.....Ok aku tunggu di rumahmu” Ella memutuskan teleponnya. Segera aku bergegas memakai sweaterku yang dilapisi dahulu oleh kemeja biru lautku. Kalian tahu? Soal fashion aku memang sedikit feminim.
Sesampainya, Kami memasuki toko buku. Hembusan angin dari AC menyambut kedatangan kami. Aku segera mencari buku bagian binatang. Ella? Entah kemana. Aku dengan cekatan menyalin isi buku tersebut in the corner. Aku berharap tidak ada pegawai yang memasuki aisle ini. Tolonglah.. aku sedang tidak punya uang.
Selesai mengerjakan tugas, aku bersiap untuk pulang tapi sebelum itu aku harus mencari Ella. Berlama-lama di perpustakaan membuat kepalaku pusing. Selain debu, aku rasa aku punya alergi terhadap buku. “Kau kemana saja?” tiba-tiba kurasakan tangan seseorang menahanku. Saat kutolehkan kepalaku, kudapati seseorang yang familiar dengan muka lebam di wajahnya. Sepertinya aku kenal.. “Kau?! Kenapa aku harus bertemu denganmu?!” serunya.
“Seharusnya aku yang bertanya?! Zayn!!” kataku setelah menyadari seseorang itu adalah Zayn Malik. Preman sekolah.
“Sial sekali aku.. Pindah ke kota dengan tujuan hidup yang lebih baik, tapi malah justru bertemu dengan perempuan sepertimu?! Oh.. great” dengusnya. Siapa juga yang ingin mengenalnya.
“Minggir!!” lanjutnya menabrak sebelah bahuku dan pergi berlalu.  
Orang aneh. Bahkan tak ada satu kata maaf pun keluar dari mulutnya. Aku melangkahkan kakiku kembali. Tapi sepertinya aku menginjak sesuatu. Setelah kuperiksa, ternyata itu hanyalah gantungan kunci. Tapi meskipun begitu, benda ini sangat familiar bagiku. Ya, aku ingat ini mirip seperti gantungan kunci ku.. Tapi milikku telah tergantung rapi di tas ku.. Jadi dengan kata lain benda ini adalah miliknya. Milik seseorang yang tidak aku ingin keberadaannya. Dan benda ini berasal dari Zayn. Apakah dia ada hubungan dengan Zayn? Tunggu.. Zayn mengatakan kalau dia baru saja pindah ke kota ini? Apa maksud dari semua ini?!
“Kau kenapa?” suara Ella membuyarkan lamunanku. Aku harus bersikap biasa saja.
“No-nothing.. Let’s go home”
***
Pagi ini, aku mengulang kebiasaan burukku. Berlari-lari di koridor saat bunyi bel masuk. Tapi beruntunglah aku. Karena hari ini tidak ada pelajaran Bu Semut maksudku Bu Diana. Aku bisa masuk kelas dengan tenang tanpa harus dicegat dan tanpa harus menghitung semut, serta tanpa suara berisik dari si rambut keriting dan pirang itu. Harry and Niall.
Tapi rasa tenang itu tak berlangsung lama. Harry dan Niall ternyata berlari mengekor di belakangku. Mereka juga terlambat sepertinya.
“Bagi kalian yang terlambat, dipersilahkan menuju ruang aula” Ternyata harapanku tidak terkabul. Tidak ada Bu Diana, Pak Tri yang mengambil alih. Ini sih sama saja!!
Lagi-lagi aku tidak sendiri. Harry dan Niall disuruh melakukan yang sama. Bedanya Zayn dan Louis yang bisa dibilang kakak kelasku, juga melakukan hal yang sama serta beberapa murid lain. Tapi kenapa harus bersama orang-orang yang kubenci?!
Sementara yang lain berbaur satu sama lain, aku memilih menyendiri. Memikirkan hal-hal yang kusebut ganjil di dalam hatiku. Aku memukul-mukul kepalaku sendiri memerintahkannya agar tetap berpikir positif. Oh ayolah yang punya gantungan kunci seperti itu bukah hanya kami berdua. Tapi pada saat itu, tidak banyak orang-orang yang memilih gantungan kunci dengan bentuk seperti itu. Bentuk seperti anjing yang mengangkat salah satu kakinya seperti ingin buang air kecil. Lihat... kalian pasti sudah jijik mendengarnya apalagi memilikinya. Kami berdua memang anti-mainstream. Dan jangan heran juga bahwa kami mempunyai sepasang benda yang sama. Mungkin yang membedakannya hanyalah warna. Selebihnya sama. Mungkin karena kami ‘terlalu sama’ aku jadi agak membencinya. Dan memilih untuk pindah menjauhinya.
“Haylee?” seseorang dengan suara serak memanggilku. Aku terlalu malas untuk menoleh. Karena dari suaranya saja aku kenal bahwa suara itu milik Harry Styles.
“Kenapa kau tidak berbaur dengan yang lain?” tanyanya mengambil posisi untuk duduk di sampingku. Dia menepuk-nepuk lantai memastikan tidak ada debu yang menempel di lantai. Ya, aku memang duduk di lantai aula.
“Kau ada masalah?” tanyanya lagi. Aku sedang malas berbicara dengan siapa pun.
“Kau tidak mau cerita? Ok.. ya sudah” Aku menahan tangan Harry yang beranjak dari duduknya. Sepertinya aku memang membutuhkan seseorang.
“Memangnya kau mau apa jika aku menceritakan masalahku?”
“Ya, mungkin aku bisa membantumu menyelesaikannya. Tapi jika kau tidak mau.. ya itu hakmu” jawabnya menatapku. Oh ya ampun.. kuakui matanya indah sekali..
“Sebenarnya aku ingin tapi kurasa aku tidak mampu”
“Ya sudah kalau begitu tidak usah kau ceritakan” katanya masih menatapku. OMG he’s just giving me a heart attack!!
“Haylee?” “yeah?” “Aku ingin tau.. Apakah kau tidak capek?” lanjutnya. “Capek? Kenapa aku harus capek?” tanyaku balik. “Apa kau tidak capek seharian berlari di pikiranku?” Mengerti apa maksudnya, aku hanya memaksakan tawaku. Tapi jauh di dalam hatiku, aku sebenarnya terbang sampai ke langit ke tujuh. Dia sungguh manis.. Kurasa aku mulai menyukainya.
Niall tiba-tiba berjalan mondar-mandir di depan kami. Mengganggu suasana saja.. aku pun menghalanginya dengan meluruskan kakiku. Sesuai dengan rencana, Niall pun jatuh tepat di depan kami. Aku tertawa tak terkendali sampai-sampai perutku sakit, sedangkan Harry sampai terguling.
“Awas saja kalian.. kapan pun aku akan membalasnya” ancam Niall sembari bangkit dan mengelus lututnya.
Tiba-tiba seorang pria berdiri di belakang Niall. “Hei.. Wanita perkasa.. masalah kita belum selesai” seru Zayn menghampiriku. He’s a moodbreaker. Seriously
“Kau bahkan belum meminta maaf padaku” lanjutnya.
“Bukankah justru kau yang meminta maaf?” Harry tiba-tiba bangkit dan hampir menghajar Zayn. Tapi kuhalangi dia. Aku tidak mau ada perkelahian.
“Hei curls.. Ayo maju sini kalau kau berani” tantang Zayn. Harry pun semakin panas. Louis pun membujuk Zayn agar berhenti. Dan aku melakukan hal yang sama kepada Harry. Sedangkan Niall, dia hanya memakan chips nya. Anak itu selalu makan kapan pun, dimana pun, dan dalam situasi apa pun.
Harry yang memanas tidak dapat ditahan. Dia mengerahkan kekuatannya untuk menghajar Zayn. Dia pun melayangkan tinjunya. Aku yang mencintai perdamaian ini, langsung menghalangi Harry.
‘DUAKK’ “OMG.. Kau tidak apa-apa?” “Ya ampun... hidungmu berdarah” “Ayo cepat bawa dia ke UKS” “Kau tidak apa-apa, Haylee!!”
***
Aku di mana? Dengan siapa? Tabunganku sudah berapa? Ya ampun ini sakit sekali. Aku berusaha mengingat kejadian tadi. Oh.. ya aku ingat.. Aku baru saja dipukul Harry ketika aku berusaha menghalanginya. Ya ampun.. artinya ini sudah kedua kalinya aku ditonjok oleh 2 lelaki kekar. Ya Tuhan, apa salahku?!
“Guys!! Haylee sudah sadar!!” teriak seseorang yang kuyakini adalah Niall. Kudengar banyak derap kaki menghampiriku.
“Haylee, bagaimana keadaanmu?” tanya Ella cemas. Aku hanya bisa membuka mataku perlahan dan mengangguk. “Syukurlah”
“Maafkan aku, Haylee.. i didn’t mean to.. forgive me” kata Harry menggenggam tanganku. Tangannya hangat sekali. Aku hanya tersenyum.
“Apa?! Kau baru saja menonjoknya.. dan kau hanya bilang ‘maaf’?”
“Diamlah, Niall. Atau kau mau kutonjok juga?”
“Tentu tidak, Harry.” Jawab Niall mqsih mengunyah chipsnya. Entah yang keberapa.
“Oke.. Harry sudah meminta maaf. Sekarang giliranmu Zayn..” tawar Ella.
“Apa? Aku? Minta maaf?” Zayn berhenti sebentar. “Aku tidak mau” dengusnya.
“Sudah seperti ini.. Kau masih tidak mau.. Kau mau aku menghajarmu?!” Harry berusaha menendang Zayn tapi dihadang oleh Niall.
“Sudahlah.. Guys” aku berteriak setengah tenaga. Ternyata teriakanku ampuh.
“Jika Zayn memang tidak mau minta maaf, itu juga tidak ada untungnya bagiku” kataku melipat tanganku di atas dada.
“Ya sudah kalau begitu ayo Lou.. kita keluar dari sini..Lou? Ayolah” Zayn menarik Louis yang sedari tadi diam seperti menatap seseorang.. Apakah dia memandangi Ella?
“Kupikir kau lapar.. Kau mau ini?” tawar Niall mendorong chipsnya kepadaku. “Niall.. Haylee sedang sakit. Mana mungkin dia mau makanan itu..” tolak Harry. “Ini Hay, minumlah” Harry menawarkan sekotak susu padaku. Dengan sigap aku meminumnya.
“Ku pikir, kami harus segera ke kelas Hay, aku akan meminta Pak Tri agar mengizinkanmu tidur di sini.. Ayo, Niall” Giliran Harry yang menarik Niall. Mereka pun keluar meninggalkanku dan Ella. Tapi sebelum itu, Niall membuang bungkus chipsnya ke arahku. “Itu balasan yang tadi!!” teriaknya dari luar.
Aku hanya menggelengkan kepala melihat tingkahnya. “Dia menyebalkan!!” teriakku kesal. “Jangan begitu, Kau harusnya berterima kasih” sahut Ella.
“Berterima kasih atas apa?” tanyaku heran. Bagaimana mungkin aku berterima kasih kepada orang yang menyebalkan tingkat dewa?
“Atas lukamu. Dia yang mengobati lukamu saat kau tak sadarkan diri..” jelasnya. Aku hanya bisa diam terpaku. “Haha.. Aku kembali ke kelas dulu ya.. kau hati-hatilah di sini karena ku dengar.. di sini agak angker.. Byeee” Ella menutup pintu meninggalkan ku sendiri.
“ELLLAAA.. JANGAN TINGGALKAN AKU”
***
“Ini sebagai ucapan terima kasihku” aku menyodorkan es krim ke arah Niall keesokan harinya. “Anggaplah sebagai permintaanku menjatuhkanmu kemarin” gumamku.
“Hanya satu? Oke ini aku anggap sebagai rasa terima kasih. Tapi, mana sebagai permintaan maaf?”
“Anggaplah dua-dua nya sekaligus.” Aku mengambil tempat di samping Niall..
“Baiklah.. karena ketulusan hatimu aku terima” Niall langsung melahap es krim yang kuberikan. Aku curiga.. jangan-jangan dia juga melahap stik es krimnya.
“Kau sedang apa?” tanya Niall ketika melihatku mengeluarkan buku dan pena.
“Mengerjakan tugas matematika. Kau sudah?”
“Uhmmm” dia berpikir sebentar. “Belum” lanjutnya terus menjilat es krim. Anak ini...
“Where’s Harry?” tanyaku sembari membuka buku halaman pertama.
“Itu dia” jawabnya menunjuk pojok kelas.. Oh Ya ampun.. Sedang bersama siapa dia? Memang tidak terlihat jelas. Tapi aku bisa melihat bahwa dia sedang berciuman bersama seorang perempuan. Entah kenapa hatiku pecah menjadi beberapa bagian ketika melihatnya. Dadaku sesak.. Tapi untunglah aku tidak mengeluarkan air mata. Aku adalah wanita kuat.
“Kau kenapa?” tanya Niall menyentuh bahuku. Aku bahkan belum mengalihkan pandanganku ke Harry. “Kurasa Harry sedang menikmati hubungannya dengan pacar barunya.” 
“Pacar barunya?” tanyaku balik. “Ya, kemarin dia baru saja putus dengan Cara karena Harry ketahuan selingkuh dengan Kenya. Tapi sekarang dia sudah mendapatkan Kenya seutuhnya. Aku bahagia atas mereka. Lihat? Mereka terlihat serasi.” Jelas Niall.
Aku hanya menganggukkan kepalaku. Dan kembali ke tujuanku semula. Mengerjakan tugas matematika.
“OMG.. Nialll!!!” aku terkejut saat melihat buku tugasku dipenuhi dengan lelehan es krim. “Ada apa lagi Hay—OMG.. Aku-aku yidak tahu Hay.. Kau jangan marah padaku. Pleeeaassee” rengeknya. “Aku hanya bisa mendengus kesal dan menahan amarahku dengan meninggalkan Niall sambil menghentakkan kakiku keras-keras. Anak itu selalu saja..
Masih kesal dengan Niall aku lebih memilih taman sekolah. Di sini tidak terlalu ramai dan kau bisa melakukan apa saja di sini. Kecuali memukul orang tentu saja. Tiba-tiba aku merasakan getaran di handphoneku menandakan panggilan masuk.
***
NIALL’S POV
Aku harus segera meminta maaf ke Haylee atas kejadian kemarin. Aku tidak mau bermusuhan dengannya. Kau tahu kan dia jago berkelahi..?! Selain itu, setiap aku bermusuhan dengannya, aku merasakan hal yang lain.. dan itu tidak enak sama sekali.
“Di mana Haylee?” Harry mendahuluiku sebelum aku menanyakan hal yang sama padanya.
“Aku sendiri sedang mencarinya.. Memang ke mana dia?” tanyaku balik. “Itulah sebabnya aku bertanya, Niall.. Hei Kenya kau dari mana saja?” Harry menghampiri Kenya di ujung koridor.
Tiba-tiba Zayn ada di sebelahku “Mana wanita perkasa itu?”
“Haylee” kata Louis membantu. “Ya itu.. namanya Haylee.. Kemana dia?”
“Aku sendiri sedang mencarinya. Memang ke mana dia?” tanyaku balik. “Itulah sebabnya aku bertanya. Ya sudah kami pergi dulu.”
Kenapa semuanya mencari Haylee?! Dan kenapa semuanya menjawab jawaban yang sama ketika aku menanyakan keberadaannya!? Ke mana dia? Apa dia tidak masuk? Yah.. hidupku akan terasa hampa tanpa dirinya.. Ya ampun apa yang baru saja aku pikirkan? Tidak.. kumohon aku kan tidak punya perasaan padanya. Dia kan wanita perkasa seperti yang dijuluki Zayn.. Ya ampun.. Lebih baik aku makan saja...
***
Ini hari ke tiga Haylee tidak menunjukan batang hidungnya. Ke mana dia? Dia bahkan tidak memberi kabar. Sudah kucoba menghubunginya beberapa kali tapi tetap saja hasilnya nihil. Serius.. Aku khawatir sekarang. Apa dia sakit? Apakah dia punya urusan keluarga? Oh.. berhentilah Niall.. untuk apa kau mengurusi hidunya.. Urusilah hidupmu sendiri dan kerjakan tugas Fisika mu sekarang!!
“Niall.. Kau kenapa? Tugasmu sudah selesai?.. Kalau sudah ayo kumpulkan” sahut Bu Maddie menghampiriku. Sepertinya gerak-gerikku mencurigakan.
“Oh.. tidak a-a-aku-aku belum selesai.. Mungkin beberapa menit lagi.” Jawabku canggung.
Bel pun tiba-tiba berbunyi. Menandakan waktu istirahat tiba. “Baiklah anak-anak.. selesai tidak selesai segera kumpulkan tugas kalian. Kalau tidak dikumpulkan, Ibu akan menambahkan 10 soal lagi” Ya ampun aku kan belum selesai.. Ini semua gara-gara Haylee!!
Aku segera membawa diriku ke kantin.. Lapar? Tentu saja. Banyak orang-orang pikir aku rakus, perut karet, dan sebagainya. Tapi aku tidak merasa sama sekali.. lihat saja bentuk tubuhku yang jauh dari kata gemuk
“Hei.. Niall..” Aku pun tersedak lcyhee float yang baru saja kupesan akibat kedatangan Harry yang datang secara tiba-tiba..
“Santai saja Niall.. Jangan tegang begitu” Harry pun menepuk punggungku. “Kau tahu? ketidakhadiran Haylee membuat suasana jadi hampa sekali” Aku tersedak kembali. Bagaimana bisa hal yang aku rasakan sama seperti Harry? Tidak usah dipikirkan..Lebih baik aku minum lychee floatku lagi.
“Itu dia, Haylee!!” teriak Harry tiba-tiba. Dengan segera aku menoleh ke arah yang Harry tunjuk tapi yang kulihat hanyalah Lisa.. wanita gendut yang kerjanya hanya membully.
“Kau tertipu Niall!! Hahaah..” Harry tertawa. “Kau mau lihat bagaimana ekspresimu tadi?” tawa Harry semakin membesar. “Seperti ini!! Hahaaha” ejeknya memperlihatkanku wajahnya dengan ekspresi yang jelek sekali. Itu sama sekali tidak lucu.. Hahahaha
Aku melanjutkan minumanku setelah beberapa kali tersedak. Aku tidak mau tertipu lagi oleh Harry. Kenapa aku bisa tertipu hanya karena itu? “Hei.. hei Niall.. lihat!!” panggil Harry menggoyangkan bahuku. “Ada apa Haz?” tanyaku tanpa menoleh ke arahnya.
“Itu.. Itu Haylee..!!”
“Sudahlah Haz... aku tidak mau tertipu oleh bercandaanmu la--- OMG!!” aku terkejut saat kutolehkan wajahku ke arah yang Harry tunjuk. Aku bukan lagi tersedak tapi minuman yang hampir kutelan tidak sengaja kusembur keluar. Aku tidak percaya.. Haylee berubah!! Dia mengenakan rok yang lebih pendek dari biasanya. Dia juga mengikat bagian ujung seragamnya. Dan memendekkan kaos kakinya.
“Dia lebih- lebih-lebih.... cantik dan feminim” kata Harry melebarkan matanya.
“Yes.. She is” tanyaku yang matanya tidak kalah lebarnya. Dia menuju kemari sepertinya.
“Hei.. Guys” sapanya tersenyum. Kenapa dia jadi lebih manis?
“Hai.. Haylee.. kenapa kau tidak hadir selama 2 hari. Kau tahu aku merasa hampa tanpamu?” kata Harry yang mendahuluiku. Dasar playboy..
“Haylee?? Uhmm.. Well,, aku harus menyelesaikan sesuatu.. Kau pasti tahu kan? Haha” katanya. Tapi aku masih meyakini bahwa wanita di depanku ini bukan Haylee. Tatapannya saja berbeda.
“Hey wanita perkasa.. Akhirnya kau masuk juga.. Ayo kita se— .” kata Zayn terputus saat melihat lawan bicaranya. Haylee. Kenapa dengan Zayn? Tiba-tiba wajahnya memucat.
“Oh.. kurasa aku harus pergi.. Ayo Lou” Zayn menarik Lou dan pergi meninggalkan kami. Haylee juga tampak habis terkejut. Ada apa dengan mereka.
“Ayo.. Guys.. tampaknya kita harus ke kelas” ajaknya. Kami pun bangkit dan segera menuju kelas karena 5 menit lagi bel akan berbunyi.
Selama perjalanan ke kelas, Haylee lebih banyak ngobrol dengan Harry dibanding denganku. Kata-katanya juga lebih halus dibanding biasanya. Haylee sepertinya berubah 180 derajat. Dia juga bukan lagi gadis tomboy yang kukenal. Lihat saja dia sekarang.. Dia terlihat manja dengan Harry saat kakinya membentur kursi. Dengan dramatis dia menangis dan berteriak. Dia bahkan meminta Harry untuk menggendongnya. Untung saja Kenya hanya lewat saat itu. Jadi Harry menolaknya. Memangnya apa saja yang dia lakukan selama tidak bersekolah?
HARRY’S POV
Keesokannya, aku tiba-tiba ingin cepat-cepat menemui Haylee. Kau tahu? Aku sampai-sampai tidur lebih cepat agar bisa bangun lebih pagi dan bersekolah. Tapi tetap saja . Aku selalu terlambat.
“Bagi yang terlambat, silahkan berdiri di luar kelas” Lagi-lagi Bu Diana mengambil jam pertama.. Sial!! Aku harus berdiri di tempat menyebalkan ini lagi.
“Kau terlambat lagi?” tanya Niall saat kusadari bahwa dia juga berdiri di sebelahku.
“Yes... as you see. And i’m sure you too” jawabku. Niall hanya menganggukan kepalanya. “Hei.. Guys..” Suara yang lembut itu kembali terdengar saat kutolehkan kepalaku, benar saja.. Haylee!! Entah kenapa aku se-excited ini bertemu dengannya.
“Kau terlambat lagi?” tanya Niall.
“Lagi?? Oh tidak.. ini baru yang pertama kali..” jelasnya. Aku melihat Niall yang sepertinya terlihat terkejut dan heran. Bagaimana bisa Haylee bilang ‘baru pertama kali’ sedangkan Aku, Niall, dan Haylee sendiri sudah beberapa kali dihukum akibat selalu terlambat. Aneh sekali. Aku hanya tertawa memaksa.
Beberapa menit kemudian, kami hanya saling diam. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Aneh sekali.. Tidak biasanya Haylee diam seperti ini.
“Kalian ingat? Kita waktu itu disuruh menghitung semut oleh Bu Diana? Haha itu aneh sekali” celetuk Niall. “Haha.. Tentu saja aku ingat.. Itu sangat melelahkan” jawabku.
“Menghitung semut? Untuk apa? Kalian dihukum?” Haylee pun angkat bicara
“Apa? Kau tidak ingat? Aku, Harry, dan kau dihukum Bu Diana. Dan dia menyuruh kita untuk menghitung semut.. Apakah ketidak hadiranmu selama 2 hari membuatmu hilang ingatan?” Niall menatap Haylee sinis. Aku hanya bisa menyabarkan Niall.
“Oh.. te-tentu saja aku ingat.. bagaimana mungkin aku melupakannya.. ya aku sangat lelah setelah itu” Haylee memaksakan tawanya. Sepertinya berbohong.
Selang beberapa menit, pembersih sekolah mondar-mandir di depan kami dengan sapunya sehingga debunya menyebar ke mana-mana. Aku jadi ingat ketika Haylee bersin-bersin karena debu yang disapu pembersih sekolah menyebar. Kurasa dia punya alergi akan itu. Tapi sekarang, Haylee tidak menunjukkan tanda-tanda dia akan bersin. Kenapa dengannya.. Dia seperti orang lain saja...
NIALL’S POV
Aku, Harry, dan tentu saja (bukan) Haylee menuju kantin. Sebenarnya aku tidak mau Haylee ikut dengan kami. Tapi karena Harry bilang kasihan jadi aku mengizinkannya. Dia memang bukan Haylee. Kalian tahu? Dia bahkan tidak menyapa Ella saat kami berpapasan.
“Kurasa aku harus ke kamar kecil” kataku meninggalkan Harry dan (bukan) Haylee berdua. Ini tidak dapat ditahan lagi..
Sehabis dari kamar kecil, aku memutuskan untuk kembali ke kantin.Tentu saja karena aku lapar. Baru berjalan 2 langkah, bahuku ditabrak oleh seorang perempuan.. Dia.... Haylee!! Bukankah dia di kantin?
“Kenapa kau di sini? Bukankah kau di kantin?” tanyaku heran.
“Kantin? Ya aku akan segera menyusul.. Aku tidak tahan lagi, Niall!” Dia segera memasuki kamar kecil.. Kamar kecil wanita pastinya.. Aku hanya menggelengkan kepala.
HARRY’S POV
“Hah? Kenapa kau ada di sini? Baru saja kita bertemu dan kau masuk kamar kecil.. Kenapa cepat sekali? Aku bahkan tidak melihatmu lewat” kata Niall dengan wajah heran. Wajahnya seperti baru saja melihat hantu. “Jadi itu tadi siapa?” gumamnya.
“Sudahlah, Niall. Mungkin kau hanya melamun. Kau saja bisa tertipu dengan gurauanku kemarin. Itu karena kau kebanyakan melamun. Haylee tetap berada disini. Bersamaku” Kataku menenangkannya. “Mungkin saja” jawabnya. Tapi aku masih bisa lihat bahwa dia masih sangat bingung.
“Maaf aku harus ke kamar kecil dulu. Kalian tahu Bu Diana—OMG!!” Aku dan Niall langsung menoleh ke sumber suara. Tapi dia—dia mirip sekali eh bahkan sangat mirip dengan Haylee. “HAYLEE?!!” teriak aku dan Niall bersamaan. Aku langsung menoleh ke arah Haylee yang berada di sebelahku. Memastikan bahwa dia bukan hantu. Tapi dia masih saja duduk manis di sebelahku dengan muka datarnya.
“A-a-a-apa maksud dari semua ini?!Ka-Kalian ada dua?!” teriak Niall masih dengan ekspresi yang sama. Aku pun begitu.
“Perkenalkan aku Kaylee.. Adik sekaligus kembarannya Haylee” katanya tersenyum. Dia menyodorkan tangannya ke arah kami. Aku dan Niall langsung menjabatnya.
“Kenapa kau bisa ada di sini, Kay?!” tanya Haylee masih shock.
“Aku mulai bersekolah di sini.. Kau keberatan?” jawabnya
“Tapi-tapi mengapa?”
“Kurasa aku mulai menyukai sekolah ini.. Jadi, bolehkan?”
“Tentu saja boleh..” celetukku. Niall langsung menyenggolku. Menyuruhku diam. Tapi tak lama dia berkata “Ku rasa kami dipanggil oleh Bu Diana.. Jadi kami permisi dulu.” Niall menarik tanganku. Mengerti apa maksudnya, aku menurutinya.
***
HAYLEE’S POV
Aku tak habis pikir.. Mengapa Kaylee.. kembaranku pindah ke sini. Seharusnya kan dia di Aussie. Kalau begini caranya.. lama-lama aku ingin pindah ke Aussie bersama Mom.. Tapi aku terlanjur suka dengan tempat ini.. Dan aku tidak suka dengan kembaranku. Asal kalian tahu, aku dulu sebenarnya akrab bahkan sangat akrab dengan Kaylee.. Dia bahkan selalu menuruti apa yang aku punya. Sikat gigi, gantungan kunci, gelas.. semuanya. Bahkan dia juga menyukai apa yang aku suka. Artis idola, makanan favorit, hobi.. bahkan laki-laki yang dulu sangat aku suka. Liam Payne. Kaylee mengambil segalanya dariku.. Dia telah memiliki Liam.. Dia yang juga telah membuat Mom dan Dad cerai kerena kemanjaannya. Aku dan Kaylee memang berbeda. Aku yang sedikit tomboy dan berani sedangkan Kaylee sebaliknya. Dia ikut bersama Mom.. sedangkan aku harus ikut dengan Dad. Tapi ada hikmah dibalik semua itu yaitu aku bisa berpisah dengannya.  
Perempuan yang amat sangat mirip denganku ini sekarang duduk di depanku dengan majalah fashionnya. Aku harus bicara dengannya.
“Ini” kataku memberikan gantungan kunci nya yang sempat jatuh oleh Zayn di toko buku waktu lalu “Apa ini punyamu?”
“Da-Dari mana kau dapat?!” ujarnya kalap.
“Apa hubunganmu dengan Zayn?”
“A-Aku tidak punya hubungan apa-apa”
“Bohong!! Apa yang membuatmu ke sini.. Apa tujuanmu? Bagaimana Liam?”
“Liam? Dia sangat payah.. Dia bahkan tidak berani menciumku.. Aku tidak suka dengan laki-laki yang seperti itu” Dia mengambil nafas. “Lalu Zayn datang padaku.. Dan menyatakan perasaannya.. Aku dengan terpaksa menerimanya karena aku kesepian. Tapi beberapa minggu kemudian, dia harus pindah ke sini karena suatu hal. Mengingat kau juga tinggal di sini, aku ikut dengan Zayn.. Aku merindukanmu” jelasnya.
Air mataku telah mengintip di balik pelupuk mata. Sebenarnya aku juga merindukannya. 3 tahun kami tidak bertemu. “Aku dengar, Zayn memanggilmu wanita perkasa.. Itu berarti dia telah memukulmu. Dan kalian pasti berkelahi. Kau tahu kan dia punya jiwa berkelahi? Aku tidak bisa diam.. Aku memutuskan hubunganku dengannya”
“Jadi, Zayn sudah tahu lebih dulu bahwa kita kembar?” tanyaku penasaran.
“Ya, dia sempat terkejut pertamanya. Tapi setelah kujelaskan mengenai kesamaan kita.. dia mengerti. Soal gantungan kunci itu, aku memberikan padanya sebagai bukti bahwa kita memang kembar. Aku juga menceritakan bahwa kita selalu memiliki barang yang sama. Tapi aku tidak tahu apakah dia telah menyamakannya atau belum”
“Belum.. Aku bahkan bermusuhan dengannya.”
“Seperti yang ku duga” jawabnya tersenyum. Aku ikut tersenyum. Bagaimana pun juga dia kembaranku.  Dia juga peduli terhadapku. Sepertinya aku harus membuang rasa benci ini dan lebih bersikap dewasa.
***
Lagi-lagi aku terlambat.. Kapan kebiasaanku ini akan berakhir?! Kaylee? Aku tidak tau dia di mana.. Bangun tidur, tidak kudapati dia di sebelahku. Masa bodoh..
Aku dihukum membersihkan taman sekolah. Tapi yang mencuri perhatianku adalah Niall dan Harry tidak terlambat hari ini. Tumben sekali mereka. Kenapa tidak dihukum yang lain saja sih.. Aku kan alergi debu.. Aku tidak mau menyebarkan virus sekarang ini.
“Haylee.. Kau terlambat lagi?” Niall menghampiriku.
“Tidak ada hujan, petir.. tiba-tiba kau tidak terlambat.. Tumben sekali.”
‘Hahaha..” Niall tertawa.. Anak ini selalu saja tertawa. “Kau tahu? Hari ini tugas kita banyak sekali.. Jadi aku datang pagi untuk menyalin tugas.. Biasaaa” jawabnya. Pantas saja..
“Tugas? Aku bahkan tidak tahu kalau kita punya tugas?”
“Tentu saja kau tidak tahu.. Kau kan tidak masuk sekolah”
“Oh iya.. hatchi.. hatchi..”
“Kau tidak apa-apa, Hay..??” Niall terlihat cemas. “Biar aku saja yang melanjutkan”
Aku terdiam. “Kenapa kau tidak masuk kelas?” tanyaku. “Aku.. uhmmm.. dikeluarkan.. ya dikeluarkan ya.. kau pasti tahu kan? haha” jawabnya canggung.. Kenapa dengannya. “Sini biar aku saja” Niall merebut sapu yang ku genggam dan menyapu halaman sekolah.. Ya ampun dia seperti pahlawan. “Kau duduk saja di sana” katanya menunjuk bangku taman sekolah. Aku pun menurutinya.
Selang beberapa puluh menit, Niall sudah selesai. Aku hampir tertidur menikmati suasana taman sekolah yang rindang ini.
“Di mana Harry?” tanyaku saat Niall mengambil tempat di sampingku.
“Uhmm” Dia menoleh kanan dan kiri. “Oh.. Itu dia.. Dia uhmm bersama seseorang?”
Aku mengikuti arah pandangan Niall.. Ya Niall benar.. dia memang bersama seseorang.. Tapi.. itu bukan Kenya melainkan... Kaylee??! Apaku bilang? Dia selalu merebut apa yang aku suka...
“Sebenarnya ada yang aku ingin kukatakan” Niall berbicara padaku tapi  pandanganku masih tertuju ke Harry. Sebenarnya Sedang apa mereka?
“Kau tahu aku sedang mencintai seseorang..” Kenapa Kaylee dan Harry berduaan?
“Kau ingin tahu ciri-cirinya?” Kenapa mereka lama sekali?
“Dia cantik tapi tomboy, ..” apa yang mereka lakukan? 
“Suka berkelahi,..” Apakah mereka berciuman?
“Punya alergi terhadap debu, unik.. dan..” Kumohon Kaylee menjauhlah!!
“Sering terlambat, dan selalu dihukum” Harry masuklah ke kelasmu!!
“Jadi, kau tahu siapa yang aku suka?” pertanyaan Niall mengagetkanku.. Aku langsung mengalihkan pandanganku ke arahnya.
“Uhhhmm.. Tidak, Niall.. memang siapa?” “Kau sungguh tidak tahu?” Aku hanya menggelengakan kepalaku. Aku memang tidak tahu.
“Kau”
NIALL’S POV
Aku telah mengatakannya!! Aku tidak percaya.. Sekarang tinggal menunggu jawabannya.. Kuharap dia menerimaku.. I want her so bad.. Aku memerhatikan wajahnya. Terlihat sangat jelas bahwa dia terkejut.. Ku harap dia punya perasaan yang sama denganku.
***
HAYLEE’S POV
Hari ini aku ada pertandingan.. Pertandingan yang cukup besar.. Bela diri. Aku sengaja mengambil libur 2 hari waktu lalu hanya untuk mengikuti latihan bela diri di Aussie bersama Mom. Ya.. seperti yang kalian tahu, Dad tidak memperbolehkan aku latihan bela diri karena perkelahianku dengan Zayn beberapa waktu lalu. Tentu saja aku menyewa tempat lain selama berada di sana. Demi menghindari Kaylee.
Lokasi pertandingannya terletak cukup dekat dari sekolahku. Jadi sepulang sekolah aku langsung cabut ke sana. Sebenarnya masih ada yang aku pikirkan. Niall. Well, dia menyatakan perasaannya padaku. Tidak terpikirkan olehku dia punya perasaan seperti itu. Aku sebenarnya belum tahu perasaanku padanya seperti apa. Harry masih saja menjadi pusat pikiranku. Aku harus jawab apa?
Setibanya, aku mempersiapkan diriku dengan pemanasan dan latihan yang cukup. Jangan sampai aku menguras tenagaku sebelum pertandingan.
Pertandingan pun dimulai. Aku bertarung melawan Zaskia. Dia memang cukup kuat.
Wasit mengarahkan tangannya padaku menandakan aku menang melawan Zaskia. Tapi aku jangan senang dulu. Masih banyak lawan yang harus aku jatuhkan.
Lawan demi lawan menghadapku. Mengeluarkan seluruh tenaga yang mereka punya. Aku pun seperti itu. Kukerahkan tenagaku sampai aku mencapai babak akhir.
Selang beberapa jam, tak kusangka aku masuk babak akhir. Aku melawan Risa dan... seorang laki-laki?! Kenapa mereka berpasangan?! Ini tidak adil!!
“I’m sorry.. tapi mereka berpasangan. Setahuku tidak ada rule seperti itu..” protesku kepada wasit. Tapi wasit hanya diam dan melanjutkan pertandingan.
Mereka tiba-tiba mengeroyok ku saat aku lengah. Tentu saja aku jatuh dan tubuhku menyeret lantai. Aku tidak kuat lagi. Sampai-sampai aku digendong oleh coach ku. Apa aku menyerah saja?
“Hayleeeee!!! Semangat!!” “Ayooo kau pasti bisaaa!!” “Jangan menyeraaaahh!!” Entah kenapa suara-suara itu tiba-tiba menyetrumku melalui pembuluh darah, melewati jantung, hati dan berakhir ke otakku. Oke aku rasa berlebihan sekarang. Kutolehkan kepalaku ke arah sumber suara. Dan kudapati mereka.. Harry, Niall, Ella, Louis, Haylee, dan Zayn? Kenapa dia mau menyemangatiku?
Mereka sekarang mengerubungiku. “Haylee, Aku akan membantumu melawan mereka..” tawar Zayn. Aku terkejut. “Aku tidak mau!!” kataku.
“Tapi ini situasi gawat, Hay.. Oke aku minta maaf atas kejadian waktu itu.. Maafkan aku..” Zayn meminta maaf padaku dengan menyodorkan tangannya. Tapi kutepis ttangannya.
“Ayolah Hay, kau jangan keras kepala” seru Kaylee. Apa pedulinya dia padaku.
“Haylee.. Kumohon baca ini” Niall memberikan 2 lembar kertas kepadaku. Aku terkejut saat membacanya bahwa itu adalah 2 halaman essai tentang semut yang aku buat atas perintah Bu Semut.. eh Bu Diana maksudku.
“Untuk apa ini” Aku mendongakkan wajahku agar bisa melihat Niall lebih jelas.
“Baca saja” Aku menuruti perintah Niall untuk membacanya. Di sana tertulis ‘Walaupun dengan tubuh kecil, semut mempunyai kelebihan-kelebihan lain yang tak kalah hebat dengan binatang yang tubuhnya jauh lebih besar. Di antaranya yaitu peduli. Peduli dan peka terhadap segala hal yang terjadi dalam lingkungannya. Serta selalu memelihara cinta kasih kepada sesama. Yang kedua adalah kerja sama. Mereka mampu menjalin kerja sama untuk menggalang kemitraan dengan semua kalangan dalam menjalankan tugas agar sukses mencapai tujuan’ Aku hanya terdiam “Apa maksud dari semua ini?”
“Kau ingat ketika kita menghitung semut beberapa waktu lalu dan aku takjub ketika melihat semut-semut itu membawa makanan yang lebih besar dari tubuh mereka? Menurutmu apa penyebab mereka bisa melakukannya?” Aku hanya menggelengkan kepala tidak tahu. “Kerja sama” Niall menghembuskan nafas sebentar “Jika kau dan Zayn kerja sama melawan kedua bocah itu, maka kekuatan kalian akan bersatu. Lalu kalian kan menang, dan mendapatkan hadiah, lalu mentraktir kami semuaa makan.. yeeeee” jelas Niall yang langsung disorak oleh teman-temanku. Aku menatap Zayn. Dan Zayn setuju.
“Baiklah.. Aku dan Zayn akan bertandingggg... GANBATTEE!!” teriakku bersemangat. Meraka langsung ikut berteriak ‘Ganbatte’ tapi tak lama Niall bergumam “Apa itu Ganbatte?”
Aku dan Zayn memasuki arena. Kami sudah menyiapkan strategi. Saat bunyi aba-aba dimulai aku langsung menghabisi si perempuan. Sedangkan Zayn yang laki-laki.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya lawanku lengah dan sekarang terbujur di lantai. Aku langsung  melihat ke arah Zayn.. Untunglah lawan Zayn juga lengah sama dengan lawanku. Ketika wasit menghitung mundur 3.. 2.. 1.. dan akhirnya tidak ada reaksi yang berarti dari si lawan. Maka kami dinyatakan menang. Aku langsung memeluk Zayn. Aku senang sekali. “Sepertinya kami juga ingin mengucapkan selamat” kata Harry di belakangku. Aku langsung berbalik dan memeluk Harry. Entahlah aku hanya ingin memeluknya. Tapi tiba-tiba Niall menarikku dari pelukan Harry. Oh ya.. Aku lupa..Dia kan menyukaiku..
Giliran Ella yang memberiku selamat. Aku terharu di dalam pelukannya. Kau tahu? Ini pertama kalinya aku memenangkan pertandingan bela diri.
“Aku juga ingin memelukmu, Hay..” Pandanganku mengarah ke Kaylee. Apa boleh buat. Aku memeluknya. Lagi pula dia adalah saudaraku meskipun dia cukup menyebalkan.
Selama aku meladeni orang-orang yang memberi selamat, aku menangkap Harry dan Kaylee sedang bergandengan tangan dan tertawa satu sama lain. Sepertinya Harry menyukai Kaylee. Dan Kaylee menyukai Harry. Lagipula menurutku Harry adalah tipe laki-laki Kaylee. Mungkin mereka cocok. Tapi meskipun begitu, rasa skit terus bergejolak.
I'm broken
Do you hear me
I'm blinded
Cause you are everything I see
I'm dancing, alone
I'm praying
That your heart will just turn around
            “Mereka cocok ya?” kata Ella dan Louis di belakangku. Tunggu.. Louis?? Kutolehkan kepalaku mengahadap mereka. Ada apa ini? Tau-tau mereka sudah bergandengan tangan.
“Kalian berpacaran?!” tanyaku. “Jangan kaget begitu, Hay.. Calm down..” kata Louis setelah melihat ekspresiku. “Ya.. Kami memang berpacaran Hay.. Kira-kira beberapa bulan yang lalu saat perkelahianmu dengan Zayn. Karena aku khawatir, aku menanyakan keadaanmu lewat Louis” jelas Ella menatap Louis. “Karena Ella orang yang enak diajak ngobrol  akhirnya kami keterusan sampai sekarang ini” timpal Louis.
“Niall sudah menunggumu di lapangan parkir” kata Ella. Niall.. Oh iya.. Aku langsung menemui Niall tanpa permisi ke Ella dan Louis. Aku harus memberi jawabanku sekarang.
NIALL’S POV
You’ll never love yourself
Half as much as I love you
You’ll never treat yourself right darling
But i want you to
If I let you know I’m here for you
Maybe you’ll love yourself
Like I Love You
Senandungku. Aku merasa bosan di dalam maksudku menyaksikan Haylee dipeluk oleh orang lain.. Huh~~ aku hancur saat ini.
“Lagumu bagus” suara itu mengejutkanku. Saat kutolehkan ke sumber suara, kudapati Haylee menghampiriku. “Sejak kapan kau ada di sini?”
“Sejak kau menyanyi.. Aku tak tahu kalau suaramu bagus.”
“Haha.. menyanyi adalah hobiku. Kau mau ini?” Aku menyodorkan chipsku padanya.
“Tumben sekali kau menawariku makanan. Biasanya kau akan bilang ‘I won’t share food’” Katanya meniru gayaku berbicara. Aku hanya tertawa.
Kami terdiam beberapa saat “Ada yang ingin aku utarakan mengenai waktu itu.” Katanya kemudian. Suddenly my heart beats just went faster.
“Aku tidak penah menyangka bahwa ada laki-laki yang menyukaiku..” Aku mau kau juga menyukaiku. “Aku juga tidak pernah terpikir menjadikanmu sebagai pacarku” Tapi aku selalu memikirkannya. “Jadi aku memutuskan...” Dia diam sebentar.. “Aku tidak bisa” katanya kemudian.. Hatiku hancur saat ini. Mungkin jika bisa di dengar.. Hatiku sedang berteriak sekarang. “Aku tidak bisa menolaknya” Lanjutnya kemudian. Apa berarti itu  tandanya dia menerimaku?! “I love you.. And i will never hurt you” janjiku. Aku memeluk Haylee. Parfumnya menusuk hidungku. I pull my hand to Haylee’s face and push back his hair. I whisper ‘I love you’ near her ear. I push her against the wall and start to kiss her. Her lips are too addicted that I can’t stop. I kiss her passionately. I close my eyes just to enjoy our kiss. Our first kiss. She’s already mine.
***
2 Years Later
HAYLEE’S POV
Ini hari pertama ku di Aussie. Aku harus melanjutkan sekolahku.. setelah aku merayakan hari graduate ku dengan teman-temanku.  Aku harus berpisah dengan mereka. Terutama pacarku Niall.. Sangat berat untuk melepaskannya.. Tapi kami telah berjanji untuk tidak menyakiti satu sama lain.. Dan kami juga berjanji untuk tidak selingkuh. 2 tahun bersama dengannya membuatku bahagia. Setiap hari ada yang menemaniku kecuali jika aku dihukum oleh Bu Diana. Niall tidak mau menemaniku.
Kaylee? Ya.. Kaylee tetap berada di sana. Hanya aku yang pindah. Baru kusadari jika Kaylee bukanlah adik yang buruk. Kecintaan kami pada idola yang sama sangat menbantuku dalam mengoleksi merchandise ku yang sekarang berjumlah ratusan. Dia juga telah berpacaran dengan Harry. Mereka sangat serasi.
Ella and Louis still together. Meskipun banyak cekcok dia antara mereka, tapi mereka selalu mesra.. Ini yang harus kupelajari dari mereka.
Zayn? Ya dia diterima di sekolah bela diri setelah aku berusaha untuk meyakinkannya. Dia termasuk orang yang keras kepala juga. Tapi sekarang ada perempuan yang mengisi hatinya. Kenya. Putus dari Harry, Kenya dengan cepat menggantikan posisi Harry dengan Zayn. Zayn yang waktu itu putus dengan Kaylee segera menggantikan posisi Kaylee dengan Kenya.. Ya aku tidak tahu pasti.. Tapi sepertinya mereka cocok.
Di sinilah aku sekarang. Masih sama dengan kebiasaanku. Terlambat di hari pertama kuliah. Dunia perkuliahan memang sangat keras.
“Haylee!! Silahkan kau tutup pintu dari luar!!” Seperti biasa. Aku dihukum berdiri di luar kelas. Dosenku sangat kejam. Kuakui sekarang aku merindukan Bu Semut maksudku Bu Diana. 
“Kau lagi?!” seseorang berteriak saat aku menundukkan kepalaku. Saat kudongakkan, ternyata Niall berdiri di sampingku. Aku ingat bahwa kata-kata itulah yang sering aku lontarkan saat bertemu dengan Niall dan Harry yang terlambat dan dihukum bersamaku.
Aku langsung mencium Niall. Rasa rinduku tak tertahankan. Tapi tiba-tiba Harry berdiri dibaliknya. Malu. Aku pun mengurungkan niatku.
“Haylee.. aku merindukanmu” kata Kaylee yang muncul di belakang Harry.
“Kami juga” seru Louis dan Ella yang berdiri di belakang Kaylee dan Harry.
“Kami juga” seru Zayn dan Kenya yang muncul di belakang Louis dan Ella.
Tak lama, Mom datang membawa kue dengan lilin berbentuk 18 tahun. Aku tidak bisa membendung air mataku lagi.
“SELAMAT ULANG TAHUN” sorak teman-temanku. Aku memeluk semuanya.
Tapi tiba-tiba dari dalam kelas terdengar seseorang. Mengganggu suasana saja. “HAYLEE!! Jika kau tidak diam, sekarang juga aku akan menambahkan hukumanmu!!!!”

No comments:

Post a Comment