Monday, August 12, 2013

My Queen in My Life


Finalis #1DFanficContest13

by Rania Manda, 17

ZLS

Matahari sudah menampakkan cahaya jingganya, burung-burungpun berkicau merdu memadupadankan keindahan pagi yang indah dan tenang ini walaupun ada sedikit suara kendaraan yang memecah keheningan namun semuanya masih tetap tampak indah dan damai.
Di sebuah rumah di daerah kemang Jakarta Selatan ada seorang pemuda tampan dengan wajah khas timur tengah yang masih berada di alam mimpinya sedang bergelayut manja di atas ranjangnya yang besar dengan memeluk guling kesayangannya.
Pemuda tampan itu bernama Zayn Javvad Malik seorang pemuda keturunan Inggris-Pakistan yang mempunyai mata coklat terang yang sangat mirip dengan ayahnya dengan bibir tipis yang mungil seperti kepunyaan ibunya membuatnya tampak terlihat sangat tampan. Walaupun dia keturunan Inggris-Pakistan namun dia tidak menetap di Negara asalnya melainkan dia menetap di Negara yang sangat jauh dari Negara kelahiran kedua orang tuanya itu yaitu Negara Indonesia. Saat ini usianya genap 20 tahun January lalu, seperti usianya yang sudah terbilang dewasa, sifatnya pun terlihat sangat dewasa karena dia adalah type pria mandiri.
“Tok tok tok” terdengar suara ketukan bukan dari pintu kamarnya melainkan dari jendela kamarnya yang terbilang cukup tinggi karna berada di lantai  dua rumah tersebut. Ketukan itu belum bisa membangunkan pemuda tersebut yang masih menikmati alam mimpinya.
“tok tok tok” di ketukan kedua suara yang dihasilkan dari ketukan tersebut terdengar lebih keras dari ketukan pertama tadi, masih berasal dari balik jendela kamar pemuda itu namun yang di hasilkan dari ketukkan itu hanya sebuah erangan kecil dari bibirnya sambil menutup wajahnya menggunakan selimut yang sudah sedari tadi melekat di tubuhnya tanpa mengeluarkan tanda-tanda bahwa ia akan segera bangun.
“tok tok tok” di ketukan ke tiga, ketukan yang berbeda dari ketukan sebelumnya yang terdengar lebih keras, bisa dibilang bukan sebuah ketukan melainkan sebuah geduran yang terdengar cukup kencang yang menghasilkan teriakan hebat dari pemuda yang sedari tadi sedang tertidur pulas, pemuda itu terlihat sangat kaget karna dia langsung terduduk dari tidur panjangnya.
Sedetik kemudian pemuda itu melemparkan guling ke arah dimana suara ketukan itu berasal sambil menggulung selimutnya dengan hentakkan yang keras dan berjalan dengan langkah panjang menuju tempat ketukan tadi berasal.
Dia menarik hordeng kamarnya dengan satu hentakkan keras yang lalu di sambut dengan sinar matahari pagi yang langsung menyerbu masuk ke dalam kamarnya itu “aahh shit” pemuda itu mendengus kesal sambil menutup matanya karna tidak tahan dengan sinar matahari tadi.
Setelah dia terbiasa dengan sinarnya dia mulai membuka perlahan-lahan tangan yang menutupi matanya lalu kemudian disusul dengan membuka jendela kamarnya. Melangkahkan kaki ke luar jendela lalu memandang kota Jakarta dari balkon rumahnya.
“ada apa Niall? Ini adalah hari minggu, kenapa kau menghancurkan mimpi indahku? Huh!” ucapnya masih sambil memandangi kota Jakarta dan memegangi dadanya.
Pria yang di panggil Niall tadi adalah sahabat sekaligus tetangga rumahnya, rumahnya tepat berada di samping rumah Pria bernama Zayn tersebut. Rumah mereka hanya di batasi oleh pohon mangga besar yang salah satu batangnya menjulur ke arah balkon kamar Zayn yang membuat Niall selalu menggunakan pohon itu untuk jalan pintas masuk ke dalam kamar Zayn.
Pria yang mempunyai rambut blonde dengan mata biru yang dipanggil Niall tadi memutar bola matanya “jangan bilang kau lupa bahwa hari ini kita akan mendaki” ucap pria berambut blonde tersebut.
Pemuda itu menepuk dahinya sambil melebarkan matanya “astaga maaf aku lupa nialler” serunya sambil bergegas berjalan ke dalam kamar “dimana yang lain? Suruh mereka langsung ke rumahku saja” lanjutnya sambil membanting pintu kamar mandi.
Pria bermata biru tadi mendengus kesal “baiklah” ucapnya sepelan mungkin lalu kemudian berbalik dan turun melalui pohon tersebut. Pemanjat yang handal.

*****

Zayn POV

“sorry I’m late” ucapku sambil menuruni tangga rumahku dan menyunggingkan senyuman khasku kepada sahabat-sahabatku. Ini memang salahku, sudah sewajarnya aku meminta maaf kepada mereka.
“sudah jam berapa ini?” seru Louis kepadaku sambil menunjuk-nunjuk jam yang berada di pergelangan tangannya. Sepertinya dia marah, dia memang yang paling tua di antara kami tetapi selalu dia yang cepat sekali emosi. Tapi jelas lah dia marah toh aku memang salah sudah sewajarnya kalau Louis memarahiku
“lebih baik kita cepat pergi sebelum hari semakin siang” ucap Liam yang kemudian berdiri dari tempat duduknya disusul dengan anggukkan kedua sahabatku yang lain, Louis terlihat kesal. Sepertinya Liam meredam suasana yang ingin memanas, huh thanks Liam.
Aku memiringkan bibirku, lebih baik cepat pergi daripada mendengarkan ocehan Louis yang tidak akan selesai “okee leggo” desisku sambil meraih kunci mobil yang tergeletak di meja tv lalu kemudian berlari ke luar rumah untuk menyusul ketiga sahabatku yang sudah berjalan duluan.

******

“Sebetulnya kita akan mendaki ke gunung apasih?” seru pria berambut keriting memecah keheningan yang sudah menjalar ke semua orang yang berada di mobil saat ini, matanya tetap memandang ke luar jendela.
“Semeru Harry, bukankah sudah sepuluh kali kubilang bahwa kita akan mendaki gunung itu” ucap pria berambut blonde, dia memang yang paling bersemangat untuk acara travelling ataupun mendaki, tangannya menopang dagunya sedangkan matanya masih tetap memandang ke depan.
“ya aku tahu, aku cuman tidak suka dengan keheningan ini, bukankah begitu Liam?” ucap pria yang di panggil Harry tadi, matanya kali ini menatap seorang pria di sebelahnya mengharapkan persetujuan atas kata-katanya barusan.
Pria tadi mengangguk-anggukkan kepalanya pelan “aku juga tidak suka, bagaimana kalau kita bernyanyi?” sambung pria yang dipanggil Liam tadi.
“good, lagu apa?” seru Pria berjambul yang kini sedang sibuk menyetir.
“I gotta feeling yuhuuu” sambung Niall sambil mengangkat tangannya “bukankah itu lagu kesukaanmu Zayn?” lanjutnya sambil mencolek dagu Zayn dan memasang wajah puppy facenya.
Zayn terlihat sangat kaget, matanya membesar “what are you doing nialler? You like homo” teriaknya sambil bergidik ngeri dengan perlakuan Niall tadi.
Niall tertawa terbahak-bahak sambil memakan kembali chipsnya yang sedang dia makan sejak tadi, sahabatnya yang lainpun ikut tertawa walaupun tidak sekeras Niall “aku hanya menggodamu Zayn, lagian kau terlihat berbeda hari ini” terkekeh pelan lalu kemudian matanya memandang sahabatnya yang lain sambil tersenyum meledek.
“SETUJU” teriak Louis sambil mengacungkan jari telunjuknya sedangkan sahabat yang lain hanya menganggukkan kepalanya menandakan menyetujui perkataan Niall tadi.
Zayn melirik ke arah kaca tangah mobilnya, dia melihat ketiga sahabat yang lain menganggukkan kepalanya “benarkah? Aku merasa seperti biasanya” ucapnya masih sambil melihat ke arah kaca tengah mobilnya.

*****

Setelah perjalanan beberapa jam dari Jakarta akhirnya mereka sampai di Ranupane, mereka berniat mengurus surat perizinan di sini, setelah selesai mengurus semua perizinan akhirnya mereka memutuskan untuk bermalam di penginapan sekitar Ranupane untuk kemudian melanjutkan pendakian besok hari tepat pukul 7 pagi.
Keesokan harinya mereka bangun pagi-pagi sekali, sebelum memulai pendakian mereka sempat berfoto dari pose sok maskulin sampai pose narsis ala cherybelle.
Setelah kurang lebih empat jam perjalanan akhirnya mereka sampai di Ranu Kumbolo untuk istirahat dan makan lalu kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju kalimati. Perjalanan menuju kalimati membutuhkan waktu 3 jam untuk mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk mendirikan tenda di daerah tersebut.

*****

Zayn POV

Suasana gelap penuh awan hitam mulai menghiasi langit malam ini, kilatan petir mulai terlihat di langit hitam sambil mengeluarkan suara-suara khasnya. Sepertinya hujan sedang melanda daerah lain di sekitar sini untunglah disini tidak hujan, kalau sampai hujan bisa repot urusannya.
Huh udara di gunung ini sangat dingin sekali padahal sudah tiga lapis jaket yang kupakai tapi masih saja terasa dingin. Semua sahabatku sudah tertidur sangat pulas tetapi kenapa aku tidak bisa tidur sama sekali padahal biasanya aku gampang sekali untuk tidur. Tanganku mengusap-usap badanku seraya menghangatkan tubuhku sambil sesekali menempatkan tanganku di dekat api unggun yang kita buat.
Setelah beberapa menit menikmati malam tanpa bintang ini aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar tenda untuk menghilangkan rasa bosan yang sudah siap mencengkeramku. Tiba-tiba saja langkahku terhenti ketika melihat sosok seorang gadis sedang berjalan ke arah hutan cemara. Karna cahaya kilat yang sangat terang aku bisa melihat jelas pakaian gadis itu dari belakang, dia seperti memakai pakaian jaman dahulu, rambutnya digulung ke atas yang membuatku bisa melihat leher jenjangnya.
Tanpa memikirkan apapun kakiku sudah berjalan mengikutinya dari belakang, penasaran dengan sosok gadis yang kulihat itu, sedang apa dia disini malam-malam seperti ini, apakah dia tidak takut?.
“hey” teriakku padanya namun dia tidak berbalik untuk menatapku melainkan tetap berjalan menyusuri hutan yang sudah terbilang lebat ini.
Aku berlari mendekatinya “maaf sedang apa kau disini?” ucapku padanya sambil menepuk bahunya. Aku menunggu reaksi apa yang dia berikan kepadaku.
Saat aku menepuk bahunya dia langsung membalikkan badannya untuk melihatku, wajahnya terlihat kaget dan bingung. Aku merasakan degupan jantungku berpuluh-puluh kali lipat lebih kencang dari biasanya saat melihat wajahnya yang terlihat berbeda dari gadis biasanya. Impossible, mana mungkin ada gadis secantik ini di dalam hutan yang gelap dan menyeramkan ini?, dia masih terlihat sangat cantik walau tanpa make up dan baju yang mewah, cantiknya sangat natural terlihat dari saat ini dia hanya menggunakan sebuah kain yang dililitkan di tubuhnya tanpa make up dan aksesoris apapun, semuanya terlihat natural. Matanya yang hitam dan besar memancar tajam ke dalam mataku sampai membuatku terpesona olehnya. Bibirnya yang mungil dan hidungnya yang kecil tidak terlalu mancung membuatnya terlihat lebih manis. Rambutnya hitam mengkilat yang digulung ke atas hingga aku dapat melihat leher jenjangnya yang indah.
“kau berbicara padaku?” desisnya membuyarkan lamunanku sambil memasang wajah penuh Tanya.
Aku mengusap-usap bagian bawah leherku “yaa.. emm.. siapa lagi” ucapku gugup, tersenyum kecil ke arahnya untuk menenangkan sedikit kegugupanku.
Dia terlihat sedang berpikir lalu kemudian mengangkat kedua alisnya “benarkah?” aku melihat tangannya mencengkeram kain yang melekat di tubuhnya.
Aku mengangkat sebelah alisku “yang ada disinikan hanya kamu dan aku, mana mungkin aku berbicara dengan pohon?!” menggigit bagian bawah bibirku sambil terkekeh pelan untuk menghentikan perasaan tidak enak yang kini menjalar di sekujur tubuhku “jadi, sedang apa kau disini malam-malam?” lanjutku kini dengan melihat ke arah sepatuku yang sudah sangat kotor.
“aku suka melihat para pendaki, mereka terlihat tampan dengan kegigihannya untuk sampai di puncak Mahameru” aku melihatnya sedang tersenyum memandang ke arah langit yang kini sudah sangat gelap.
Astaga senyumannya indah sekali, seketika wajahku terasa memanas, tanganku mengusap-usap pipiku  dan sepertinya saat ini pipiku sudah berubah menjadi warna merah. Oh tuhan.
“aku juga tadi memperhatikanmu, kamu terlihat berbeda dari teman-temanmu yang lain, aku suka sifatmu yang pemberani itu” desisnya yang masih memandang langit, kini para petir sudah tidak menampakkan sinarnya, sepertinya hujan sudah berhenti. “oh astaga aku terlalu jujur” lanjutnya kali ini sudah tidak memandang langit melainkan menundukkan wajahnya, sepertinya wajahnya juga ikut memerah.
Aku memperlihatkan senyuman termanisku, tanganku menyentuh dagunya menaikkannya agar bisa menatap wajahku “aku suka gadis jujur” terkekeh pelan lalu kemudian disambut dengan senyumannya yang sangat ingin kulihat kembali.
Dia membalikkan tubuhnya membelakangiku lalu kemudian berjalan menjauh “hey kamu mau kemana?” teriakku padanya sambil kemudian berlari ke arahnya.
Sedetik kemudian dia menghentikan langkahnya “aku ingin pulang, malam sudah semakin larut” ucapnya tampa membalikkan tubuhnya untuk melihatku.
“dimana rumahmu? Biar ku antar” seruku sambil berjalan ke arahnya lalu membalikkan tubuhnya untuk melihatku.
Dia menggelengkan kepalanya membuat serpihan-serpihan rambut halus yang tak ikut di ikatnya berterbangan, membuatnya tampak lebih manis “tidak perlu, aku bisa sendiri” ucapnya singkat tampa melihatku.
“aku akan mengantarmu, aku tidak akan tega melihat seorang gadis berjalan sendirian di tengah hutan seperti ini” ucapku sambil memegang kedua bahunya seraya meyakinkannya.
Dia menatap mataku kali ini dalam sekali dengan tatapan memohon “kumohon jangan antar aku” mohonnya lembut, suaranya terdengar bergetar membuatku menyerah, tangannya menurunkan tanganku yang berada di bahunya pelan.
Hatiku luluh hanya dengan melihat matanya, tatapan matanya itu membuatku menyerah untuk mengantarnya pulang, tapi aku masih tidak tega untuk meninggalkannya sendirian di tengah hutan yang lebat ini.
Aku mengusap dahiku yang mulai berkeringat “baiklah, kau harus berteriak jika terjadi sesuatu kepadamu, saat itu aku pasti datang untuk membantumu” ucapku padanya diakhiri dengan senyuman terlembut yang aku punya. Jelas aku berbohong, bagaimana mungkin aku membiarkannya pulang sendirian di tengah hutan yang menyeramkan ini.
Dia ikut tersenyum, senyuman paling manis yang pernah kulihat, gadis paling cantik yang pernah kulihat “terima kasih” serunya singkat terdiam sejenak lalu kemudian membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauhiku lagi.
Aku hanya memandangnya heran, gadis itu sangat berbeda dari gadis yang pernah ku kenal, baru kali ini aku melihat gadis yang sangat pemberani sepertinya. Sudah cantik, jujur, polos, pemberani pula, astaga betapa sempurnanya dia.
Aku memutuskan untuk mengikutinya dari belakang karna aku takut jika terjadi sesuatu padanya, karna dia tidak mengizinkanku untuk mengantarnya maka disinilah aku menguntitnya dari belakang sambil sesekali mengumpat di balik pohon karna takut dia akan melihatku.

*

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku karna sinar terang yang berasal dari obor yang berada di hadapanku sedang di bawa oleh seseorang, tanganku dengan sigap menghalangi sinar itu untuk masuk ke dalam mataku. Untuk beberapa saat kemudian aku baru sadar bahwa aku sedang berada ditempat yang sangat asing bagiku.
“kau sudah bangun?” Tanya seseorang yang membawa obor tadi, pertanyaan yang seharusnya tidak untuk di jawab.
Aku menganggukkan kepalaku sambil mengernyit pelan karna tiba-tiba saja kepalaku terasa pusing, tanganku mengusap bagian dari kepalaku yang pusing itu. Pusing sekali, sebenarnya apa yang terjadi padaku dan dimana aku?.
Seorang pembawa obor tadi membantuku menyenderkan tubuhku ke tembok dari ruangan itu “pelan-pelan saja” ucapnya lembut sambil tersenyum padaku, hey aku ingat senyuman itu.
Aku mulai mengingat-ingat kejadian beberapa waktu yang lalu, tadi malam aku bertemu seorang gadis, aku mengikutinya dan sempat berbincang-bincang sebentar lalu kemudian dia ingin pulang dan aku memutuskan akan mengantarnya pulang karna aku tidak ingin terjadi sesuatu kepada gadis itu tetapi dia menolaknya tanpa alasan yang jelas. Akhirnya aku menyetujui keinginannya, bukannya meninggalkannya tetapi aku malah mengikutinya dari belakang, entah apa yang membuatku sebegitu penasarannya dengan gadis itu. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi dan akhirnya aku terbangun di rumah atau bisa dibilang gubuk ini.
Aku melihat seorang yang sekarang sedang duduk di sebelah ranjang tempatku berbaring saat ini, kalau aku perhatikan sepertinya aku tidak asing dengan wajah itu, tapi aku tidak ingat  siapa dia.
Dia melihat ke arahku juga lalu kemudian menunjukkan senyumannya. Astaga aku ingat senyuman itu “kau bukannya gadis yang tadi malam?” tanyaku padanya sambil menggaruk-garuk tengkukku yang sama sekali tidak gatal.
Dia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, mata hitamnya masih menatapku “tadi malam kenapa kau mengikutiku” kali ini dia menundukkan kepalanya “bukankah sudah kubilang tidak usah mengantarku”.
Duh harus jawab apa aku? Masa iya aku menjawab ‘iya aku mengikutimu karna aku penasaran denganmu’ haha engga mungkin, bisa geer dia entar. “emm aku tidak mengikutimu ataupun mengantarmu, aku hanya sedang jalan-jalan menikmati hutan di malam hari” jawabku sambil terkekeh pelan untuk menyembunyikan gelagat kebohonganku.
Dia terdiam dengan memasang tampang tidak percaya dan matanya terus menyelidik ke dalam mataku “aku tidak percaya”  selidiknya, dahinya mengkerut menandakan dia memang tidak percaya dengan yang kukatakan.
Aku menggigit bibir bawahku “ahh sudahlah, masalah itu tidak usah di ungkit kembali” ucapku mencoba mengalihkan pembicaraan agar kebohonganku tidak terbongkar.
Kedua tangannya menutup seluruh bagian wajahnya “seharusnya kau tidak ada disini” ucapnya pelan terdengar sedikit bergetar.
Aku mengerutkan dahiku menandakan tidak mengerti dengan apa yang dia bicarakan barusan, tanganku menyentuh pergelangan tangan yang kini sedang bertengger menutupi wajahnya. tiba-tiba saja seperti ada aliran listrik 700 knolt yang menjalar dari tangannya ke tanganku yang membuatku tidak bisa berkata apapun.
Dia langsung melepaskan tangannya yang menutupi wajahnya. Matanya dan matakupun bertemu cukup lama, sepertinya dia juga merasakan sesuatu yang kurasakan saat ini, karna dari matanya memancarkan keterkejutan.
Akupun langsung tersadar dan melepaskan peganganku dari pergelangan tangannya, aku merasa bersalah karna memegangnya tanpa persetujuan darinya tadi “maaf” desisku pelan masih dalam keadaan menatapnya.
Aku merasakan sesuatu yang berbeda saat menatapnya, merasakan ketenangan dan kenyamanan saat menatap matanya. Rasanya aku ingin sekali tetap menatap matanya terus tanpa berkedip sekalipun.
Aku takut jika aku memalingkan muka ataupun berkedip dia akan hilang dari pandanganku, rasanya aku ingin sekali berada di sampingnya padahal aku baru tadi malam bertemu dengannya, apa ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?.
“tempat apa ini?” tanyaku padanya karna aku sangat bingung, di jaman yang sudah modern ini masih saja ada rumah atau bisa di bilang gubuk reyot seperti ini.
Dia hanya tertunduk lesu, aku merasakan ada sesuatu yang terjadi padaku, aku merasakan ada sesuatu yang ganjal disini tapi aku bingung apa yang harus aku lakukan untuk mencari kejanggalan itu. Akhirnya  dia tersenyum ke arahku “aku akan mengajakmu berjalan-jalan sebentar” ucapnya masih sambil memperlihatkan senyuman manisnya. Sepertinya aku merasakan dia mengalihkan pembicaraan, ahh biarlah toh aku masih punya banyak waktu untuk menanyakan hal itu.
Aku menganggukkan kepalaku “boleh, aku juga bosan di tempat ini terus” aku masih memperhatikan gerak-geriknya, sepertinya ada yang tidak beres disini.
Dia menggenggam pergelangan tanganku, aku merasakan getaran yang aku tidak pernah rasakan sebelumnya, jantungku berdegup sangat kencang sampai aku takut jika dia mengetahui degupan jantungku ini. Dia mengajakku keluar gubuk dan berjalan-jalan disekitar daerah yang sangat asing bagiku. Sebenarnya tempat apa ini?
Setelah aku keluar dari gubuk aku melihat sesuatu yang sangat asing bagiku, rumah-rumah disini seperti rumah jaman dulu dan semua pakaian yang dikenakan masyarakat disinipun terlihat sangat tradisional seperti berates-ratus tahun yang lalu, semuanya tampak berbeda dari tempat tinggalku di Jakarta.
Seakan-akan semua mata tertuju padaku, perasaan tidak nyaman langsung menjalar ke seluruh tubuhku karna aku paling tidak suka menjadi pusat perhatian seperti sekarang ini. Kenapa mereka mamandangku seperti itu, dengan pandangan seperti ingin membunuh errgghh menyebalkan, menakutkan tapi aku sama sekali tidak merasa takut entah karna apa. Aku hanya merasa tidak nyaman.
“kenapa semua orang yang berada disini memandangku seperti itu?” bisikku kepada gadis di sebelahku yang aku belum ketahui namanya sejak semalam.
Tiba-tiba saja dia menghentikan langkahnya lalu kemudian melirik ke arah orang-orang yang sedang melihat ke arahku “ada apa?” tanyanya kepada mereka dengan nada pelan khasnya yang sangat anggun.
Tidak ada yang menjawab pertanyaannya, mereka seperti seorang yang sedang ketakutan, berbisik kepada seorang yang berada di dekat mereka, sepertinya mereka sedang membicarakanku lalu kemudian aku melihat mereka kembali ke dalam aktivitasnya masing-masing.
Aku hanya memandangnya bingung sambil mengerutkan dahiku, bagaimana mungkin seorang gadis seperti ini ditakuti oleh orang-orang? Impossible.
Kemudian kami berjalan kembali sambil berbincang-bincang seadanya, gadis ini sangat menyenangkan dan aku sangat nyaman berada di dekatnya, sedetik kemudian dia menghentikan langkahnya, ternyata kita sudah sampai di tempat tujuan, aku sampai lupa karna keasyikkan berbincang-bincang dengannya.
Tempat yang lumayan bagus, tempat yang biasa di kunjungi oleh para gadis karna banyak bunga-bunga bermekaran disini, tempat yang indah dengan berbagai jenis dan warna bunga berada di tempat ini. Aku sempat tidak percaya ada tempat seindah ini di dalam sebuah desa terpencil seperti ini.
“kita duduk disana saja” ucapnya sambil menunjuk ke arah tempat duduk atau lebih tepatnya batang pohon yang besar, di belakangnya terpampang jelas banyak bunga-bunga berwarna-warni. Aku yang pria saja sampai terpesona dibuatnya.
Aku menganggukkan kepalaku tanda menyetujuinya sambil berjalan ke tempat yang ditunjuknya tadi lalu kemudian duduk di salah satu sisinya.
Dia mengikutiku dari belakang dan harus kalian tahu aku dan dia masih berpegangan tangan hingga kini, dia yang memegangku jadi mana mungkin aku tega melepaskannya, apalagi aku sangat senang disentuh olehnya.
Dia duduk di sampingku, Aku melirik ke arah tanganku yang masih dipegang olehnya. Sepertinya dia menyadarinya karna dia langsung melepaskan genggamannya dari tanganku.
“ahh maaf”ucapnya padaku, aku melihatnya menggigit bagian bawah bibirnya, sepertinya dia tertular dengan kebiasaanku yang selalu menggigit bibir bawahku jika sedang gugup.
Aku mencoba tersenyum semanis mungkin kepadanya “tidak apa-apa, lagipula aku senang kok” seruku padanya sambil menggaruk-garuk leher belakangku yang kutahu tidak gatal itu.
Aku melihatnya tersenyum walau dalam keadaan menunduk, sepertinya dia malu dengan yang kukatakan barusan.
“emm, jadi siapa namamu?” desisku padanya sambil memegang dagunya dan mengangkatnya agar melihat ke arahku sambil memperlihatkan senyuman termanisku. Aku menunggu jawaban darinya karna aku sangat penasaran siapakah nama dari gadis cantik ini.
“maaf aku tidak bisa memberitahumu” jawabnya sambil memalingkan wajahnya dariku, kurasa memang harusnya aku tidak menanyakannya sekarang, tapi apa salahnya jika aku hanya mengetahui namanya?, memangnya ada yang salah?.
Aku mengangguk mengerti, aku pasti akan terima apapun alasannya untuk tidak memberitahukanku namanya “jadi bolehkah aku tahu tempat apa ini? Dan mengapa semuanya terlihat berbeda dari tempatku tinggal? Sebenarnya apa nama daerah ini? Karna aku rasa aku belum pernah mengunjunginya sebelumnya” tanyaku padanya memandang penuh harap agar dia menjawab setidaknya satu dari pertanyaanku.
Dia berdiri dari tempat duduknya dan mulai berjalan menjauhiku, aku hanya memandang punggungnya heran. Kemudian dia berhenti, tidak jauh dari tempatku duduk saat ini “maaf, aku pasti akan memberitahumu jika waktunya sudah tepat” ucapnya tampa membalikkan tubuhnya untuk menatapku, aku melihat tubuhnya sedikit bergetar. Ada apa dengannya? Kenapa dia tidak memberitahuku satupun hal yang kutanyakan?.
“tidak apa-apa, walaupun aku tidak mengerti mengapa, tapi aku pasti akan menunggumu untuk memberitahuku, bukankah kita masih mempunyai banyak waktu?” seruku masih dalam keadaan duduk di tempat semula, memandang nanar ke arahnya berharap dia membalikkan tubuhnya dan menatap mataku lagi.
Dia terdiam sebentar terjadi keheningan sementara di antara kita sampai-sampai bunyi anginpun terdengar “terima kasih, aku pulang dulu, kamu bisa kembali ke gubuk tadi kan?” tanyanya masih dalam keadaan membelakangiku. Seakan tidak mengharapkan jawaban dariku dia langsung pergi begitu saja tampa menengok ataupun berbicara satu katapun kepadaku.

*

Aku terbangun karna mendengar suara dobrakan pintu dari gubuk tempatku tinggal saat ini, tiba-tiba saja banyak orang masuk ke dalam gubuk yang terbilang sempit ini. Dari pakaian mereka aku bisa menduga bahwa mereka adalah sekelompok prajurit, tapi untuk apa mereka masuk kedalam gubuk yang sedang kutinggali ini? Lagipula kenapa mereka mendobraknya? Kenapa tidak mengetuk saja sehingga aku bukakan?.
Apakah di jaman seperti sekarang ini masih saja ada prajurit? Lalu untuk apa ada TNI dan ABRI?, aku semakin bingung dengan semua yang terjadi padaku, memangnya ada apa sebenarnya? Apa yang sedang terjadi padaku?.
Tiba-tiba saja dua dari sekelompok prajurit tersebut memegang tanganku dan menyeretku keluar rumah, aku yang tidak terima dengan semua perlakuan ini mencoba melepaskan genggaman prajurit itu tapi tetap tidak bisa, mereka terlalu kuat untukku.
“hey kenapa kau menarikku? Apa yang salah denganku?” teriakku kepada kedua prajurit yang sekarang sedang berusaha menarikku keluar rumah tapi tidak bisa karna aku berpegangan kepada dinding pintu.
“cepat lepaskan tanganku, aku tidak kenal dengan kalian dan aku tidak ingin terlibat dalam urusan apapun dengan kalian” ucapku sambil meronta-ronta untuk melepaskan genggaman kedua prajurit itu.
“DIAM” ucap salah satu prajurit yang memegang tanganku sambil menarik kasar tanganku untuk keluar dari gubuk kecil itu. Akupun kaget dan langsung diam dibuatnya, astaga prajurit ini kenapa tidak ada rasa kasihannya sih? Huh!.
Prajurit yang satunya mendorongku agar aku keluar dari gubuk itu dan setelah aku terdorong atau lebih tepatnya tersungkur di tanah, prajurit itu kemudian menarik paksaku seakan-akan tidak merasa bersalah sedikitpun. Aku hanya bisa pasrah dibuatnya sambil sesekali meronta karna kesakitan.
Mereka semua menyeretku ke dalam sebuah penjara bawah tanah yang sangat kotor bau dan pengap lalu kemudian mendorongku masuk ke dalamnya dan mengunci jeruji besi itu dengan sebuah besi juga yang dililitkan menyerupai sebuah rantai. Meninggalkanku sendirian di dalam penjara yang sangat tidak nyaman itu.
Aku mendudukkan diriku di lantai penjara yang dingin, memikirkan apa sebenarnya yang telah kulakukan? Apa kesalahanku sampai aku dimasukkan ke dalam penjara? Dan aku masih tidak habis pikir sebenarnya aku berada dimana?.
Semuanya terlihat berbeda dari tempatku tinggal di Jakarta, aku seakan-akan kembali ke masa lalu, masa beratus-ratus tahun yang lalu sebelum aku lahir. Apakah mungkin aku kembali kepada masa itu? Tapi melalui apa? Aku tidak ingat aku pernah melalui sebuah ruang waktu atau semacamnya, aku tidak ingat bagaimana aku bisa sampai di tempat ini.
Kenapa semuanya semakin rumit? Awalnya aku hanya bertemu seorang gadis saat aku sedang mendaki. Oh astaga MENDAKI, aku baru ingat dengan teman-temanku, sedang apa mereka? Apa mereka mengkhawatirkanku? Apakah mereka mengetahui keberadaanku? Atau mereka sedang mencari keberadaanku?.
Aku menutupi wajahku dengan kedua tanganku. Astaga apa yang sudah kuperbuat? Aku pasti membuat sahabatku itu mengkhawatirkanku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk pergi dari tempat ini, aku tidak tahu bagaimana caranya. Kalaupun aku tetap tinggal disini lalu apa yang akan terjadi padaku kedepannya?.
Apakah aku sudah melakukan kesalahan hingga aku dipenjara di tempat ini? Tapi apa? seingatku aku tidak melakukan apapun, aku hanya bangun dari tidurku lalu melihat gadis itu berada di sampingku, berjalan-jalan sebentar ke sebuah tempat yang bisa di sebut taman, kemudian aku kembali ke dalam gubuk ini dan langsung tidur. Aku tidak melakukan kesalahan apapun. Oh tuhan kenapa aku harus mengalami hal menyedihkan seperti ini?.
“hey” aku mendengar sebuah suara yang berasal dari luar jeruji tempatku dipenjara saat ini, menoleh ke arah suara tadi berasal dan mendapatkan sesosok gadis sedang berdiri disana. Aku memperjelas penglihatanku agar mengetahui siapa gadis itu sebenarnya.
Ternyata dia adalah gadis cantik yang kemarin, aku senang karna bisa melihatnya kembali, aku senang bukan hanya karna bisa melihatnya kembali melainkan karna aku menemukan seseorang yang bisa ku ajak mengobrol dan menanyakan sebenarnya apa yang sedang terjadi padaku.
Penampilan Gadis itu berbeda dari saat pertama kita bertemu, saat ini dia mengenakan sebuah kebaya yang menurutku sangat mewah dengan make up yang masih terbilang tipis, sedang menampilkan senyuman manisnya padaku, astaga dia terlihat lebih cantik dari kemarin dengan kebaya yang sedang ia kenakan saat ini, gadis paling cantik yang pernah kulihat.
Aku mulai berdiri dan mendekati tempat gadis itu berdiri yaitu tepat di depan jeruji tempatku di penjara “hey” seruku sambil melambaikan tangan padanya dan memperlihatkan jejeran gigiku yang berbaris rapih dan putih.
Dia tersenyum padaku, astaga aku terpesona lagi karna senyumannya itu. Sedetik kemudian aku melihat kemurungan di mimik wajahnya, merasakan ada sesuatu yang mengganjal padanya, aku merasakannya “maaf” desisnya lalu kemudian tertunduk lesu.
Aku menaikkan sebelah alisku, memandangnya heran “maaf untuk apa?” tanyaku padanya mengerutkan dahiku sambil tetap memandang wajahnya yang sedang menunduk.
“maaf karna aku sudah membuatmu dipenjara” ucapnya masih dalam keadaan menunduk, aku merasakan tubuhnya bergetar, kenapa dia sering sekali gemetar sih? Huh!
Aku kaget dengan sesuatu yang baru saja dia katakan, karna apa? Apa karna aku berjalan-jalan dengannya lalu kemudian aku dipenjara seperti ini? Hanya karna itu? Jaman macam apa ini? Aku melebarkan mataku “apa yang sudah kulakukan? Kenapa kau bilang aku dipenjara karna kesalahanmu? Jelaskan padaku, aku tidak mengerti” ucapku padanya, tanganku meninju jeruji pembatas yang memisahkan aku dengan gadis itu. Emosiku kini semakin meningkat, aku tidak habis pikir dengan jaman ini, kenapa hanya karna hal itu lalu aku dipenjara?.
Aku melihatnya menggelengkan kepalanya “kamu tidak melakukan apapun, kamu tidak bersalah, akulah yang salah” ucapnya padaku, sambil menggenggam tanganku untuk menenangkanku agar aku meredakan emosiku, menatap mataku dengan tatapan memohon. Ahh tatapan itu lagi, aku tidak bisa berkutik dibuatnya.
Aku melebarkan mataku tidak percaya dengan perkataannya, bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin karna kesalahannya lalu aku yang di penjara? Memangnya aku siapanya? “jika itu kesalahanmu lalu kenapa aku yang dipenjara?”tanyaku sambil mengepalkan tanganku kesal.
Aku melihatnya mengeluarkan air mata, astaga kenapa dia menangis? Aku mengeluarkan tanganku ke luar jeruji untuk menghapus air mata yang mengalir di wajahnya “maafkan aku, kumohon maafkan aku karna sudah membuatmu seperti ini” serunya dengan suara yang serak dan bergetar, air matanya terus mengalir di wajahnya yang cantik dan aku terus menghapus air matanya. Aku melihatnya menggigit bagian bawah bibirnya “karna aku.. seorang ratu” lanjutnya masih dengan suara yang bergetar.
Aku terperanjat kaget dibuatnya, apa? Apakah aku tidak salah dengar? Aku benar-benar sudah kembali ke masa lalu, bagaimana ini? Bagaimana caraku untuk kembali ke masa depan?.
Lalu apa hubungannya jika dia adalah seorang ratu dengan aku di penjara? Aku masih bingung dengan apa yang sedang kualami saat ini. Tanganku mengusap kepalaku, tertunduk lesu masih tidak percaya dengan semuanya.
“jika kamu seorang Ratu lalu apa hubungannya denganku? Kenapa aku di penjara?” tanyaku kali ini aku menatap matanya dalam, memohon agar dia menjawab pertanyaanku.
Aku melihatnya menelan ludahnya, tangannya menghapus air mata yang mulai membanjiri wajahnya lagi “karna kita dituduh berselingkuh” desisnya pelan sambil kemudian terisak keras, tangannya masuk ke sela-sela jeruji dan meraih bahuku “kumohon maafkanlah aku”.
Seketika jantungku terasa berhenti beberapa detik lalu kemudian tersadar karna sentuhannya di bahuku, aku sangat kaget mendengar perkataannya barusan, bagaimana mungkin kita berselingkuh? Mengetahui namanya saja belum dan astaga kita baru saja bertemu kemarin. Aisssh jaman ini membuatku pusing, hanya karna aku berjalan-jalan dengannya sebentar lalu kita di anggap sedang berselingkuh? Oh tuhan kenapa jaman ini begitu konyol.
Aku mengepalkan tangan kananku dan tangan kiriku meremas tangan kananku seraya meredam emosi yang kini sudah semakin meningkat, menatap mata gadis itu lembut sambil mengerutkan dahiku “kenapa kau meminta maaf padaku?” tanyaku padanya dengan nada setengah berbisik.
Dia meremas bahuku pelan, masih dalam keadaan menatapku “aku merasa bersalah karna membawamu ke tempat ini” jawabnya lembut, menggigit bagian bawah bibirnya, aku merasakan tangannya bergerak ke atas tepat ke kedua sisi pipiku, mengelusnya pelan.
Aku masih terdiam memandang tanah yang sangat kotor, memikirkan hal apa yang harus kutanyakan lagi padanya, memikirkan hal yang sedang terjadi padaku, memikirkan bagaimana nasibku kedepannya.
“ini semua memang kesalahanku, andai saja aku tidak pergi dari jaman ini, andai saja aku tidak penasaran denganmu, andai saja aku bisa lebih meyakinkanmu untuk tidak mengantarku pulang dan mengikutiku pasti semuanya akan baik-baik saja” ucapnya sambil mengelus pipiku pelan, menatapku dengan mata yang sudah sangat bengkak akibat air mata yang tidak kunjung berhenti.
Aku merasakan tubuhnya bergetar lagi, bagaimana ini apa yang harus kuperbuat untuk menenangkannya? Aku tidak terima dengan perbuatan mereka yang dengan mudahnya memenjarakanku padahal sebetulnya aku tidak melakukan kesalahan apapun, aku tidak terima karna mereka sudah membuat gadis cantik ini menangis.
“HEY KAU PRAJURIT BODOH CEPAT PANGGILKAN ATASANMU, AKU INGIN BICARA DENGANNYA” teriakku kepada seorang prajurit yang sedang berjaga di depan ruang penjara ini, tanganku mengguncang-guncangkan jeruji yang mengurungku ini hingga terdengar suara berisik yang sangat kencang. Emosiku sudah sampai di batas puncaknya, aku sudah tidak kuat untuk menahannya.
“jangan, jangan kumohon” teriak gadis ini suaranya masih terdengar bergetar sambil terisak, menahan tanganku yang masih mengguncang-guncangkan jeruji ini “kumohon hentikan, aku pasti akan menolongmu” lanjutnya sambil terduduk lemas, sepertinya kakinya sudah tidak kuat menahan beban tubuhnya saat ini.
Aku menghentikan kegiatanku mengguncangkan jeruji ini, rasa bersalah menjalar ke seluruh tubuhku, aku ikut terduduk di hadapannya, menggenggam tangannya lembut “maaf aku tidak bisa menahan emosiku” bisikku padanya, tidak terasa aku mulai meneteskan air mata, dengan cepat aku menghapus air  mata yang tetesannya berada di ujung bibirku.
Tanganku dengan sigap meraih tubuhnya yang dihalangi oleh jeruji besi ini lalu kemudian memeluknya erat, aku tidak ingin dia melihatku sedang menangis jadi kuputuskan untuk memeluknya dan membiarkannya menangis di pelukkanku.
Aku merasakan tubuhnya yang gemetar dan degupan jantungnya yang kini hampir seirama dengan degupan jantungku yang kian meningkat, aku merasakan tangannya mulai meraih tubuhku dan memelukku lembut “aku janji aku pasti akan menolongmu” ucapnya diselingi dengan tangisannya yang kian mengencang “tinggallah disini, setidaknya satu malam hingga aku bisa menemukan cara untuk menolongmu”
Aku menganggukkan kepalaku “aku akan menunggumu” ucapku padanya masih sambil memeluknya, menghentikan tangisan yang sempat kukeluarkan, menghapus bekas air mata yang membekas di wajahku.
Dia melepaskan pelukkanku dengan lembut lalu kemudian memperlihatkan senyuman khasnya kepadaku “aku pasti kembali” desisnya. Mata hitamnya menatapku dalam sekali seakan-akan berkata ‘percaya padaku’.
Aku memperlihatkan senyuman khasku kepadanya “aku percaya padamu” mataku menatapnya balik dalam sekali, tanganku keluar dari sela-sela jeruji besi ini untuk menghapus air mata yang tadi sempat membanjiri wajahnya.
Sedetik kemudian dia berdiri dari duduknya lalu tersenyum kembali kepadaku, entah sudah senyuman keberapa yang dia berikan kepadaku hari ini dan sudah pasti aku terpesona lagi, lagi, dan lagi karenanya. “aku pergi dulu, besok pasti aku akan kembali” ucapnya padaku, beberapa detik kemudian dia melangkahkan kakinya menjauhiku.
Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepalaku sambil memandangnya yang sedang berjalan menjauh dariku “apakah kau tahu apa yang sedang kurasakan saat ini?” desisku pelan sekali sehingga aku tahu hanya aku yang mendengar perkataanku ini.

*

Aku mendengar gebrakan jeruji yang terdengar cukup keras dan aku merasakan ada beberapa pasang kaki mendekat ke arahku yang sedang tertidur walaupun tidak dalam keadaan pulas, sedetik kemudian aku terbangun karna hentakkan hebat dari prajurit penjara yang menarikku secara paksa ke luar dari balik jeruji.
Aku pasrah akan diapakan oleh para prajurit ini, hanya sedikit mendengus kesal dan menarik-narik tanganku yang di pegang sangat keras oleh para prajurit ini.
Apakah aku dibebaskan? Oh tuhan terima kasih, tapi kenapa mereka mmalah menarikku paksa seperti ini? Aku seperti akan dibawa ke suatu tempat.
Saat aku keluar dari penjara bawah tanah aku langsung di sambut oleh ratusan pasang mata yang menatapku dengan tatapan ingin membunuh, merasakan hawa panas mengalir disekujur tubuhku, memangnya seberapa salahnyakah diriku dimata mereka?.
Akhirnya aku sampai di sebuah tempat yang bisa dibilang panggung lalu aku dibiarkan terduduk dengan tangan di ikat dibelakang, aku merasakan sesuatu pasti akan terjadi, sesuatu yang tidak menyenangkan. Terduduk di atas panggung dengan ratusan pasang mata memperhatikanku dengan tatapan membunuh yang membuatku sangat tidak nyaman.
Dosa apa aku sampai bisa terbawa ke jaman penuh kekonyolan ini, haruskah aku mati disini dan meninggalkan semua keluarga dan para sahabatku di Jakarta?. Aku tertunduk lesu memikirkan hal apa yang akan terjadi padaku, memikirkan bagaimana caranya aku bebas dari semua ini.
Hal yang sangat aku tunggu-tunggu adalah pertolongan dari Gadis kemarin yang sudah berjanji akan menolongku, hanya dia satu-satunya harapanku saat ini karna memang hanya dia yang aku kenal di jaman ini.
Kemana gadis itu? Kenapa dia tidak datang juga? Aku mengharapkan pertolonganmu, cepatlah datang kumohon. Mataku berkeliling mencari-cari keberadaan gadis itu.
“okee kita mulai eksekusinya, letakkan kepalanya ke dalam penggalan itu” seru seorang lelaki membangunkanku dari lamunanku yang terlihat dari wajahnya sangat menyeramkan tetapi pakaian yang di pakainya sangat mewah, apakah dia Rajanya?. Sedetik kemudian para prajurit yang tadi menarikkupun menghampiriku dan siap membawaku ke dalam penggalan yang berada tidak jauh dari tempatku berdiri saat ini.
Aku sangat kaget dengan perkataan lelaki barusan, apa? Apakah aku akan dipenggal? Tidak mungkin. Hanya karna dituduh selingkuh lalu kepalaku akan dipenggal? Oh god dimana perikemanuisaan di jaman ini?. Aku tidak bisa tinggal diam diperlakukan seenaknya, aku memang tidak bersalah memang seharusnya aku membela diriku.
“aku tidak bersalah, jangan lakukan itu, aku tidak pernah berselingkuh dengan Ratu” teriakku kepada semua orang yang berada disini tetapi semuanya seakan tidak percaya dengan omonganku lalu melemparkanku dengan batu. Tidak akan ada yang bisa membantuku, oh tuhan apakah aku harus meninggal dengan tragis seperti ini?.
Para pengawal itu mencengkeram lenganku dan menarikku ke depan penggalan yang sudah disediakan, aku meronta-ronta melepaskan pegangan para prajurit yang sangat kuat ini tapi hasilnya sia-sia prajurit ini terlalu kuat.
“HENTIKAN ITU” aku mendengar suara teriakkan dari suaranya terdengar seperti suara seorang perempuan, apakah itu gadis yang sedari tadi kutunggu-tunggu? Ahh akhirnya dia datang juga. Aku membalikkan tubuhku dengan perasaan senang dan benar saja suara tadi adalah suara gadis pemberani itu. Entah kenapa aku merasakan hidupku akan terselamatkan.
“DIA TIDAK BERSALAH” ucap gadis itu setengah berteriak sambil menunjuk diriku dengan jari telunjuknya “kalau ingin menghukum, hukum saja aku, aku yang membawanya kesini” lanjutnya masih dengan suara lantangnya.
Beberapa detik kemudian kerumunan orang yang sedari tadi melihatku dengan tatapan membunuhpun berbisik-bisik kepada seseorang yang berada disebelahnya. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan karna semuanya terdengar sangat ramai, tidak seperti tadi sangat sepi dan sunyi.
“tapi yang mulia, dia—“ seru seorang yang kukira adalah pejabat kerajaan karna dari pakaian yang dia kenakan mulai berbicara.
“DIAM, aku tidak menyuruh kalian untuk berbicara, aku hanya ingin semua ini dihentikan” ujarnya memotong pembicaraan pejabat kerajaan tadi, masih dengan gayanya yang berani, pejabat kerajaan itupun langsung menutup mulutnya.
Aku sangat salut dengan gadis itu, entah kenapa aku merasakan bahwa saat ini aku memang benar-benar jatuh cinta dengannya. Aku tahu ini terlalu cepat tapi aku merasakan bahwa perasaan ini bukanlah perasaan hanya sekedar menyayangi, terlalu rumit untuk dijelaskan, aku hanya merasa bahwa aku benar-benar jatuh cinta pada gadis ini.
Semua orang disinipun langsung ikut terdiam, aku tersenyum memandangi sesosok gadis yang sangat berbeda ini, ahh gadis ini begitu sempurna dimataku.
Dia lalu menghampiriku dan memegang bahuku lalu berkata “semuanya akan baik-baik saja” desisnya sambil tersenyum ke arahku, akupun ikut tersenyum dan menganggukkan kepalaku lalu kemudian dia melepaskan ikatan tali yang mengikat tanganku.
Dia menggenggam tanganku “ayo kita pergi dari sini” bisiknya padaku, semua orang disini masih terdiam seakan-akan mereka takut kepada gadis ini, orang menyeramkan yang kukira Rajapun terdiam membeku masih dalam keadaan melihat ke arahku.
Dia menarik tanganku lembut ke bawah panggung dan aku mengikutinya. Saat kami melewati ratusan orang yang masih melihat kami dengan pandangan penuh Tanya itu langsung menyingkirkan tubuhnya seakan-akan mempersilahkan kami untuk pergi.
Kenapa segampang ini? Aku tahu dia adalah Ratu, tetapi kenapa bisa melakukannya segampang ini? Apakah dia sebegitu berkuasanya di jaman ini sampai Rajapun takut kepadanya? “Impossible” kata itu yang bisa aku ungkapkan untuk gadis cantik yang sedang menggandengku ini.
Beberapa menit yang lalu aku merasa bahwa hidupku akan berakhir tragis tapi semua itu langsung lenyap dengan hanya kehadiran gadis ini, astaga aku semakin kagum kepadanya.
Kamipun akhirnya berjalan meninggalkan kerumunan orang yang masih melihat kea arah kami menuju sebuah hutan lebat yang tumbuh bermacam-macam tumbuhan di dalamnya dengan pohon-pohon cemara menjulang tinggi ke angkasa. Kurasa aku tahu tempat ini tapi dimana?.
Saat ini aku hanya berdua dengan gadis ini karna kami sudah pergi jauh ke dalam hutan meninggalkan kerumunan orang aku tidak tahu sedang berbuat apa. Dalam perjalanan kami hanya diam dan memikirkan sesuatu yang berada di otak kami masing-masing.
Aku rasa aku benar-benar mencintai gadis ini, tapi bagaimana? Aku dan gadis ini sangat berbeda, dia adalah ratu di jamannya dan aku hanya seorang rakyat biasa di jamanku. Apa aku harus membawanya pergi ke jamanku lalu menjadikannya seseorang yang selalu mendampingi hidupku? Apakah dia mau?.
“sampai” ucapnya padaku membangunkanku dari lamunanku dan menghentikkan kakinya, wajahnya mengarah ke wajahku sambil tersenyum lembut.
Aku menaikkan alisku, apanya yang sampai? Aku hanya melihat banyak pohon cemara menjulang tinggi, tidak ada apapun disini “sampai bagaimana? Disini tidak ada apapun” seruku padanya menatap matanya dengan tatapan penuh Tanya. Ahh aku baru ingat ini adalah hutan cemara yang berada di gunung semeru.
“Kau hanya perlu berjalan ke antara dua pohon itu lalu kau akan kembali ke duniamu” ujarnya sambil menunjuk arah kedua pohon yang terlihat berbeda dari pohon cemara yang lain. Ahh jadi itu gerbang masuk ke jaman ini.
Aku menganggukkan kepalaku tanda mengerti lalu kemudian menggandeng tangannya untuk memasuki gerbang itu bersama. Dia terdiam di tempatnya tampa mengikutiku berjalan, kemudian aku membalikkan tubuhku untuk melihatnya, aku melihatnya tertunduk lesu, aku merasakan tubuhnya gemetar. “kenapa?” tanyaku padanya sambil berjalan mendekatinya.
“tidak apa-apa, kamu kembalilah” serunya masih dengan menundukkan wajahnya tampa melihat ke arahku.
Aku meraih dagunya dan menaikkannya agar dia bisa melihatku “aku ingin kembali denganmu” ucapku selembut mungkin kepadanya, merasakan air matanya menetes ke wajahnya “kenapa kau menangis?” lanjutku sambil menghapus air mata yang mulai membasahi pipinya.
Dia menggeleng-gelengkan kepalanya “tidak apa-apa, aku hanya sedih akan berpisah denganmu” desisnya sambil memaksakan senyum.
“kita tidak akan berpisah jika kau ingin pergi bersamaku keduniaku” ujarku sambil meraih tangannya “aku yakin aku pasti akan membahagiakanmu disana”
“aku tidak bisa, aku Ratu disini, aku mempunyai banyak kewajiban untuk rakyat-rakyatku” ucapnya dengan suara yang sedikit bergetar “kau harus pergi, aku tidak akan kenapa-kenapa disini” dia membalas mengusap jemariku lembut.
Aku menghela napas pelan “baiklah, aku tidak akan memaksamu” desisku padanya lalu kemudian mengecup keningnya lembut, dia tidak menolakku dan tersenyum lebar kepadaku “aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku sangat mencintaimu” lanjutku sambil menyunggingkan senyuman terlembut yang kupunya.
Di mengangkat alisnya tanda tidak mengerti “mencintai? Apa itu?” tanyanya sambil mengerutkan dahinya. Astaga apakah di jaman ini belum mengenal arti cinta?.
Aku mengusap jemarinya lembut “cinta itu adalah perasaan ingin melindungi, memiliki dan selalu ada di dekat seseorang yang kita cintai” tuturku padanya tersenyum lembut ke arahnya “dan orang yang ku cintai itu adalah kamu”
Dia terlihat terkejut dengan perkataanku barusan “a—aku juga merasakan hal yang sama” serunya gugup dengan wajah yang memerah kemudian menundukkan wajahnya malu.
Seketika jantungku seakan-akan berhenti beberapa detik. Astaga dia mencintaiku juga, apakah aku sedang bermimpi? Oh tuhan gadis ini mencintaiku “kalau begitu ayo kita pergi keduniaku dan aku akan menjadikanmu seseorang yang selalu berada di dekatku” ucapku padanya dengan nada yang sangat bersemangat, bagaimana mungkin aku tidak bahagia jika seseorang yang aku cintai juga mencintaiku.
“aku tidak bisa” ujarnya dengan suara yang bergetar, sepertinya dia menangis kembali “ini adalah kerajaanku, aku tidak mungkin meninggalkannya” lanjutnya masih dengan wajah yang menunduk.
Seketika aku reflex memeluknya, merasakan degupan jantungku dan dia yang semakin meningkat, merasakan gemetar yang berasal dari tubuhnya, merasakan hal pedih yang terjadi di antara kita. “tidak apa-apa, aku mengerti, aku pasti akan sangat merindukanmu” seruku padanya tampa terasa air mata sudah mengalir di seluruh wajahku “aku akan sangat merindukanmu, aku tidak tahu bagaimana caranya agar aku bisa mengutarakan kerinduanku kepadamu nantinya” air mataku terus mengalir tiada henti, aku mempererat pelukkanku seakan-akan aku tidak ingin berpisah dengannya.
Dia membalsa pelukkanku, menyenderkan kepalanya di bahuku “aku juga pasti akan merindukanmu, kamu baik-baik ya disana, tetap ingat aku” serunya dengan suara yang sangat serak dan bergetar.
“aku pasti akan selalu mengingatmu dan menjadikanmu seseorang yang tetap mengisi hatiku” bisikku ditelinganya tersenyum walau senyuman ini tidak bisa dilihat olehnya. Sebetulnya aku ingin selalu disini berada dekat denganmu tapi aku tidak bisa, aku harus kembali.
Dia melepaskan pelukkanku “cepatlah pergi, sebelum rakyat-rakyatku berubah pikiran dan memenggal kepalamu” serunya sambil terkekeh pelan dan memaksakan senyuman di bibinya.
Aku menghembuskan nafasku “oke-oke, oh yaa kita sudah saling mencintai tapi belum berkenalan, aku ingin tahu siapa namamu” ujarku sambil tertawa pelan dan menjulurkan tanganku padanya.
Dia melihat tanganku yang di julurkan kepadanya lalu kemudian melihat ke arahku tanda tidak mengerti, oh ayolah di jaman ini belum ada system perkenalan seperti ini memangnya?.
“genggam tanganku dan beritahu aku namamu, begitulah cara perkenalan di jamanku” ucapku padanya sambil terkekeh pelan.
Dia ikut tertawa bersamaku dan menganggukkan kepalanya tanda mengerti, dia menjabat tanganku “namaku Tribhuwana Wijayatunggadewi atau nama asliku Dyah Gitarja” ucapnya sambil memperlihatkan senyumannya lagi.
“astaga namamu susah sekali” terkekeh pelan “namaku Zayn Javvad Malik kamu bisa panggil aku Zayn saja” lanjutku sambil mengusap-usap bagian belakang kepalaku, sepertinya aku pernah mendengar nama itu.
“Zayn, zayn, zayn, aku akan selalu mengingat namamu”
Aku tersenyum “bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan Dyah saja?” ucapku padanya menggigit bibir bawahku pelan.
“ahh tentu saja boleh, tapi ini hanya untuk kamu saja yaa, semua orang disini selalu memanggilku dengan sebutan ‘yang mulya’ soalnya” tuturnya sambil tertawa dan menepuk pundakku pelan.
“hahaha kau bisa bercanda juga ternyata” ledekku sambil mencolek hidungnya yang tidak terlalu mancung itu.
Dia tertawa manis sekali menurutku “ini untukmu, hanya untuk mengingatkanmu bahwa kita pernah bertemu” serunya sambil menyerahkan sebuah kalung yang tadi dipakainya kepadaku, kalung itu mempunyai liontin yang seperti sebuah batu permata berwarna hijau daun, sangat indah.
Aku tersenyum lalu memakainya di leherku “terima kasih” aku melepaskan sebuah jam tangan yang melekat di tanganku lalu memasangkannya di pergelangan tangannya “aku hanya bisa member ini kepadamu, sebagai pengingat bahwa kita pernah bersama” lanjutku mengikuti kata-katanya sambil tertawa pelan.
Dia tersenyum sambil melihat jam yang sekarang berada di pergelangan tangannya “benda apa ini? Ahh bagus sekali terima kasih” serunya masih tetap memandangi jam tanganku.
“itu jam tangan untuk menunjukkan waktu pada saat ini, dan jarum yang menunjuk angka-angka yang berada di dalamnya menunjukkan waktu pada saat ini” tuturku padanya sambil menunjuk-nunjuk jarum dan angka yang berada di jam tangan itu.
Aku melihatnya menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti, “oke aku mengerti” serunya lalu kemudian mendorong tubuhku pelan “cepatlah pergi, sudah jam lima sore, gerbang itu akan tertutup saat matahari terbenam, jadi kau harus cepat-cepat” lanjutnya masih sambil mendorong tubuhku.
“ahh kau cepat sekali mengerti, oke-oke aku akan pergi” ucapku dengan nada yang pelan lalu kemudian memeluknya untuk yang terakhir kalinya. “tetap seperti ini satu menit saja, aku ingin mengingat bagaimana rasanya memelukmu dan merasakan degupan jantungmu, aku ingin mengingat harumnya tubuhmu”
Aku merasakan dia memelukku kembali “aku juga ingin mengingat semua itu” bisiknya sambil menenggelamkan kepalanya di pelukkanku.
“terima kasih karna kamu telah hadir di dalam hidupku”
“terima kasih karna kamu hidupku menjadi lebih berwarna” ucapnya padaku sambil melepaskan pelukkannya “sudah waktunya, cepatlah pergi” lanjutnya sambil mendorong tubuhku untuk menjauhinya.
Aku tersenyum dan menganggukkan kepalaku pelan lalu kemudian berbalik berjalan menjauhinya sambil menggenggam liontin pemberiannya. Setelah sampai di depan pohon yang menjadikan gerbang antara duniaku dan dunianya, aku berbalik melihatnya untuk terakhir kalinya “selamat tinggal my Queen in my life” seruku sambil melambai-lambaikan tanganku padanya. Aku melihat air mata sudah membanjiri wajahnya “jangan menangis, kita pasti bertemu lagi” lanjutku meyakinkannya walaupun aku sendiri tidak yakin akan bertemu kembali dengannya atau tidak.
Dia membalas melambaikan tangannya padaku “aku pasti akan menunggumu” ucapnya sambil menyeka air mata yang membasahi wajahnya.
Aku tersenyum dan membalikkan tubuhku lalu kemudian melangkahkan kaki ke dalam gerbang yang berada di antara kedua pohon cemara yang sekarang berada di hadapanku saat ini.

*

Aku terbangun karna sebuah ketukan atau bisa dibilang geduran hebat dari kaca jendela kamarku, errgghh pasti itu si blonde hair. Aku menggulung selimut yang menutupi tubuhku dengan hentakkan yang keras. Sambil melemparkan guling ke arah jendela tempat Niall mengetuk jendelaku tadi.
Aku berjalan dengan langkah panjang ke arah jendela lalu menghentakkan horden dengan satu hentakkan keras dan membuka jendela lalu melangkahkan kakiku ke balkon kamar dan memandangi kota Jakarta yang cukup indah ini.
Aku mulai mengingat mimpiku semalam, sepertinya mimpi itu begitu nyata, aku merasakan sesuatu yang kurasakan di mimpiku tadi malam itu dan aku rasa aku memang tidak sedang bermimpi. Tanganku kemudian meraba dadaku untuk mencari apakah kalung yang di berikan oleh Gadis itu masih ada atau tidak, untuk memastikkan bahwa kejadian itu adalah nyata.
Ada, kalung itu ada, aku menggenggam kuat-kuat kalung yang menjadi saksi cintaku dengan Gadis itu sambil tersenyum lebar, my Queen really real. Oh tuhan terima kasih suah memberikanku kisah yang sangat tidak bisa kulupakan, terima kasih sudah membuatku bertemu dengannya.
Hey sebentar sepertinya aku pernah mengalami hal seperti ini, astaga ini kan hari dimana keberangkatanku untuk mendaki, kenapa bisa terjadi lagi? Aku seperti mengalami de javu, jadi yang ku alami bersama gadis itu apa? Dan arti dari kalung yang kupunya ini apa?.

No comments:

Post a Comment